banner 728x250
Opini  

5 Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul di Ruang Rawat Inap

Photo/Freepik.com

Mediaperawat.id – Ruang rawat inap merupakan ruangan dengan kapasitas terbesar di rumah sakit. Sehingga, profesi perawat dibutuhkan dalam jumlah yang besar untuk ruangan ini. Ruang rawat inap terdiri dari berbagai jenis sesuai dengan jenis penyakit dan kondisi tertentu. Beberapa di antaranya seperti ruang rawat inap bedah, anak, penyakit dalam, high care unit, dan sebagainya bergantung pada kebijakan rumah sakit setempat.

Dalam ruang rawat inap perawat akan dihadapkan pada berbagai jenis diagnosa keperawatan. Jenis diagnosa keperawatan yang akan sering ditemui bergantung pada jenis ruang rawat inap yang ditempati. Lalu apa saja diagnosa keperawatan yang sering muncul di ruang rawat inap?

1. Nyeri

Diagnosa yang paling sering muncul di ruang rawat inap adalah nyeri. Menurut SDKI, nyeri terdiri dari dua jenis, yaitu nyeri akut dan nyeri kronis. Menurut SDKI, nyeri akut (D.0077) merupakan pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang 3 bulan. Penyebab nyeri akut antara lain:

  • Agen pencedera fisiologis (mis. infarmasi, lakemia, neoplasma)
  • Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan)
  • Agen pencedera fisik (mis.abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)

Berbeda dengan nyeri akut, nyeri kronis (D.0078) merupakan pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan keruskan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan, yang berlangsung lebih dari 3 bulan. Penyebab nyeri kronis secara umum seperti kondisi muskuloskeletal kronis, kerusakn sistem saraf, angguan imuntas (mis. neuropati terkait HIV, virus varicella-zoster), dan sebagainya.

Baca Juga : Asuhan Keperawatan Tercantum Pada SDKI dan SIKI

2. Gangguan eliminasi urin

Diagnosa kedua yang sering muncul selanjutnya yaitu gangguan eliminasi urin (D.0040). Pasien post dan pasca operasi biasanya mengalami gangguan eliminasi urin akibat adanya imobilitas. Mereka yang mengalami gangguan ini biasanya dilakukan kateterisasi agar bisa mengeluarkan urin dengan optimal. Menurut SDKI, gangguan eliminasi urin merupakan disfungsi eliminasi urin. Secara umum penyebab yang sering muncul pada gangguan eliminasi urin antara lain iritasi kandung kemih, penurunan kapasistas kandung kemih, dan pasien post-pasca operasi.

3. Defisit nutrisi

Diagnosa keperawatan selanjutnya yang sering muncul yaitu defisit nutrisi. Menurut SDKI, defisit nutrisi (D.0019) merupakan asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolism. Defisit nutrisi dapat disebabkan oleh ketidakmampuan menelan makanan, ketidakmampuan mencerna makanan, dan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient. Kondisi tersebut bisa disebabkan oleh berbagai faktor seperti penyakit bawaan hingga faktor ekonomi.

4. Gangguan integritas kulit

Menurut SDKI, diagnosa keperawatan gangguan intgritas kulit (D.0129) merupakan kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis) atau jaringan (membran mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan /atau ligament). Gangguan integritas kulit dapat disebabkan oleh adanya efek menakis seperti sayatan, penekanan, hingga neuropati perifer. Dalam penanganan diagnose ini, perawat harus mengkaji kondisi kulit karena kondisi yang berbeda penangannya juga akan berbeda.

Baca Juga : Macam Metode Asuhan Perawatan

5. Gangguan mobilitas fisik

Menurut SDKI, gangguan mobilitas fisik (D.0054) merupakan keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri. Kondisi ini bisa disebabkan adanya kerusakan struktur tulang, nyeri, kekakuan sendi, hingga gangguan persepsi sensori seperti penglihatan.

Itu dia 5 jenis diagnosa keperawatan yang sering muncul di rumah sakit. Perlu diingat bahwa diagnosa keperawatan yang akan sering ditemui saat menjadi seorang perawat tetap bergantung pada jenis ruangan yang ditempati. 

Referensi:

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Edisi 1:

Definisi dan Indiator Diagnosa. Jakarta Selatan: DPP PPNI

(Dok/ND)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *