Obat HIV Cabenuva: Penderita HIV Tidak Perlu Minum Pil Lagi

Photo/Freepik.com

Mediaperawat.id – Cabenuva merupakan pengobatan terbaru bagi penderita ODHA (Orang dengan HIV AIDS). BPOM baru saja meresmikan penggunaan Cabenuva sebagai pengobatan bagi penderita ODHA.

Selain itu, FDA yang merupakan badan pengawas obat dan makanan dari Amerika Serikat telah menyetujui Cabenuva sebagi obat injeksi untuk pertama kalinya. Lalu, apa aitu Cabenuva? Simak penjelasan berikut ini.

Cabenuva merupakan cabotegravir dan rilpivirine dengan cara disuntikkan sebagai rejimen lengkap untuk pengobatan infeksi human immunodeficiency virus tipe 1 (HIV-1) pada orang dewasa untuk menggantikan antiretroviral.

Menurut Viiv Healthcare, Cabenuva adalah rejimen HIV lengkap jangka panjang yang dapat disuntukkan setiap bulan sekali. Cabenuva sendiri merupakan obat yang dikembangkan oleh perusahaan ViiV Healthcare.

Apa yang harus dilakukan sebelum melakukan pengobatan injeksi Cabenuva?

Pengobatan Cabenuva merupakan pengobatan injeksi dengan memberikan 2 suntikan (cabotegravir dan rilpivirine), satu di setiap sisi bokong penderita.

Sebelum menerima suntikan Cabenuva pertama, penyedia layanan kesehatan akan meminta penderita ODHA untuk meminum satu tablet Vocabria (cabotegravir) dan satu tablet Edurant (rilpivirine) sekali sehari selama satu bulan (setidaknya 28 hari) untuk menilai seberapa baik pasien menoleransi obat-obatan ini.

Kriteria penderita ODHA yang bisa mendapatkan pengobatan ini yaitu merupakan orang dewasa dengan riwayat rejimen antiretroviral yang stabil dan tidak memiliki riwayat kegagalan pengobatan HIV sebelumnya dan tidak diketahui ataupun dicurigai resisten terhadap cabotegravir dan rilpivirine.

Baca Juga : Keracunan Obat Dan Antidotnya (Penawar)

Apa saja efek sampingnya?

Menurut keterangan dari Cabenuva.com, pengobatan ini dapat menyebabkan efek samping yang serius, termasuk reaksi alergi.

Efek samping Cabenuva yang paling umum meliputi:

  • Nyeri, nyeri tekan, massa atau benjolan mengeras, bengkak, kemerahan, gatal, memar, dan kehangatan di tempat suntikan
  • Demam
  • Kelelahan
  • Sakit kepala
  • Nyeri otot atau tulang
  • Mual
  • Masalah tidur
  • Pusing
  • Ruam

Reaksi pasca injeksi juga dapat terjadi dalam beberapa menit pada beberapa orang setelah menerima injeksi rilpivirine mereka. Sebagian besar gejala hilang dalam beberapa menit setelah injeksi. Gejala mungkin termasuk:

  • Kesulitan bernapas
  • Keram perut
  • Berkeringat
  • Mati rasa pada mulutmu
  • Merasa cemas
  • Merasa hangat
  • Merasa pusing atau merasa seperti akan pingsan (pingsan)
  • Perubahan tekanan darah

Jika mendapatkan efek samping serius pasien harus segera melapor ke pelayanan kesehatan.

Apa kontraindikasinya?

Penderita HIV dengan kondisi tersebut tidak dianjurkan untuk mendapatkan pengobatan Cabenuva jika:

  • ODHA yang pernah memiliki reaksi alergi terhadap cabotegravir atau rilpivirine.
  • Sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu: seperti karbamazepin, okskarbazepin, fenobarbital, fenitoin, rifabutin, rifampisin, rifapentine, deksametason (lebih dari pengobatan dosis tunggal), dan/atau St John’s wort ( Hypericum perforatum )

Baca Juga : Manajemen Obat, Cairan, Elektrolit, dan Nutrisi Pasien di Ruang ICU

Demikian penjelasan singkat mengenai pengobatan Cabenuva. Pengobatan ini harus didampingi oleh pelayanan kesehatan agar tidak terjadi efek samping yang berbahaya bagi pasien.

Referensi:

Cabenuva.com. 2021. https://www.cabenuva.com/about/clinical-studies/. Diakses 9 September 2021.

HIV gov. 2021. https://www.hiv.gov/blog/fda-approves-first-extended-release-injectable-drug-regimen-adults-living-hiv. Diakses 9 September 2021.

FDA. 2021. https://www.fda.gov/drugs/human-immunodeficiency-virus-hiv/fda-approves-cabenuva-and-vocabria-treatment-hiv-1-infection 

(Dok/KN)

banner 728x90
Exit mobile version