Mediaperawat.id – Parkinson adalah kelainan neurodegeneratif yang menyebabkan gerakan yang tidak disengaja atau tidak terkendali seperti gemetar, kaku, dan kesulitan menjaga keseimbangan.
Gejala kelainan ini dimulai secara perlahan, namun kondisi yang buruk parkinson dapat menyebabkan kekakuan atau gerakan melambat.
Apa Itu Parkinson?
Menurut Jankovic (2007) parkinson adalahgangguan neurodegeneratif yang mempengaruhi neuron-neuron penghasil dopamin yang dominan di daerah tertentu dari otak yang disebut substansi nigra.
Kemudian, Price (2006) menyebutkan parkinson adalah sindrom yang ditandai dengan tremor ritmik, bradikinesia, kekakuan otot dan hilangnya refleks-refleks postural. Kelainan pergerakan diakibatkan oleh defek jalur dopaminergik (produksi dopamine) yang menghubungkan subtansia nigra dengan korpus striatum.
Etiologi
Etiologi Parkinson belum diketahui secara pasti, namun para ilmuan memiliki asumsi bahwa kelainan ini disebabkan oleh adanya kombinasi faktor genetic dan lingkungan. Kemudian, terdapat juga beberapa dugaan berkaitan dengan penyebab penyakit ini diantaranya infeksi oleh virus non-konvensional (belum diketahui), reaksi abnormal terhadap virus umum, pemaparan zata toksik yang belum diketahui, dan terjadinya penuaan secara prematur atau dipercepat.
Munculnya Parkinson sendiri diakibatkan dengan adanya kerusakan sel-sel otak tepatnya pada bagian substansi nigra. Substansi nigra adalah suatu kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak sadar. Akibatnya, kerusakan pada area otak tersebut mengakibatkan penderitra tidak bisa mengatur/menahan gerakan-gerakan yang tidak disadarinya.
Meskipun mekanisme kerusakan tersebut belum dapat dijelaskan secara rinci, menurut Catur Budi Susilo terdapat beberapa penyebab terjadinya kerusakan tersebut antara lain:
1. Faktor usia menjadi salah satu bagian dari dugaan tersebut karena parkinson pada umumnya menyerang orang berusia 60-80 tahun.
2. Faktor keturunan atau genetik.
3. Faktor lingkungan, misalnya paparan pestisida, paparan metal dan paparan virus influenza intrautero.
4. Pola makan yang kurang sehat, misalnya terlalu banyak asupan lemak dan kalori tinggi yang dapat meningkatkan stres oksidatif yakni salah satu mekanisme kerusakan neuronal pada penyakit parkinson.
5. Truama pada kepala, misalnya cedera kranioserebal.
6. Stres dan depresi.
Gejala Parkinson
Gejala Parkinson dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yakni gejala motoric dan gejala non-motorik.
Gejala Motorik
1. Thremor
2. Rigiditas
3. Akinesia
4. Demensia
5. Gangguan behavioral
Gejala Non-motorik
Selanjutnya, gejala non-motorik yang pada umumnya dialami oleh penyintas Parkinson antara lain:
1. Kedua mata penyintas berkedip-kedip dengan gencar jika bagian atas pangkal hidungnya diketuk.
2. Keringat berlebihan, air ludah berlebihan, gangguan sfingter terutama inkintinensia dan hipotensi ortostatik.
3. Kulit berminyak dan infeksi kulit seborrheic.
4. Pengeluaran urine yang banyak.
5. Gangguan seksual yang berubah fungsi ditandai dengan melemahnya hasrat seksual, perilaku dan orgasme.
6. Gangguan tidur (insomnia).
7. Gangguan sensasi, kepekaan kontras visual lemah, pemikiran mengenai ruang, dan perbedaan warna.
8. Gangguan kepekaan indra perasa bau.
9. Sering mengalami pingsan yang diakibatkan oleh hipotensi ortostatik yakni kegagalan saraf ototnom untuk melakukan penyesuaian tekanan darah saat terjadai perubahan posisi tubuh.
Perawatan Pada Penyakit Parkinson
Meskipun belum ada obat secara pada penyakit parkinson. Namun, terdapat beberapa obat dan metode terapi yang dapat diberikan kepada penyintas untuk mengurangi atau meredakan beberapa gejala pada penyakit tersebut.
1. Terapi Obat
Terdapat beberapa obat yang dapat diberikan untuk mengurangi gejala pada penyakit Parkinson antara lain:
a) Antikolinergik
Antikolinergik adalah jenis obat yang menghalangi aksi neurotransmiter, senyawa kimiawi dalam tubuh yang juga disebut asetilkolin. Pada penyintas parkinson, antikolinergik dapat membantu mengurangi gejala tremor dan kekakuan otot.
b) Lavedopa dan Carbidopa
Lavedopa disebut sebagai terapi utama untuk penyakit parkinson. Lavedopa diberikan untuk mengurangi tremor, kekakuan otot dan memperbaiki gerakan. Biasanya lavedopa diberikan bersamaan dengan carbidopa dengan tujuan untuk mencegah atau mengurangi efek samping lavedopa seperti mual, muntah, tekanan darah rendah dan kegelisahan.
c). Agonis Dopamin
Agonis dopamin diberikan untuk merangsang produksi dopamin pada otak. Obat ini biasanya diberikan kepada penyintas yang pernah mengalami fluktuatif dan diskinesia.
2. Deep Brain Stimulation
Deep Brain Stimulation (DBS) adalah salah satu jenis perawatan atau terapi yang dapat diberikan kepada penyintas Parkinson dengan gejala seperti tremor, kekakuan otot dan kesulitan berjalan. Jenis terapi ini pada dasarnya bukanlah terap untuk penyakit Parkinson dan disebutkan juga tidak akan menghentikan tingkat keparahan penyakit. Namun, deep brain stimulation dapat menjadi opsi jika seseorang yang mengalami Parkinson dalam jangka waktu lama setidaknya 5 tahun dan tidak terkontrol dengan baik atau mendapat bantuan yang cukup dari obat-obatan.
Deep brain stimulation dilakukan terhadap penyintas Parkinson dengan menanamkan elektroda di area otak tertentu. Elektroda tersebut dapat menghasilkan impuls listrik yang mengatur impuls abnormal. Selain itu, impuls listrik juga dapat mempengaruhi sel dan bahan kimia tertentu pada otak.
3. Beberapa Jenis Terapi Lainnya
Terapi fisik, okupasi dan wicara yang dapat membantu gangguan gaya berjalan dan suara, tremor dan kekauan serta penurunan fungsi mental.
– Diet sehat untuk mendukung kesehatan tubuh secara menyeluruh.
– Latihan untuk memperkuat otot dan meningkatkan keseimbangan, felksibilitas dan koordinasi.
– Terapi pijat untuk mengurangi ketegangan.
– Yoga dan taichi untuk meningkatkan peregangan dan fleksibilitas.
Cara Agar Terhindari dari Parkinson
Setelah mengetahui beberapa penyebab dan gejala pada kelainan Parkinson, berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghindari penyakit Parkinson
1. Rutin berolahraga seperti bersepeda, lari, renang atau senam.
2. Mengonsumsi makanan yang bergizi lengkap dan seimbang.
3. Istirahat yang cukup dan teratur.
4. Melatih kemampuan otak dengan cara rutin membaca, bermain catur atau puzzle.
5. Mengikuti latihan yoga untuk melatih keseimbangan dan kelenturan.
6. Kurangi paparan bahan kimian berbahaya seperti pestisida, herbisida dan logam berat.
7. Kelola stres dengan baik.
8. Mengonsumsi vitamin D yang cukup.
Sumber:
Catur Budi Susilo. 2019. Keperawatan Medikal Bedah Persarafan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Parkinson’s Disease: Causes, Symptoms, and Treatments. Diakses dari https://www.nia.nih.gov/health/parkinsons-disease.
What is Parkinson’s?. Diakses dari https://www.parkinson.org/.
Mengenal Deep Brain Stimulation untuk Menangani Parkinson. Diakses dari https://www.halodoc.com/.
Pencegahan Penyakit Parkinson. Diakses dari https://www.alodokter.com/