banner 728x250

Menelisik Opini Mahasiswa Tentang Pro dan Kontra Praktik Klinik Profesi

Foto : Ilustrasi Mahasiswa Sedang Memberikan Opini/Freepik.com

MediaPerawat.id – Praktik klinik merupakan salah satu kompetensi yang harus dipenuhi mahasiswa keperawatan. Tidak lain, praktik klinik juga menjangkau berbagai fasilitas kesehatan masyarakat diantaranya rumah sakit. Sebagai mahasiswa profesi yang sudah menempuh pendidikan lebih tinggi dengan target kompetensi yang berbeda pula, tidak jarang menemui fenomena-fenomena yang dipengaruhi oleh culture sebuah institusi atau komunitas tertentu.

Dengan target kompetensi yang berbeda pula, stase Keperawatan Dasar Profesi (KDP) merupakan bekal awal untuk menempuh praktik klinik di stase-stase selanjutnya. Pada stase KDP yang memiliki target kompetensi tidak jauh beda dengan stase Kebutuhan Dasar Manusia (KDM) yang mana memang memberikan asuhan dasar basic dengan salah satunya veerbed yang merupakan cakupan dari personal hygiene klien.

Lalu bagaimana jika sudah melewati stase tersebut tetapi ketika ingin melakukan tindakan sesuai dengan target kompetensi malah diarahkan untuk veerbed yang tidak hanya 1 atau 2 klien?
Mari kita telisik dari sisi pro dan kontra.

Baca Juga : Inilah perbedaan Ners, Suster, Mantri dan Bruder

KONTRA

Bukan bagian dari capaian utama target kompetensi, Sebagai mahasiswa profesi penting untuk mengingat target capaian kompetensi dengan tindakan komprehensif yang bisa dilakukan dengan pendampingan senior di klinik.

PRO

Meskipun masih berstatus sebagai mahasiswa, sebelum terjun ke lapangan biasanya mahasiswa melakukan sumpah profesi terlebih dahulu yang berisikan sumpah untuk pelayanan masyarakat tanpa membeda-bedakan. Memberikan asuhan kebutuhan dasar manusia termasuk veerbed, ialah bagian dari pemenuhan kebutuhan aman nyaman dan personal hygiene klien. Di luar target kompetensi itu sendiri, jika memang masih memungkinkan untuk dilakukan demi kesejahteraan klien, “why not?”
Namun ada kalanya sebagai mahasiswa perlu menyadari ada target kompetensi lain yang harus dicapai. Sehingga komunikasi asertif sangatlah diperlukan dalam fenomena tersebut.

Mengkomunikasikan target kompetensi yang akan dicapai kepada pembimbing klinik adalah salah satu upaya suportif dalan belajar yang efektif dan efisien. Jika memang sudah berlebihan hingga mengganggu capaian target kompetensi, tidak salah untuk mengkomunikasikannya terlebih dahulu?

Jadi bagaimana?
Semua sisi punya pro dan kontra. Sebagai mahasiswa profesi, ada kalanya menemui fenomena-fenomena unik yang pasti ada solusinya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *