banner 728x250

Masalah Dalam Kebutuhan Oksigen

Foto Ilustrasi/ Freepik.com

1. Hipoksia

Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan oksigen dalam tubuh akibat defesiensi oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen dalam  tingkat sel, ditandai dengan adanya warna kebiruan pada kulit (sianosis). Secara umum, terjadinya hipoksia disebabkan oleh menurunnya kadar Hb, menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah, menurunnya perfusi jaringan, atau gangguan ventilasi yang dapat menurunkan konsentrasi oksigen.

2. Perubahan Pola Pernafasan

  • Takipnea, merupakan pernafasan yang memiliki frekuensi lebih dari 24 kali per menit. Proses ini terjadi karena paru dalam keadaan atelectasis atau terjadinya emboli.
  • Bradipnea, merupakan pola pernafasan yang lambat atau kurang dari 10 kali per menit. Pola ini dapat ditemukan dalam keadaan peningkataan tekanan intracranial yang disertai narkotik atau sedative.
  • Hiperventilasi, merupakan cara tubuh dalam mengkompensasi peningkatan jumlah oksigen dalam paru agar pernafasan lebih cepat dan dalam. Proses ini ditandai dengan adanya peningkatan denyut nadi, nafas pendek, nyeri dada, menurunnya konsentrasi CO2, dan lain-lainnya. Keadaan demikian dapat disebabkan oleh adanya infeksi , keseimbangan asam basa, atau gangguan psikologis. Hiperventilasi dapat menyebabkan Hipokapnia, yaitu berkurangnya CO2 tubuh dibawah atas normal, sehingga rangsangan terhadap pusat pernafasan menurun.
  • Pernafasan Kussmaul, merupakan pola pernafasan cepat dan dangkal yang dapat ditemukan pada orang dalam keadaan asidosis metabolic
  • Hipoventilasi, merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan karbon dioksida dengan cukup yang dilakukan pada saat ventilasi alveolar serta tidak cukupnya penggunaan oksigen yang ditandai dengan adanya nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi, atau ketidakseimbangan elektrolit yang dapat terjadi akibat atelectasis, lumpuhnya otot-otot pernafasan, depresi pusat pernafasan, peningkatan tahanan jalan nafas, penurunan tahanan jaringan paru dan thorak, serta penurunan compliance paru dan thoraks. Keadaan demikian dapat menyebabkan hiperkapnia, yaitu retensi CO2 dalam tubuh sehingga pCO2 meningkat (akibat Hipoventilasi) dan mengakibatkan depresi susunan saraf pusat.
  • Dispnea, merupakan  perasaan sesak dan berat saat bernafas. Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan kadar gas dalam darah/ jaringan, kerja berat / berlebihan, dan pengaruh psikis
  • Ortopnea, merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau berdiridan pola ini sering ditemukan pada seseorang yang mengalami kongestif paru.
  • Cheyne-stokes, merupakan siklus pernafasan yang amplitudonya mula-mula naik, turun, berhenti, kemudian mulai dari siklus baru.
  • Pernafasan paradoksial, merupakan pernafasan yang ditandai dengan pergerakan dinding paru yang berlawanan arah dari keadaan normal, sering ditemukan pada keadaan atelectasis.
  • Pernafasan biot, merupakan pernafasan dengan irama yang mirip dengan Cheyne-stokes, tetapi amplitudonya tidak teratur. Pola ini sering dijumpai pada rangsangan selaput otak, tekanan intracranial yang meningkat, trauma kepala, dan lain-lain
  • Stridor, merupakan pernafasan bising yang terjadi karena penyempitan pada saluran pernafasan. Pola ini pada umumnya ditemukan pada kasus spasme trakea atau obstruksi.

BACA JUGA : Karakteristik Oksigenisasi : Suara Nafas & Pola Nafas

3. Obstuksi Jalan Nafas

Obstruksi jalan nafas (bersihan jalan nafas) merupakan kondisi pernafasan yang tidak normal akibat ketidakmampuan batuk secara efektif, dapat disebabkan oleh sekresi yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi, imobilisasi, statis sekresi, dan batuk tidak efektif karena penyakit pernafasan seperti Cerebro Vascular Accident (CVA), efek pengobatan sedative, dan lain-lain

Tanda klinis :

  1. Batuk tidak efektif
  2. Tidak mampu mengeluarkan sekresi di jalan nafas
  3. Suara nafas menunjukkan adanya sumbatan
  4. Jumlah, irama, dan kedalaman pernafasan tidak normal.

4. Pertukaran Gas

Merupakan kondisi penurunan gas, baik oksigen maupun karbon dioksida antara alveoli paru dan system vascular, dapat disebabkan oleh sekresi yang kental atau imobilisasi akibat penyakit system saraf, depresi susunan saraf pusat, atau penyakit radang pada paru. Terjadinya gangguan pertukaran gas ini menunjukkan kapasitas difusi menurun, antara lain disebabkan oleh penurunan luas permukaan difusi, penebalan membran alveolar kapiler, terganggunya pengangkutan O2 dari paru ke jaringan akibat rasio ventilasi perfusi tidak baik, anemia, keracunan CO2 dan terganggunya aliran darah.

BACA JUGA : Mode Ventilasi Mekanik (Control Mode & Assisted Mode)

Tanda klinis :

  1. Dispnea pada usaha nafas
  2. Nafas dengan bibir pada fase ekspirasi yang Panjang
  3. Agitasi
  4. Lelah, letargi
  5. Meningkatnya tahanan vascular paru
  6. Menurunnya saturasi oksigen, meningkatnya Pco2
  7. Sianosis

Sumber : Hidayat, A. Aziz alimul.(2016). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba medika

(Dok DN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *