Pilihan Intervensi Untuk Mengatasi Gangguan Pola Tidur Pada Anak

Freepik.com

Manusia memerlukan istirahat dan tidur. Hal tersebut merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi semua orang. Namun, beberapa orang mengalami gangguan pola tidur. Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI, gangguan pola tidur merupakan gangguan yang terjadi pada kualitas dan kuantitas waktu tidur seseorang akibat faktor eksternal. Penyebabnya adalah hambatan lingkungan (misalnya kelembapan lingkungan sekitar, suhu lingkungan, pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal pemantauan/pemeriksaan/tindakan), kurang kontrol tidur, kurang privasi, restraint fisik, ketiadaan teman tidur, tidak familiar dengan peralatan tidur, kondisi medis, seperti sesak napas, obat-obatan, seperti kafein, antidepresan, atau stimulant, gangguan kejiwaan, seperti depresi atau cemas. kondisi lingkungan, dan juga seperti pekerja shift malam hari.

Baca juga : Nursing Humanities “Rasa Kepedulian Perawat dan Proses Penyembuhan Bagi Pasien (Caring and Healing)”

Tak hanya orang dewasa, anak – anak juga dapat mengalami masalah tidur. Gangguan tidur dapat terjadi pada anak dengan manifestasi kesulitan pada saat mulai tidur, mempertahankan tidur, atau gangguan yang berhubungan dengan pernapasan. Penyebab gangguan tidur dapat bersifat internal maupun eksternal. Faktor lingkungan dapat mempengaruhi kualitas tidur pada anak, demikian pula perilaku dan kebiasaan dapat dihubungkan dengan gangguan tidur. 

Source : Freepik.com

Padahal kualitas tidur sangat berhubungan dengan kesejahteraan seorang anak. Gangguan tidur sering kali diikuti dengan berbagai penyakit somatik, psikiatrik dan neurologis. Tidur yang buruk memiliki dampak negatif terhadap mood dan perilaku, gangguan tidur laten pada beberapa kasus dapat bermanifestasi sebagai gejala psikiatrik. Kurangnya tidur dapat mempengaruhi fungsi korteks serebral. Perubahan mood, gangguan fungsi kognitif dan performa motorik serta perubahan hormonal merupakan akibat yang mungkin dari kurangnya waktu tidur. 

Ada beberapa hal yang dapat diperhatikan untuk intervensi gangguan pola tidur pada anak, diantaranya :

  1. Perhatikan Stress Pada Anak

Stress juga bisa terjadi pada anak lho! Contohnya jika anak dirawat di Rumah Sakit, mereka bisa mengalami stress hospitalisasi. Stres hospitalisasi merupakan gangguan psikologis yang diterima oleh seorang anak sebagai akibat perawatan dirinya di rumah sakit (Dorland, 1996). Sumber stres yang terjadi pada anak usia prasekolah adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan interaksi sosialnya dengan lingkungan sekitar dan hubungan interpersonal dengan orang yang sudah dikenal maupun yang belum dikenal dan juga mengenai hal – hal yang berkaitan dengan pribadinya misalnya, rasa percaya diri, kemampuan komunikasi yang terbatas (Ibung, 2008). Pastikan anak tidak stress ya Ayah – Bunda! Karena stress pada anak dapat berpengaruh pada siklus tidurnya dan menimbulkan keadaan fisik anak menjadi lemah, tidak dapat berkonsentrasi, sehingga jika anak sakit dapat memperlambat proses penyembuhan.

  1. Perhatikan Kebiasaan Menjelang Tidur

Sleep hygiene atau kebiasaan menjelang tidur yang baik merupakan hal yang harus diperhatikan. Menurut penelitian jurnal “Intervensi sleep hygiene pada anak usia sekolah dengan gangguan tidur: Sebuah penelitian awal.” Yang memberikan prosedur sleep hygiene modifikasi Program Ferret yang terdiri atas tidur pada waktu yang sama setiap hari, tidak minum apa pun 30 menit sebelum tidur, tidak menggunakan alat elektronik 30 menit sebelum tidur, meredupkan lampu kamar tidur, tidak mengerjakan PR di tempat tidur, dan membuka jendela atau menyalakan lampu kamar saat bangun tidur. Sebelum melakukan kebiasaan itu, anak – anak mengatakan keluhan mengantuk di sekolah, cepat marah dan lelah, serta kesulitan bangun tidur di pagi hari. Namun semenjak dilakukan sleep hygiene, hal tersebut berkurang lho! Hal ini membuktikan bahwa membiasakan kegiatan sleep hygiene pada anak usia sekolah dapat membantu gangguan tidur yang menyebabkan keluhan mengantuk di sekolah, mood sehari-hari, dan kesulitan bangun di pagi hari.

Baca juga : Nano Nano PKL Pertama Mahasiswa Keperawatan, Gimana Tuh?

  1. Pijat atau Back Rub

Jika anak sudah stress terutama saat sedang hospitalisasi, back rub bisa menjadi pilihan yang tepat. Back Massage atau Back  Rub atau  lebih  dikenal  dengan pijat    punggung, dimana prosedur ini merupakan tindakan mandiri perawat. Back Rub merupakan suatu tindakan/proses  masase  bagian  punggung untuk  mengurangi nyeri dan  merelaksasi otot  akibat  stress.  (Noonan,  2006). Back rub dilakukan dengan menggunakan telapak  tangan dengan gerakan  memutar di  area punggung mulai dari  area sakralis menuju  ke pusat punggung kemudian ke scapula, gerakan telapak tangan dengan lembut dan tekanan berkelanjutan. (Kozier,dkk, 2011). Manfaat back rub diantaranya  meningkatkan kadar hormone dopamine, serotonin dan menurunkan    kortisol sehingga terjadi relaksasi otot-otot, mempertahankan aliran darah, menghilangkan kelelahan, dan meningkatkan perkembangan system saraf. Efek dari back massage akan mempengaruhi stimulasi saraf otonom pada area tubuh.

  1. Membacakan Dongeng

Dongeng merupakan seni yang menggabungkan antara bahasa, vokalisasi, gerakan fisik dan isyarat tertentu dalam mengungkapkan cerita. Dongeng dapat merangsang batang otak atas dalam mengaktivasi korteks serebral. Aktivasi korteks serebral kemudian akan menstimulus penurunan Retikular activating System (RAS). Dongeng mampu meningkatkan pelepasan endofrin yang dapat mengurangi cemas. Dongeng atau cerita membawa anak kedalam fantasi. Cerita yang mengandung hiburan akan menimbulkaan rasa tenang dan membuat anak menjadi rileks. Hasil penelitian ” Dongeng Meningkatkan Kualitas Tidur Pada Anak Usia Sekolah Yang Mengalami Hospitalisasi.” menunjukkan ada pengaruh yang signifikan dongeng terhadap kualitas tidur anak usia sekolah yang mengalami hospitalisasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian lain yang mendeskripsikan bahwa mayoritas anak memiliki gangguan tidur sebelum diberikan terapi bercerita.

Baca juga : Novel dan Serial TV Outlander: Peran Perawat dan Ilmu Kedokteran Pada Abad ke-18

  1. Menggunakan Musik

Peran musik dalam terapi musik yaitu membantu mengekspresikan perasaan, membantu rehabilitasi fisik, member pengaruh positif terhadap kondisi suasana hati dan emosi, meningkatkan memori, serta menyediakan kesempatan yang unik untuk berinteraksi dan membangun kedekatan emosional. Dengan demikian diharapkan dapat membantu mengatasi stress, mencegah penyakit dan rasa sakit (Djohan, 2006, hlm.25). Penelitian Anggraeny, F. I., Alfianti, D., & Purnomo, S. E. menunjukkan adanya pengaruh terapi musik dengan gangguan kualitas tidur.Hal ini dapat diasumsikan bahwa pasien anak yang mengalami gangguan tidur selama menjalani hospitalisasi dapat berkurang gangguan tidurnya setelah mendapatkan terapi musik. 

Nah, itu tadi beberapa intervensi yang dapat diterapkan di rumah dan di Rumah Sakit pada anak yang memiliki gangguan pola tidur. Semoga hal ini dapat diterapkan dan berguna ya teman sejawat dan Ayah – Bunda!

(DOK/AF)

Referensi :

Anggraeny, F. I., Alfianti, D., & Purnomo, S. E. (2014). PENGARUH TERAPI MUSIK POP TERHADAP KUALITAS TIDUR ANAK USIA SEKOLAH (6-12TAHUN) YANG DIRAWAT DI RSUD AMBARAWA. Karya Ilmiah. http://182.253.197.100/e-journal/index.php/ilmukeperawatan/article/view/265

Kristanti, A., & Lestari, N. E. (2018). Dongeng Meningkatkan Kualitas Tidur Pada Anak Usia Sekolah Yang Mengalami Hospitalisasi. Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia8(03), 468-471. http://journals.stikim.ac.id/index.php/jiiki/article/download/130/111

Wahyuningsih, A., & Febriana, D. (2011). Kajian stres hospitalisasi terhadap pemenuhan pola tidur anak usia prasekolah di ruang anak RS Baptis Kediri. Jurnal Penelitian STIKES Kediri4(2), 66-71. http://jurnalmesin.petra.ac.id/index.php/stikes/article/view/18429.

Tanjung, M. C., & Sekartini, R. (2016). Masalah tidur pada anak. Sari Pediatri6(3), 138-42. https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/viewFile/893/826.

Harmoniati, E. D., Sekartini, R., & Gunardi, H. (2016). Intervensi sleep hygiene pada anak usia sekolah dengan gangguan tidur: Sebuah penelitian awal. Sari Pediatri18(2), 93-9. https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/download/33/378

Ningsih, N. S., & Yuliastati, Y. PENGARUH BACK RUB TERHADAP KECEMASAN DAN GANGGUAN TIDUR PADA ANAK PRA SEKOLAH SAAT HOSPITALISASI. Coping: Community of Publishing in Nursing6(3), 135-142. https://ocs.unud.ac.id/index.php/coping/article/view/53578.

Potter & Perry. Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses & praktek. Jakarta: EGC; 2010.

Febriana, Desita & Wahyuningsih, Aries. Kajian stress hospitalisasi terhadap pemenuhan pola tidur anak usia prasekolah di ruang anak RS baptis Kediri. Jurnal Stikes Rs. Baptis Kediri. 2011;4: 66-71.

Kapti RO, Ahsan, & Setianingrum SNR. Pengaruh dongeng terhadap perubahan gangguan tidur anak usia prasekolah akibat hospitalisasi di rumah sakit. J.K.Mesencephalon. 2017;3(1):32-38.

Exit mobile version