Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada Kamis, 18 Maret 2021 kepada salah satu inisial Ns. R yang tidak mau disebutkan namanya. Beliau berpendapat bahwa:
“Profesi perawat saat ini memang masih bisa dikategorikan profesi yang bergengsi dalam menghadapi tantangan sosial. Banyak orang berlomba-lomba ingin menjadi perawat. Alumni atau lulusan perawat saat ini juga sangat banyak. Kebutuhan pelayanan terkait dengan profesi ini juga masih sangat dibutuhkan sehingga menjadi salah satu pertimbangan untuk memilih profesi ini. Karena memang ada hal tantangan yang wajib dialami dan dirasakan saat ini bahkan untuk kedepannya”, Ujarnya.
Lantas apa saja tantangan tersebut? Mari kita bahas.
Berikut 6 tantangan yang dihadapi berdasarkan hasil wawancara salah satu mahasiswa Universitas Padjajaran yang saat ini sedang menjalani Magister Keperawatan:
1. Biaya sekolah mahal
Walaupun bukan yang termahal, biaya sekolah perawat dibandingkan dengan rata-rata sekolah pada umumnya ternyata membutuhkan biaya lebih besar, baik SPP maupun biaya praktek dan lainnya. Apalagi jika penyelenggara sekolah adalah dari pihak swasta. Coba bandingkan dengan sekolah-sekolah pada umumnya, pasti akan mendapatkan jawabannya.
Bagi sebagian orang, masalah biaya bukanlah permasalahan utama karena biaya yang dikeluarkan akan sebanding dengan kualitas yang didapatkan. Jika demikian, tetapkanlah hati untuk memilih profesi perawat dan belajarlah dengan sungguh-sungguh. Ujarnya
2. Kerja tak kenal waktu
Kebutuhan akan pelayanan perawatan kesehatan tidak memilih waktu sebagaimana orang sakit tidak memilih siang maupun malam hari. Pelayanan harus dilakukan setiap kali orang membutuhkan.
Dengan kebutuhan pelayanan kesehatan tersebut, di Puskesmas Perawatan, klinik dan Rumah Sakit pastinya akan membuka pelayanan kesehatan 1 x 24 jam dengan pergantian jadwal jaga. Dengan kondisi ini sehingga seorang perawat pasti akan mendapat giliran kerja pada jam-jam yang sebagian besar orang menggunakan waktunya untuk istirahat. Belum lagi jika di suatu unit pelayanan masih kekurangan tenaga, maka pastinya akan ada pegawai yang terpaksa bekerja melebihi dari jam kerjanya.
BACA JUGA : Pengkajian Tingkat Keparahan Stroke Menggunakan National Institute Health StrokeSS, Scale (NIHSS)
Kondisi ini membutuhkan kesiapan, kegigihan dan stamina yang kuat. Kita ketahui bersama bahwa setiap orang memiliki kebutuhan tidur dan istirahat yang sama. Jika kebutuhan tidur dan waktu istirahat tidak cukup maka berbagai kemungkinan buruk akan terjadi. Yang paling kecil adalah tertidur saat jam jaga dan terpaksa harus menerima ocehan keluarga pasien.
3. Rutinitas yang membosankan
Sebagian besar pekerjaan perawatan adalah pekerjaan dalam gedung, kecuali di puskesmas ada sebagian kegiatan yang dilakukan di luar gedung.
Kegiatan-kegiatan dalam gedung tersebut sudah terkonsep dan berulang dengan pekerjaan yang sama. Walaupun sebagian orang nyaman-nyaman saja dengan kondisi ini, namun ada sebagian besar orang yang lebih cenderung merasa bosan dengan rutinitas seperti itu.
Untuk menghadapi kondisi ini maka dibutukan ketekunan, keuletan dan kesabaran agar tetap fokus dan motivasi yang kuat untuk melakukan pekerjaannya.
4. Konflik antar profesi
Melakukan pelayanan kesehatan merupakan sebuah sistem pelayanan yang terdiri dari berbagai latar belakan profesi seperti dokter, perawat, apoteker, analis dan lain-lain. Selain itu, senioritas dan sistem birokrasi juga turut mewarnai dalam sistem pelayanan kesehatan. Sebagai tim yang profesional maka kolaborasi antar profesi tersebut sangat diperlukan dalam bekerja sesuai tugas dan fungsinya.
BACA JUGA : Kampus Keperawatan Terbaik Di Luar Negeri
Gesekan antar profesi, senioritas dan sistem birokrasi tidak jarang kita temukan. Saling merendahkan dan tidak menghargai kelebihan dari profesi masing-masing kerap kali dilakukan oleh oknum-oknum tertentu.
Sebagai perawat yang profesional, tentunya harus mampu membuktikan bahwa kita adalah tenaga profesional dengan keahlian yang tidak dimiliki oleh profesi lain. Kita harus membuktikan pada atasan bahwa tanpa kehadiran bawahan maka tak ada sistem yang berjalan untuk pelayanan kesehatan.
5. Tantangan dari pasien dan keluarganya
Seorang perawat dan pernah bertugas diunit pelayanan kesehatan, tentunya pernah merasakan atau mendapatkan ocehan dari pasien atau keluarga pasien.
Marah-marah, mengomel, bahkan melakukan aksi fisik kerap dilakukan oleh pihak pasien yang belum tentu apa yang mereka maksud adalah benar.
Sebagai pelaksana pelayanan, tentunya hal tersebut perlu disikapi dengan kepala dingin. Menjelaskan kepada pihak pasien adalah hal utama yang harus dilakukan. Disinilah kesabaran seorang perawat benar-benar diuji. Jangan mengaku menjadi perawat bila belum mampu menghadapi hal-hal seperti itu karena hal tersebut kerap kali terjadi di unit pelayanan kesehatan.
BACA JUGA : Pengkajian Nyeri Pada Pediatric & Adult
6. Pekerjaan tidak sesuai bidang keilmuan
Entah salah siapa. Melakukan pekerjaan tidak sesuai bidang keilmuan masih saja terjadi di beberapa tempat. Seorang perawat harus melakukan tugas administratif, keuangan dan bahkan terpaksa harus melakukan kegiatan yang sebenarnya membutuhkan kewenangan medis.
Kekurangan tenaga, kekurangan pengetahuan bahkan ‘arogansi kebijakan‘ mungkin menjadi penyebab terjadinya hal tersebut. Tapi apa hendak dikata, tugas-tugas tersebut harus dilakukan.
Bila dilihat dari bidang keahlian, pekerjaan-pekerjaan tersebut tentunya tidak sesuai dengan bidan keilmuan yang dipelajari. Oleh karena itu, sebagai seorang perawat juga dituntut harus mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan tersebut semaksimal mungkin.
BACA JUGA : Kumpulan Link Referensi Jurnal Keperawatan
(DOK/ND)