banner 728x250

Berkenalan dengan Demam Tipoid

Photo://Pixabay

Pengertian Demam Tipoid 

Demam typoid (Typhus abdominalis, Typhoid fever, enteric fever) meruapakan penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam selama satu minggu atau lebih dengan disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Ngastiyah, 2005). 

Demam typhoid adalah suatu penyakit infeksi oleh bakteri Salmonella typhii dan bersifat endemik yang termasuk dalam penyakit menular (Cahyono, 2010). Demam typhoid atau sering disebut dengan tifus abdominalis adalah penyakit infeksi akut pada saluran pencernaan yang berpotensi menjadi penyakit multi sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhi (Muttaqin, A & Kumala, S. 2011).

Baca juga : Bintik-Bintik Merah pada Anak? Ini Dia Utikaria dan Penyebabnya!

Demam typhoid atau Typhoid Fever ialah suatu sindrom sistemik terutama disebabkan oleh Salmonella typhi. Demam typhoid merupakan jenis terbanyak dari salmonelosis. Jenis lain dari demam enterik adalah demam paratifoid yang disebabkan oleh S. paratyphi A, S. schottmuelleri (semula S. paratyphi B), dan S. hirschfeldii (semula S. paratyphi C) Demam Typhoid memperlihatkan gejala lebih berat dibandingkan demam enterik yang lain (Widagdo,2011).

Penyebab 

Menurut (Ngastiyah, 2005) menyatakan penyebab demam typoid adalah salmonella typhosa, basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar tidak berspora. 

Mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu :

  1. Antigen O (somatic, terdiri zat kompleks lipopolisakarida)
  2. Antigen H (flagella) 
  3. Antigen Vi dalam serum pasien, terdapat zat anti (agglutinin) terhadap ketiga macan antigen tersebut.

Patofisologi 

Infeksi terjadi pada saluran basil diserap di usus halus. Melalui pembuluh limfe halus masuk kedalam pembuluh darah sampai di organ-oragan terutama hati dan limfe, basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati dan limfe sehingga orangan-organ tersebut akan membesar disertai nyeri pada perabaan. Kemudian basil diserap masuk kembali kedalam darah (bakterimia) dan menyebar keseluruh tubuh terutama kedalam kelenjar limpoid usus halus menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada mukosa di atas plak peyeri Tukak tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Gejala demam disebabkan endotoskin, sedangkan gejala pada saluran disebabkan oleh kelainan pada usus (Ngastiyah, 2005).

Menifestasi klinis 

Menurut (Rekawati dkk (2013) demam typoid pada anak lebih ringan dari pada orang dewasa. Masa tunas 10-20 hari yang tersingkat 4 hari jika infeksi melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala, prodomal yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala pusing, dan tidak bersemangat, nafsu makan kurang, yang biasa ditemukan sebagai berikut : 

  1. Demam 

Pada khasus yang khas demam berkurang 3 minggu bersifat febris remiten dan suhu tidak tinggi sekali selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur nai setiap sore hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore hari dan malam hari dalam minggu kedua pasien terus berada dalam keadaan demam. Pada minggu ketiga suhu tubuh berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.

  1. Gangguan pada saluran pencernaan 

Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepi kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen ditemukan pada keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limfa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya terjadi konstipasi tetapi juga dapat diare atau normal.

  1. Gangguan kesadaran 

Umumnya gangguan kesadaran pasien penurun walaupun tidak dalam yaitu apatis samapai samnolen, jarang terjadi spoor, koma atau gelisah (kecuali penyakitnya berat dan terlambat mendapatakan pertolongan). Disamping gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainnya. Pada punggung dan ganggota gerak terdapat roseola, yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada minggu pertama demam. Kadang ditemukan pula bradikardia dan epistaksis pada anak beasar. 

Pemeriksaan Diagnostik

  1. Darah tapi 

Terdapat gambaran leucopenin, limfositosis relatif dan aneosinofilia pada permulaan sakit. Mungkin terdapat anemia dan trimbositopenia ringan.

  1. Darah untuk kultur (biakan empedu) dan widal 

Biakan empedu untuk menemukan salmonella typhosa dan pemeriksaan widal merupakan pemeriksaan yang dapat menemukan diagnosis demam typoid secara pasti.

Penaatalaksanaan Medis 

Menurut Ngastiyah (2005) menjelaskan pasien yang dirawat dengan diagnosis typlus abdominalis harus dianggap dan diperlakukan sebagai pasien typlus abdominalis dan diberikan pengobatan sebagai berikut : 

  1. Isolasi pasien, desinfeksi pakaian dan ekskreta.
  2. Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang lama.
  3. Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu setelah suhu normal kembali (istirahat total), kemudian boleh duduk, jika tidak panas lagi boleh berdiri kemudian berjalan di ruangan.
  4. Diet

Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein. Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas. Susu 2 gelas sehari. Bila kesadaran menurun diberikan makan cair, melalui sonde lambung. Jika kesadaran dan nafsu makan anak baik dapat juga diberikan makanan lunak.

  1. Obat pilihan ialah kloramfenikol, kecuali pasien tidak cocok dapat diberikan obat lainya seperti kotrimoksasol pemberian kloramferikol dengan dosis tinggi, yaitu 100 mg/kg/BB/hari (maksimal 2 mg perhari), diberikan 4 kali sehari per oral atau intravena. Pemeberian klorampenikol dengan dosis tinggi tersebut mempersingkat waktu perawatan dan mencegah relaps. Efek negatifnya adalah mungkin pemebentukan zat anti kurang karena basil terlalu cepat dimusnahkan. Bila terdapat komplikasi terapi disesuaikan penyakitnya. Bila terjadi dehidrasi dan asidosis diberikan cairansecara intravena dan sebagainya.

Penatalaksanaan Keperawatan

Penyakit typus abdominalis adalah penyakit menular yang sumber infeksinya berasal dari feses dan urine, sedangkan lalat sebagai pembawa atau penyebar dari kuman tersebut. Pasien typoid harus dirawat di ruang isolasi yang dilengkapi dengan peralatan untuk merawat pasien yang menderita penyakit menular, seperti desinfektan untuk mencuci tangan, merendam pakaian kotor dan pot atau urinal bekas pakaian pasien yang merawat atau sedang menolong pasien agar memakai celemek Ngastiyah (2005).

Pemeriksaan Penunjang 

  1. Pemeriksaan leukosit

Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typoid terdapat leukopenia dan limposistosis relative terapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai pada kebanyakan kasus demam typoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada kompikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu, pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typoid.

  1. Pemeriksaan SGOT dan SGPT 

SGOT dan SGPT pada demam typoid seringkali meningat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typoid.

  1. Biakan darah

Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typoid tetapi bila biakan darah negative tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan tergantung dari beberapa faktor :

  • Teknik pemeriksaan laboratorium
  • Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit
  • Vaksinasi di masa lampau
  • Pengobatan dengan antimikroba 
  • Uji widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibody (agglutinin) tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya agglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typoid. Akibat infeksi oleh salmonella typoid, klien membuat antibody atau agglutinin, yaitu : 

  • Aglunin O yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
  • Agglutinin H yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari tubuh kuman).
  • Agglutinin Vi yang dibuat karena rangsangan antigen Vi yang berasal dari sampai kuman dari ketiga agglutinin tersebut hanya agglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar kemungkinan klien menderita typoid.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *