banner 728x250

Prosedur Skrining Disfagia (Modifikasi Dari The Massey Bedside Swallowing Screen)

Foto : Tanda dan gejala disfagia/ oleh Waloeyo DS/ Sumber : Mulyatsih, Enny. (2011) Petunjuk Perawatan Pasien Stroke, Penerbit FIK UI: Jakarta

Media Perawat -Disfagia adalah kesulitan menelan yang dapat mengakibatkan komplikasi seperti pneumonia, aspirasi, dan kekurangan gizi (Hines et al., 2016). Disfagia merupakan masalah umum dan berpotensi serius pada pasien dengan kondisi neurologis (Mandysová et al., 2016). Disfagia sering terjadi pada gangguan neurologis seperti stroke, sclerosis multiple, poliomyelitis, dan sclerosis lateral amiotrifik (amyotrophic lateral sceloris) (Black and Hawks, 2009). Disfagia adalah masalah yang jika tidak segera ditangani akan menjadi masalah yang serius, oleh karena itu perlu penanganan awal oleh perawat.

Peran perawat dalam penanganan awal sangat ideal karena selama 24 jam berada di rumah sakit, peran tersebut seperti mengidentifikasi pasien dengan kesulitan menelan dan memulai intervensi yang dapat mencegah komplikasi lebih lanjut (Liu et al., 2016). Maka dari itu perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan perlu melakukan pengkajian awal guna mendapatkan data yang tepat tentang status menelan.

BACA JUGA : Cara Pemeriksaan Saraf Kranial

Pengkajian awal tersebut salah satunya seperti skrining disfagia. Skrining disfagia dini dapat mengurangi komplikasi. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa skrining disfagiadapat secara efektif dilakukan oleh perawat dan menyebabkan penurunan tingkat pneumonia (Palli et al., 2017) Skrining disfagia juga menurunkan tingkat bronchoaspirasi pada pasien stroke akut (Cocho et al., 2015). Namun untuk melakukan screening disfagia perlu menggunakan intrument yang tepat.

Banyak instrument yang bisa digunakan seperti Standardized Swallowing Assessment (SSA), Massey Bedside Swallowing Screen (MBSS), Dysphagia Screening Tool Nursing Dysphagia Screening Tool (DST-NDST), Acute Stroke Dysphagia Screen (ASDS), Korean version of Standardized Swallowing Assessment (K-SSA), Yale Swallow Protocol dan Nurse Dysphagia Screen Tool (NDST). Dari instrument diatas Massey Bedside Swallowing Screen (MBSS) memiliki sensitivitas dan spesifisitas 100%, Swallowing Assessment (SSA) dengan sensitivitas 97% dan spesifisitas 90%, K-SSA memiliki sensitivitas 94% dan spesifisitas 65%, ASDS memiliki sensitivitas 91% dan spesifisitas 74%, NDST memiliki Sensitivitas 89% dan spesifisitas 90% dan DST-NDST memiliki sensitivitas 29% dan spesifisitas 84% (J. L. Jiang et al., 2016).

Data tersebut menunjukkan bahwa instrument Massey Bedside Swallowing Screen (MBSS) mempunyai sensitivitas dan spesifisitas teratas. Berikut adalah instrument Massey Bedside Swallowing Screen (MBSS) yang dilansir dari Mulyatsih, Enny. (2011) yaitu :

BACA JUGA : Mengenal 12 Saraf Kranial Dan Fungsinya

NoObservasiHasil ObservasiHasil Observasi
1Kesadaran PasienSadar, lanjut ke nomor 2Tidak sadar, hentikan skrining
2Afasia atau disartriaYa, kolaborasi dengan terapi wicara, lanjutkan langkah berikutnyaTidak, lanjutkan ke langkah nomor 3
3Dapat merapatkan gigi, merapatkan bibir, wajah simetris, letak lidah ditengah, uvula ditengahJika ditemukan 3 atau lebih gejala, lanjutkan kelaangkah nomor 4Tidak, lanjut ke nomor 4  dan kolaborasi dengan terapi wicara
4Refleks muntah adaYa, lanjut kelangkah nomor 5Tidak, kolaborasi dengan terapi wicara, lakukan langkah nomor 5
5Tes menelan air putihMampu menelan, lanjut ke langkah nomor 6Tidak mampu menelan, STOP. Hasil skrining disfagia positif Lakukan latihan menelan Protokol I : Jangan berikan makan/minum per oral, pasang NGT, kolaborasi dengan dokter, terapis wicara, dan ahli gizi
6Berikan minum air putih bertahap mulai dari 25 ml, 50 ml, dan 100 mlPasien mampu minum air putih 50 ml dalam waktu kurang dari 20 detik tanpa tersedak, hasil skrining disfagia negatif atau fungsi menelan normalTersedak atau batukHasil skrining disfagia positifLakukan latihan menelan Protokol II : Berikan modifikasi diit sesuai toleransi, pasang NGT, kolaborasi dengan dokter, terapis wicara, dan ahli gizi

BACA JUGA : Manajemen Obat, Cairan, Elektrolit, dan Nutrisi Pasien di Ruang ICU

Referensi : Mulyatsih, Enny. (2011) Petunjuk Perawatan Pasien Stroke, Penerbit FIK UI: Jakarta

(DOK/TM)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *