banner 728x250

Ragam Intervensi Gangguan Napas Pada Anak

Photo/freepik.com

Mediaperawat.id – Terdapat 156 juta kasus ISPA pada balita di dunia per tahun dan 96,7% terjadi di negara berkembang. Dari semua kasus ISPA yang terjadi di masyarakat, 7-13% merupakan kasus berat dan memerlukan perawatan di rumah sakit. Episode batuk-pilek pada Balita di Indonesia diperkirakan 2-3 kali per tahun. Berdasarkan prevalensi ISPA tahun 2016 di Indonesia telah mencapai 25% dengan rentang kejadian yaitu sekitar 17,5 % – 41,4 % dengan 16 provinsi diantaranya mempunyai prevalensi di atas angka nasional. Survei mortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2016 menempatkan ISPA sebagai penyebab kematian bayi dan anak-anak terbesar di Indonesia dengan persentase 32,10% dari seluruh kematian balita).

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih 14 hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara stimulan atau berurutan (Muttaqin, 2008).

Menurut WHO (2007), penatalaksanaan ISPA sedang meliputi : Mastoiditis, selulitis peritonsiler, sinusitis, atau selulitis periorbital dapat terjadi. Komplikasi yang paling sering adalah otitis media, yang ditemukan pada bayi –bayi kecil sampai sebanyak 25 persennya. Kebanyakan, infeksi virus saluran pernafasan atas juga melibatkan saluran pernafasan bawah, dan pada banyak kasus, fungsi paru menurun walaupun gejala saluran pernafasan bawah tidak mencolok atau tidak ada (Nelson, 2007).

Menurut derajat keparahannya ISPA dapat dibagi menjadi tiga golongan antara lain: ISPA ringan bukan pneumonia, ISPA sedang pneumonia dan ISPA berat pneumonia berat. Khusus untuk bayi di bawah dua bulan, hanya dikenal ISPA berat dan ISPA ringan (tidak ada ISPA sedang). Batasan ISPA berat untuk bayi kurang dari dua bulan adalah bila frekuensi napasnya cepat (60 x/menit atau lebih) atau adanya tarikandinding dada yang kuat.

Pada keperawatan, diagnosa yang sering muncul adalah gangguan jalan napas dan ketidakefektifan jalan napas. Berikut adalah pilihan intervensi yang bisa digunakan untuk diagnosa tersebut :

1.      Terapi Uap Air

Pada Karya Ilmiah Akhir Susi Putri Dewi dengan diagnose gangguan jalan napas, beliau memberikan terapi inhalsi uap air dan minyak kayu putih selama 15 menit dan atur posisi duduk klien,menganjurkan anak untuk menghirup uap dari air yang sudah di beri minyak kayu putih dimana kehangatan air yaitu 42-45c dan jarak anak dengan air uap yaitu 15 cm. Selama 3 hari tindakan terapi inhalsi uap air dan minyak kayu putih untuk diagnose bersihan jalan nafas meningkat dimana tidak ada penambahan ataupun pengurangan intervensi keperawatan. Pemberian terapi inhalsi ini sudah terbukti penelitian nya untuk mengurangi bersihan jalan nafas pada anak yang mengalami ISPA. Menurut Dornish dkk dalam Zulnely, Gusmailina dan Kusmiati (2015) menyebutkan bahwa minyak atsiri eucalyptus dapat dimanfaatkan sebagai obat herbal diantaranya untuk mengurangi sesak nafas karena flu atau asma dengan cara mengoleskan pada dada, mengobati sinus dengan cara menghirup uap air hangat yang telah diteteskan minyak eucalyptus serta melegakan hidung tersumbat dengan cara menghirup aroma minyak eucalyptus.

2.      Fisioterapi Dada dan Pursed Lip Breathing

Contoh tindakan efektif untuk mengatasi ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah dengan fisioterapi dada (chest physiotherapy/CPT). Terapi CPT termasuk postural drainage, perkusi dan vibrasi (Potter & Perry, 2009). Fisioterapi dada sangat berguna bagi balita dengan penyakit paru baik yang bersifat akut maupun kronis, sangat efektif dalam upaya mengeluarkan sekret. Jadi tujuan pokok dari fisioterapi pada penyakit paru adalah mengembalikan dan memelihara fungsi otot – otot pernafasan dan membantu membersihkan sekret dari bronkhus dan untuk mencegah penumpukan sekret. Sementara itu PLB merupakan salah satu teknik termudah dalam mengurangi sesak napas. Teknik ini merupakan cara mudah dalam memperlambat frekuensi napas sehingga napas menjadi lebih efektif. Teknik ini dapat membantu untuk menghasilkan udara yang banyak ke dalam paru dan mengurangi energi yang dikeluarkan saat bernapas. Selain itu juga, dapat meningkatkan tekanan alveolus pada setiap lobus paru sehingga dapat meningkatkan aliran udara saat ekspirasi.

3.      Supper Bubbles

Beberapa hasil penelitian memperjelas bahwa latihan non farmakologis seperti pursed lips breathing, relaksasi pernafasan dalam, bermain meniup balon, dan meniup baling-baling bamboo mampu mempengaruhi pola pernapasan pasien dan meningkatkan status oksigenasi pada pasien pneumonia dan tuberculosis (Ihsaniah, 2019; Irfan et al., 2019). Hasil penelitian ini sejalan dengan Muliasari & Indrawati (2018) super bubbles adalah teknik non farmakologi yang dapat dianalogikan dengan aktivitas permainan meniup objek yang terbuat dari bahan sabun cair yang aman digunakan anak bila nantinya ditiup secara perlahan dan dapat menghasilkan butiran-butiran gelembung. Peneliti menggunakan terapi bermain super bubbles karena, terapi bermain super bubbles selain memberikan efek distraksi juga memberikan relaksasi saat anak meniup gelembung secara perlahan. Menurut Ihsaniah (2019) bahwa bermain meniup dapat di analogikan dengan latihan nafas dalam (slow deep breathing) yang merupakan suatu permainan atau aktifitas yang memerlukan inhalasi lambat dan dalam untuk mendapatkan efek terbaik pada sistem pernapasan khususnya pneumonia dengan tujuan agar fungsi paru pada anak akan meningkat dan menjadi normal.

Untuk mencegah ISPA sendiri, dapat meningkatkan dan mempertahankan pengadaan penyuluhan mengenai penyakit infeksi salah satu nya infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dari petugas kesehatan serta dibutuhkan kesadaran masyarakat.

Semoga informasi mengenai intervensi gangguan napas ini berguna ya teman sejawat!

Referensi :

SUSI PUTRI DEWI, S. P. D. (2020). efektifitas terapi uap air dan minyak kayu putih terhadap bersihan jalan nafas anak usia balita 3-5 tahun pada penderita infeksi saluran pernafasan atas di kelurahan garegeh Bukittinggi tahun 2020 (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA). http://repo.stikesperintis.ac.id/1205/.

Hidayatin, T. (2019). PENGARUH PEMBERIAN FISIOTERAPI DADA DAN PURSED LIPS BREATHING (TIUPAN LIDAH) TERHADAP BERSIHAN JALAN NAFAS PADA ANAK BALITA DENGAN PNEUMONIA. Jurnal Surya11(01), 15-21. http://jurnal.umla.ac.id/index.php/Js/article/view/78.

Padila, P., Harsismanto, J., Yanti, L., Setiawati, S., & Andri, J. (2020). Meniup Super Bubbles dan Baling-Baling Bamboo pada Anak Penderita Pneumonia. Jurnal Keperawatan Silampari4(1), 112-119. https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JKS/article/view/1545.

Firza, D., Harahap, D. R., Wardah, R., Alviani, S., & Rahmayani, T. U. (2020). Angka Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Dengan Jenis Kelamin Dan Usia Di UPT Puskesmas Dolok Merawan. http://repository.uinsu.ac.id/9439/. (*)

(Dok/ AF)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *