banner 728x250

Konsep Beban Kerja Dalam Keperawatan

Foto : Ilustrasi beban kerja perawat/ Dok. Freepik.com

Mediaperawat.id – Permasalahan beban kerja perawat selama ini kurang banyak yang memahami terutama pimpinan organisasi tertinggi. Masih ada anggapan bahwa beban kerja perawat masih dilihat dari banyaknya kegiatan perawat yang dilakukan karena kolaborasi dari profesi lain. Sehingga perhitungan jumlah perawat selalu salah, pekerjaan perawat bermacam-macam dan tidak jelas wewenang dan tanggung jawabnya. Untuk itu para pimpinan organisasi harus diberikan pencerahan tentang beban kerja perawat.

Pengertian

Menurut Marquis & Houston (2000) mendefinisikan beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh seorang perawat selama bertugas di suatu unit pelayanan keperawatan. Beban kerja (workload) diartikan sebagai patient days yang merujuk pada sejumlah prosedur dan pemeriksaan saat dokter berkunjung ke pasien. Bisa juga diartikan beban kerja adalah jumlah total waktu keperawatan baik secara langsung atau tidak langsung dalam memberikan pelayanan keperawatan yang diperlukan oleh pasien dan jumlah perawat yang diperlukan untuk memberikan pelayanan tersebut (Gaudine, 2000).

Beban kerja bisa bersifat kuantitatif bila yang dihitung berdasarkan banyaknya/jumlah tindakan keperawatan yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan pasien. Beban kerja bersifat kualitatif bila pekerjaan keperawatan menjadi tanggung jawab yang harus dilaksanakan sebaik mungkin/profesional. Bila beban kerja terlalu tinggi menurut Carayon & Gurses (2005) akan menyebabkan komunikasi yang buruk antara perawat dan pasien, kegagalan kolaborasi perawat dan dokter, tingginya drop out
perawat/turn over, dan rasa ketidakpuasan kerja perawat.

Untuk mengetahui beban kerja maka para manajer keperawatan harus mengerti tentang jumlah pasien tiap hari/bulan/tahun, tingkat ketergantungan, rata-rata hari perawatan, jenis tindakan keperawatan dan frekwensi tiap tindakan serta rata-rata waktu yang dibutuhkan setiap tindakan (Gillies, 2007). Menurut Trisna (2007) kegiatan yang banyak dilakukan adalah tindakan keperawatan tidak langsung dan faktor yang mempengaruhi beban kerja perawat adalah jumlah pasien dan jumlah perawat serta jumlah aktifitas.

Standar emas untuk mengukur sumber daya keperawatan akan menjadi model yang valid dan reliable terhadap pengukuran beban kerja dengan menggunakan faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja perawat (O’Brian-Pallas, et al, 1997).

Faktor-faktor yang dimaksud adalah kondisi pasien, respon pasien, karakteristik pasien dan tindakan keperawatan yang diberikan serta lingkungan kerja. Disamping itu ada faktor lain misalnya beratnya tanggung jawab, tuntutan/permintaan dalam waktu bersamaan, kejadian-kejadian yang tidak diantisipasi, interupsi dan kejadian yang berisik/gaduh (Gaudine, 2000). Akan tetapi perhitungan beban kerja perawat tiap unit tidaklah sama akan tetapi tetap hal yang penting untuk dilakukan (Kosim, 1995).

Menurut Huber (2006), beban kerja dibedakan menjadi dua jenis yaitu beban kerja secara kualitatif dan kuantitatif. Beban kerja kualitatif artinya persepsi beban kerja yang bisa dirasakan oleh perawat. Misalnya perawat merasa saat ini beban kerjanya berat daripada yang seharusnya, lebih sulit dari yang sudah pernah dilaksanakan dan keluhan lainnya. Adapun beban kerja kuantitatif yaitu jumlah pekerjaan yang bisa dihitung dan dibandingkan dengan waktu kerja yang tersedia. Misalnya perawat memiliki waktu 8 jam tiap shift, maka berapa banyak tindakan keperawatan yang bisa dilakukan selama 8 jam itu. Hasilnya akan dijumlah dan bisa dihitung untuk menentukan jumlah perawat yang seharusnya bekerja di unit tersebut. Beban kerja kuantitatif sering dijadikan sebagai bahan penelitian untuk menghitung waktu dan jenis pekerjaan profesional perawat.

Tujuan

Menurut Gillies (2007), ada beberapa alasan dilakukan perhitungan beban kerja yaitu untuk mengkaji status kebutuhan perawatan pasien, menentukan dan mengelola staf keperawatan, kondisi kerja serta kualitas asuhan keperawatan, menentukan dan mengeluarkan beaya alokasi sumber daya yang adekuat dan untuk mengukur hasil intervensi keperawatan.

Baca Juga : Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran & Hipotesis Dalam Penelitian Keperawatan

Faktor-Faktor Beban Kerja

Beban kerja merupakan cerminan dari tindakan keperawatan yang mampu dilaksanakana secara kuantitas dan kualitas oleh seorang perawat terhadap seorang atau sekelompok pasien yang menjadi tanggung jawabnya. Pertanyaan rutin yang sering muncul adalah pasien yang mana dan dirawat oleh perawat yang mana, berapa banyak pasien yang dapat dirawat, apakah beban perawat maksimal atau optimal. Menurut Thomas and Bond Model dalam Gillies (2007) membuat identifikasi terhadap faktor-faktor yang penting dalam membedakan antara tugas-tugas perawatan yang bervariasi, yaitu:

a. Pengelompokan perawat dan alokasi pasien khusus
b. Alokasi pekerjaan perawat
c. Pengorganisasian tugas
d. Tanggung jawab kepada pasien.
e. Tanggung dalam pencatatan.
f. Penghubung/mediator dengan staf perawat dan dokter.

Adapun Connor tahun 1960-an mempelajari pengukuran intensitas pelayanan keperawatan/tindakan keperawatan berdasarkan jumlah tempat tidur/ BOR. Hasilnya yaitu berapa jumlah perawat yang seharusnya dinas sesuai dengan jumlah pasien. Ada 3 aspek yang perlu diperhatikan dalam klasifikasi intensitas pelayanan keperawatan yaitu :

a. Apakah intensitas keperawatan dievaluasi sesuai permintaan pelayanan atau dari penawaran pelayanan.

Keuntungannya dapat dilihat dari hasil obeservasi sehingga ada perbedaan waktu, profesionalisme dan struktur staf perawat. Hasil akhir adalah kinerja yang optimal. Kekurangannya jenis ini lebih bersifat obyektif.

b. Maksud atau makna intensitas keperawatan.

Makna intensitas yang perlu diperhatikan adalah derajat kegawatan, derajat kompleksitas dan kemampuan profesional yang diperlukan dan aktivitas intelektual yang akan membedakan situasi dan infrastruktur yang ada.

c. Cara intensitas keperawatan dikomputasi.

Ada dilakukan dengan pendekatan analisa yang menghitung point tertentu yang dialokasikan ke tiap kegiatan sesuai parameternya. Tiap pasien ditandai khusus misalnya V (check) apa bisa diterapkan atau tidak. Bila bisa maka ditambahkan pointnya. Jumlah skor total adalah mewakili intensitas keperawatan. Keuntungannya adalah sederhana, sedangkan kelemahannya adalah bila interaksi berbeda maka tidak bisa diambil skornya.

Beban kerja perawat tiap waktu akan berubah. Perubahan ini dapat disebabkan oleh faktor intern (jumlah pasien dalam ruang rawat inap) atau faktor eksternal (di luar rumah sakit). Faktor-faktor intern lebih mudah diatasi daripada faktor luar. Hal disebabkan faktor luar tidak bisa dikendalikan oleh pihak manajemen rumah sakit sendiri melainkan memerlukan bantuan pihak luar. Sebagai contoh yaitu situasi ekonomi yang lagi mengalami resesi seperti saat ini. Kenaikan harga tidak bisa ditolak atau inflasi sedangkan pendapatan masyarakat tetap atau bahkan menurun sehingga tidak mampu membeli harga pelayanan rumah sakit Saat ini juga sering terjadi disaster alam termasuk wabah penyakit tertentu. Kedua contoh diatas akan mempengaruhi jumlah kebutuhan perawat yang ada di rumah sakit akan ditambah atau dikurangi.

Secara umum faktor-faktor internal yang mempengaruhi beban kerja perawat antara lain :
a. Jumlah pasien yang dirawat tiap hari, tiap bulan, tiap tahun.
b. Kondisi atau tingkat ketergantungan pasien.
c. Rata-rata hari perawatan tiap pasien.
d. Pengukuran tindakan keperawatan langsung dan tidak langsung.
e. Frekwensi tindakan keperawatan yang dibutuhkan.
f. Rata-rata waktu keperawatan langsung dan tidak langsung.

Penentuan jumlah tenaga keperawatan di tiap shif juga dipengaruhi oleh pemilihan dalam menentukan jenis rotasi dan jadwal mingguan yang dipakai. Adapun prinsip-prinsip dalam pembuatan penjadwalan antara lain:

a. Membuat jadwal bisa Kepala ruangan atau Ketua tim atau Perawat primer yang mampu bertindak adil dan mengetahui derajat beban kerja ruangan.

b. Prinsip-prinsip penyusunan jadwal adalah :

  1. Ada keseimbangan antara kebutuhan unit kerja/ruangan dengan kebutuhan staf/manajer keperawatan, misalnya antisipasi
    penugasan tertentu termasuk mengikuti pelatihan/seminar.
  2. Ada keseimbangan antara siklus penugasan yang sibuk dan tidak sibuk, ringan dan berat, tiap staf punya jam kerja yang sama selama hari kerja 2-4 minggu.
  3. Tiap hari semua perawat terlibat rotasi kecuali jabatan atau alasan yang rasional.
  4. Mengurangi jumlah staf yang ada di luar rotasi kecuali ada penugasan khusus sehingga perlu ada jadwal cadangan.
  5. Metode rotasi yang dipilih sesuai dengan kondisi/kemampuan dan jumlah staf.
  6. Penugasan siklus mengikuti metode penugasan yang dipakai/ ditentukan pihak manajer rumah sakit.
  7. Setiap staf mencatat hari dinas, libur dan rotasi tugas sehingga bisa menjadi bahan bila ada permasalahan dikemudian hari.

Metode rotasi yang dapat diterapkan dalam menentukan shif adalah dengan memodifikasi jumlah jam kerja mingguan. Jenis modifikasi jam kerja mingguan dapat dibagi sebagai berikut :

  1. 10 jam kerja/hari atau 4 X 10 Jam/minggu.
    Modifikasi ini terjadi overlap 6 jam/hari yang bisa digunakan untuk konferens (pre dan post), ronde keperawatan dan rapat serta pembinaan staf. Tetapi metode rotasi ini memiliki kekurangan yaitu memerlukan jumlah staf yang banyak.
  2. 70 jam tiap 2 minggu atau 5 jam kerja /hari (7 hari kerja – 7 hari libur).
    Modifikasi ini memiliki kekurangan yaitu membutuhkan jumlah tenaga keperawatan lebih banyak.
  3. 12 jam / shif atau 7 hari tiap shif/mgg (3 hari kerja – 4 hari libur – 3 hari kerja). Modifikasi ini sama dengan sistem 10 jam perhari sehingga masih membutuhkan jumlah perawat yang lebih banyak.
  4. 8 jam/hari; 5 hari = 40 jam/minggu.
    Modifikasi sistem ini lebih disukai karena mengurangi kelelahan dan menaikkan produktifitas. Metode ini sesuai dengan peraturan Kementerian Tenaga Kerja RI yaitu 8 jam/hari atau 40 jam seminggu.
  5. Jadwal dinas malam atau hari libur atau untuk pembayaran insentip 24 jam dihitung bila sudah mengalami dinas atas 40 jam/minggu.

Baca Juga : Konsep Supervisi Dalam Keperawatan

Mengukur Beban Kerja

Analisa beban kerja adalah proses penentuan jumlah jam kerja (man hours) yang digunakan untuk menyelesaikan beban kerja tertentu, jumlah jam karyawan dan menentukan jumlah karyawan yang dibutuhkan (Mutiara, 2004). Untuk mengukur beban kerja Gillies (1994) mengembangkan sistem klasifikasi pasien.

Hal ini akan menyesuaikan tingkat ketergantungan pasien, tingkat kesulitan serta kemampuan yang diperlukan dalam memberikan pelayanan keperawatan. Adapun Swanburg & Swanburgh (1999) menyatakan bahwa dalam membuat sistem klasifikasi pasien harus memenuhi beberapa kategori yaitu :

  1. Staffing, yaitu untuk mengukur waktu yang dibutuhkan pasien dan jumlah perawat yang dibutuhkan secara kuantitas dan kualitas.
  2. Program perumusan beaya dan anggaran keperawatan yaitu mencerminkan beaya untung-rugi pelayanan keperawatan yang nyata.
  3. Kebutuhan perawatan pasien, yaitu membagi tugas pelayanan keperawatan dengan mengatur intensitas keperawatan dan tindakan keperawatan.
  4. Mengukur nilai produktifitas, yaitu mengukur output dengan input dimana produktifitas adalah indeks beban kerja perawat.
  5. Menentukan kualitas, yaitu mengatur waktu dan jenis kebutuhan pasien dengan mengalokasikan jenis dan jumlah perawat yang tepat.

Referensi :

  • Kurniadi, Anwar. 2016. Manajemen Keperawatan dan Prospektifnya. cetakan II. FKUI : Jakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *