1. Bupivacain
a. Contoh obat : Buvanest, Decain Spinal, Indevus Spinal, Marcain, Regivel, dan lain-lain.
b. Indikasi:
- Anastesi spinal untuk operasi abdomen, urologi, DNA tungkai bawah. Anastesi pada operasi, misalnya: blok epidural
- Blok dan infiltrasi saraf minor dan mayor, analgesik (blok dan infiltrasi saraf minor)
- Analgesik untuk nyeri pascaoperasi atau nyeri pada saat melahirkan.
c. Kontradiksi
- Meningitis, tumor, poliomielitis, perdarahan kranial
- TBC aktif atau lesi metastatik pada kolumna vertebra, septikemia
- Anemia pernisiosa dengan degenerasi subakut dari Medika spinalis
- Infeksi pirogenik pada kulit dan atau pada tempat injeksi
- Syok karsinogenik atau Hipovolemik
- Gangguan koagulasi darah atau sedang menjalani terapi dengan antikoagulan
- Hipersensitivitas terhadap anastesi lokal tipe amida atau Na Metabisulfit dalam larutan yg mengandung adrenalin. Anastesi spinal atau epidural pada pasien dengan hipotensi yang tidak dikoreksi.
- Infeksi lokal dan septikemia, blok obstetrik paraservikal
- Anastesi regional IV (bier’s block) dan semua pemberian infus IV
- Anastesi epidural, terlepas dari anastesi lokal yang digunakan
d. Dosis
- Dewasa 400 mg sebagai dosis tunggal, diberikan > 24jam
e. Efek samping
- Hipotensi, bradikardi, sakit kepala pasca anastesi spinal. Asidosis yg jelas, hipokalemia dapat meningkatkan resiko terjadinya perburukan reaksi toksik
- Mengantuk, parastesia, kolaps sirkulasi, kejang, depresi pernafasan, dan atau henti nafas
- Reaksi alergi, misalnya lesi pada kulit, urtikaria, edema dan reaksi anafilaktoid.
f. Implikasi Keperawatan
- Perlengkapan dan obat resusitasi selama tindakan anastesi lokal harus tersedia
- Masukkan kanul IV sebelum anastesi lokal dilakukan dan di injeksikan secara perlahan dengan aspirasi yang sering
- Monitor kardiovaskular dan tanda – tanda vital pernapasan
- Blok saraf periferdapat meningkatkan resiko injeksi intravaskular dan/atau absorpsi sistemik yang mengakibatkan tingginya obat di dalam
- Anastesi epidural dapat menyebabkan hipotensi dan bradikardi. Heparin dengan berat molekul rendah dan heparinoid dapat menyebabkan hematoma epidural/ spinal
- Kurangi dosis pada pasien lanjut usia, kondisi fisik lemah, atau anak <12 tahun, penyakit hati stadium lanjut atau gangguan ginjal berat
- monitor kecepatan denyut jantung janin pada kehamilan secara hati-hati.
BACA JUGA : Manajemen Obat, Cairan, Elektrolit, dan Nutrisi Pasien di Ruang ICU
2. Propofol
a. Contoh obat: Diprivan, Proanes, Trivam, Fresofol, Recofol
b. Indikasi:
- Induksi dan pemeliharaan anastesi umum
- Sedatif untuk pasien dewasa yang mendapatkan Ventilasi buatan dalam ruangan perawatan intensif
c. Kontraindikasi
- Hipersensitivitas
- Serasi pada anak dengan batuk rejan atau epiglotitis yang sedang mendapat perawatan intensif
- Ibu hamil, anak <3 tahun
d. Dosis
- Dewasa : Induksi pasien dengan/ tanpa pramedikasi : titrasi 40 mg/ 10 detik secara injeksi bolus atau infus hingga gejala klinis memperlihatkan mulai bekerjanya anastesi.
- Dewasa < 55 tahun : 1.5 – 2.5 mg/kgBB. Pemeliharaan anastesi : 4-12 mg/kgBB/jam dengan infus kontinu atau penambahan sebesar 25-50 mg dapat diberikan sebagai injeksi bolus berulang. Sedatif dalam perawatan intensif : 0.3 – 4 mg/kgBB/jam.
- Anak : Pemeliharaan : 9-15 mg/kgBB/jam
e. Efek Samping
- Nyeri lokal pada Induksi
- Hipotensi, bradikardi, apnea sementara selama induksi
- Selama masa pemulihan : mual dan muntah, sakit kepala
- Gejala putus obat dan rasa panas serta kemerahan pada kulit wajah anak-anak.
f. Implikasi Keperawatan
- Pantau tanda-tanda hipotensi, obstruksi jalan nafas, dan desaturasi O2
- Gangguan jantung, pernapasan, ginjal, atau hati
- pasien Hipovolemia atau pasien dalam kondisi lemah
- Bradikardi
- Resiko kejang jika diberikan pada pasien epilepsi
- Gangguan metabolisme lemak atau kondisi dimana emulsi lemak sebaiknya digunakan secara hati-hati
- Pantau kadar lemak darah pada pasien yang beresiko mengalami kelebihan muatan lemak
- Jangan digunakan sebagai anastesi obstetrik.
BACA JUGA : Masalah Dalam Kebutuhan Oksigen
3. Fentanil
a. Contoh Obat : Fentanyl, Durogesic
b. Indikasi : Suplemen analgesik narkotik pada anastesi regional atau general
c. Kontraindikasi
- Depresi pernapasan
- Cedera kepala
- Alkoholisme akut
- Serangan Asma akut, Intoleransi
- Ibu hamil dan menyusui
d. Dosis
- Pramedikasi 100 McG IM 30-60 menit sebelum operasi
- Tambahan pada anastesi regional 50-100 McG IM/IV lambat selama 1-2 menit bila tambahan analgesia diperlukan
- Pascaoperasi (ruang pemulihan) 50-100 McG IM, dapat diulangi dalam 1-2 jam bila perlu
- Sebagai analgesik tambahan terhadap anastesi umum : dosis rendah 2 mcg/kg/BB, dosis sedang : 2-20 mcg/kg/BB, dosis tinggi : 20-50 mcg/kg/BB
- Zat anastesi : 50-100 mcg/kg/BB
e. Efek samping
- Depresi nafas, kekakuan otot, hipotensi, bradikardia, laringospasme, mual dan muntah
- Menggigil, tidak bisa istirahat, halusinasi pascaoperasi, gejala ekstrapiramidal bila digunakan dengan trankuilizer seperti droperidol
- Pergerakan mioklonik, pusing, apnea, reaksi alergi
f. Implikasi Keperawatan
- Usia lanjut dan pasien lemah
- Disfungsi hati dan ginjal
- Penyakit paru
- Penurunan cadangan pernapasan
- Anak <2 tahun
BACA JUGA : Kenali Mesin Ventilator dan Indikasi Pengguanaannya, Apa Saja?
4. Ketamin
a. Contoh obat : Ivanes, Ketamine-Hameln, Ketalar, Ktm, Anesject
b. Indikasi:
- Sebagai zat anastesi tunggal untuk prosedur diagnostik dan operasi
- Induksi sebelum pemberian zat anastesi umum
- menambah potensi zat anastesi lain yang memiliki potensi rendah
- Analgesik dan Anastesi obstetrik
c. Kontraindikasi
- Pasien dengan kondisi dimana peningkatan tekanan darah dapat membahayakan
- Preekslamsia atau ekslamsia
d. Dosis
- Induksi IV awal : 4.5 mg/kg secara lambat (dosis jarang diberikan melebihi 2 mg/kgBB). Untuk diberikan secara lambat sekurang-kurangnya selama 60 detik. IM awal 6.5 – 10 mg/kg
e. Efek samping
- Depresi pernapasan, apnea dan laringospasme, diplopia dan nistagmus, mual dan muntah, hipersalivasi, peningkatan tekanan intraokular (TIO) dan cairan serebrospinal, reaksi efek samping yang jelas.
f. Implikasi Keperawatan
- Monitor fungsi jantung pada pasien hipertensi atau dekompensasi kordis
- Hati-hati pada pasien dengan peningkatan tekanan cairan serebrospinal
- Hindari Stimulasi mekanik pada faring, kecuali jika diberikan bersama relaksan otot
- Pasien alkoholik kronis dan intoksikasi alkohol akut.
Sumber : Aris N. Ramdhani, DKK. 2018. Buku Saku Praktik Klinik Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
(DOK/DN)