banner 728x250
Opini  

Hentikan Kekerasan Pada Tenaga Kesehatan “Sedikit Menghakimi, Banyak Menghargai”

Mediaperawat.com/instagram

Kekerasan atau penganiayaan pada perawat maupun tenaga kesehatan lainnya menjadi perbincangan hangat akhir-akhir ini. Sudah seharusnya kita bisa menghargai perjuangan yang diberikan oleh perawat dalam memberikan pelayanan yang professional pada masyarakat. Seorang perawat dan tenaga kesehatan lainnya rela berjuang demi raga yang harus diselamatkan. Tetapi tidak sedikit dari masyarakat yang menutup mata akan perjuangan yang diberikan perawat dan seenaknya main hakim sendiri ketika terjadi hal yang tidak diinginkan. Kasus yang viral di media sosial dan televisi adalah penganiayaan perawat RS Siloam. Pada kasus ini sebenarnya terjadi karena ketidaktahuan keluarga pasien mengenai prosedur tindakan keperawatan dan akibatnya keluarga pasien melakukan kekerasan pada perawat. Karena menurut keluarga pasien, perawat melakukan tindakan yang salah saat mencabut infus. Dari kasus tersebut dari pihak keluarga sudah jelas salah dengan menghakimi, melakukan penganiayaan tanpa tau ilmu dan pengetahuan mengenai tindakan keperawatan. Jika tidak tahu tidak ada salahnya bertanya, yang ada malah ketika kita malu bertanya akan merugikan diri kita sendiri.  Dari kasus kekerasan pada perawat RS Siloam, PPNI bertindak tegas dengan mengutuk keras tindak kekerasan kepada perawat yang sedang menjalankan tugas profesi. 

Source : Kolase Sripoku.com/Instagram

Sekarang ini, bukan hanya kekerasan fisik saja yang didapatkan dari seorang perawat. Namun kekerasan verbal juga bisa melukai hati seorang perawat. Perkataan yang diucapkan keluarga pasien seperti “Suster, kerjanya yang bener dong. Jutek banget, saya bayar mahal rawat inap disini”, “Suster, kok lambat sih” Dan perkataan-perkataan negatif lainnya yang diterima oleh seorang perawat ketika melayani pasien. 

Baca Juga : Kronologi Perawat Siloam Palembang Dianiaya Orangtua Pasien, Bermula dari Melepas Selang Infus

Perawat juga seorang manusia biasa namun dengan perjuangan dan kemauan hati nuraninya belajar ilmu keperawatan serta memiliki kepedulian untuk membantu sesama, seorang perawat bisa ada di titik ini. Jika keluarga pasien atau pasien mengatakan hal negatif pada perawat dan konteksnya perawatnya yang memang seperti itu, maka harus bisa diubah agar lebih baik lagi. Namun jika perkataan yang diberikan oleh keluarga pasien bertolak belakang dengan perilaku seorang perawat tersebut, maka sikap satu-satunya adalah harus bersabar dan menanggapi ucapan tersebut sebagai acuan untuk bersikap dengan hati-hati lagi. 

Bisa dibayangkan ketika di suatu rumah sakit, namun hanya ada pasien tanpa ada perawat dan tenaga kesehatan lainnya. Repot bukan? Adanya perawat juga membantu melayani pasien yang sakit dan meningkatkan derajat kesehatannya. Seorang perawat di masa pandemic Covid-19 juga perjuangannya luar biasa. Tidak bertemu dengan sanak saudara, memakai APD yang sangat terlihat kurang nyaman dan yang lainnya. Kata “Lelah” mungkin terlintas di fikiran mereka namun tetap karena kewajiban dan sudah tanggung jawabnya melayani pasien seorang perawat berusaha bertahan hingga saat ini. 

Baca Juga : PPNI Bertindak Tegas Atas Ujaran Kebencian Yang Dilakukan Ratu Entok Terhadap Profesi Perawat

“Sedikit Menghakimi, Banyak Menghargai” terlihat sederhana ketika diungkapkan namun realita dalam masyarakat susah untuk diterapkan. Bukan hanya pada perawat dan tenaga kesehatan lainnya, namun dalam perjalanan kehidupan ketika kita tidak main hakim sendiri maka akan terasa lebih nyaman. Banyak menghargai atas perjuangan yang telah dilakukan, kita tidak tahu seberapa banyak yang harus dikorbankan dari seorang perawat dibalik senyum yang selalu diberikan ketika melayani pasiennya. Mari ubah perlilaku kita terhadap perawat dan tenaga kesehatan lainnya dengan tidak menghakimi, dan lebih banyak menghargai. 

Dari perawat-perawat yang sudah mau berjuang baik selama pandemic Covid-19 dan polemic lainnya, saya sebagai mahasiswa keperawatan merasakan pelajaran yang berharga, yaitu mengenai bagaimana cara untuk meredam ego untuk membantu mewujudkan banyak harapan.  

(DOK/NF)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *