banner 728x250
Berita  

Optimasi Peran Occupational Health Nurse dalam Mendukung Kesehatan  Mental Karyawan di Perusahaan dan Industri

Foto : Ilustrasi Occupational Health Nurse dalam Mendukung Kesehatan  Mental Karyawan di Perusahaan dan Industri/ Dok. Freepik.com
Penulis : Emyranda Samosir (Mahasiswa Profesi Ners 2024 Universitas Sumatera Utara) Pemenang Lomba Artikel Ilmiah HUT RI-79 @ohnurseedu

Mediaperawat.id – Pada era industrialisasi, manusia dituntut untuk bekerja dengan produktivitas yang tinggi, seiring dengan kemajuan teknologi untuk meningkatkan pergerakan ekonomi. Di lingkungan kerja yang serba cepat dan menuntut saat ini, kesehatan mental karyawan muncul sebagai area perhatian kritis karena meningkatnya angka kecelakaan kerja akibat masalah psikologis karyawan (Minarna & Paskarini, 2018). Sehingga, sangat penting optimalisasi manajemen sumber daya manusia khususnya optimalisasi peran perawat kesehatan kerja (OHN) di perusahaan dan industri dalam memberikan asuhan keperawatan yang holistik bagi para pekerja. Tukayo & Hardy (2020) menyebutkan sebesar 63% perawat kesehatan kerja kurang maksimal dalam memberikan perawatan. Padahal, perawat kesehatan kerja berperan sebagai clinician, educator, manager/advisor, consultant, dan case manager di lingkungan perusahaan, sehingga sangat penting untuk menerapkan kesehatan dan keselamatan kerja yang komprehensif  dan holistik (Strasser dkk., 2009 dalam Naufal et al., 2022).

Perawat menjadi key player dalam mengidentifikasi, mengelola, dan mendukung masalah kesehatan mental guna menjaga kesehatan dan keselamatan kerja para karyawan. Posisi unik ini memungkinkan perawat menjembatani kesenjangan antara karyawan dan sumber daya kesehatan mental, dan memastikan intervensi yang tepat waktu. Faktor-faktor yang mejadi penyebab masalah kesehatan mental yaitu faktor usia, jenis kelamin, beban kerja, kejenuhan, konflik, shift kerja, finansial, dan lingkungan kerja di perusahaan dan industri (Alief et al., 2021).

Dalam keperawatan itu sendiri permasalahan kesehatan pekerja masuk didalam Gangguan Kesehatan Jiwa pada orang Dewasa dan Lansia dimana notabene sering dialami pada usia produktif hingga Masa Bebas Tugas (MBT) atau Pensiun, OHN juga turut berperan dalam optimasi dalam “Wellness Program” maupun “Employee Assistance Programe” guna meminimalisir Hazard Prikososial dan Mental Ilness pada Pekerja. pada fase ini cenderung memiiki rasa tidak memiliki arah, khawatir, bingung, dan galau akan ketidakpastian kehidupannya di masa mendatang pada umumnya, kekhawatiran ini meliputi masalah keuangan, spiritual, relasi, percintaan, karier, tempat tinggal, dan kehidupan sosial. Dimana fenomena dikenal dengan Quarter life Crisis (QLC) (Cirklová, 2021).

Menurut Erikson, ditemukan lebih awal dalam perjalanan hidup, kemungkinan karena perbedaan sosial dalam historisitas dan tantangan kedewasaan yang mayoritas 75% terjadi di usia 25-33 tahun segala kejadian dalam usia ini akan memiliki berdampak pada masa lansia individu. Dan diusia inilah yang rawan mengalami Stres Kerja World Health Organization mendefinisikan stres kerja sebagai “pola reaksi yang terjadi ketika pekerja dihadapkan pada tuntutan pekerjaan yang tidak sesuai dengan pengetahuan, keterampilan, atau kemampuan dan pekerja tidak mampu untuk mengatasinya”. Psychoneuroimmunology (PNI) adalah studi tentang bagaimana psikologis, saraf, dan proses imunologis berinteraksi dan memengaruhi kesehatan dan perilaku manusia. PNI berfokus pada struktur dan fungsi sistem kekebalan tubuh manusia, dan kesehatan mental Ketika Periode ini individu dituntut untuk mengeksplor segala potensi diri,  work-life balance, mengantisipasi perubahan gaya hidup, fokus berinvestasi dan karir  untuk mencapai kesejahteraan mental dalam bekerja (Devanda,et.al. 2022)

Baca Juga : APPOKI (Akademi Praktisi Perawat Okupasi Indonesia) Pembuka Paradigma Peluang Kerja Perawat di Sektor Industri/Perusahaan sebagai SDM K3

Peran OHN dalam Mengidentifikasi Masalah Kesehatan Mental

Perawat menjadi titik kontak pertama bagi karyawan yang mengalami masalah kesehatan di perusahaan, sehingga sangat ideal untuk mengidentifikasi tanda-tanda awal masalah kesehatan mental seperti tanda gejala kecemasan, depresi, stres, dan kelelahan sedini mungkin. Perawat dapat melakukan early screening kesehatan mental pada saat pemeriksaan kesehatan rutin (daily check up), konsultasi, dan interaksi dengan karyawan. Perawat dapat menilai perubahan perilaku atau suasana hati yang menunjukkan tanda awal masalah kesehatan yang terlihat dari tekanan darah yang tinggi, mudah lelah, tidak nafsu makan dan kesulitan tidur (Herdiany et al., 2023).

Pemeriksaan lanjutan masalah kesehatan dapat dilakukan dengan menggunakan lembar pertanyaan beban mental NASA-TLX dan lembar pertanyaan Perceived Stress Scale (PSS). NASA TLX adalah metode subjektif pengukuran beban kerja mental dengan enam dimensi ukuran beban kerja mental, yakni kebutuhan fisik, kebutuhan mental, kebutuhan waktu, performansi, usaha, dan tingkat stress. Interpretasi hasil pengukuran beban kerja mental antara lain; rendah, sedang, agak tinggi, tinggi, dan sangat tinggi yang diklasifikasikan berdasarkan total skor NASA TLX yang didapatkan. Sedangkan PSS adalah alat ukur untuk mengetahui stres yang dirasakan dalam kurun waktu satu bulan terakhir. Interpretasi hasil pengukuran ini adalah stres rendah, stres sedang, dan stres berat. Kedua pendekatan proaktif ini membantu mengidentifikasi masalah kesehatan mental sejak dini, memungkinkan intervensi dan dukungan tepat waktu sehingga dapat mencegah terjadinya accident di perusahaan dan industri akibat masalah psikologis (Marshanty et al., 2020).

Mengelola dan Mendukung Kesehatan Mental di Tempat Kerja  dengan Program yang Aplikatif

Setelah masalah kesehatan mental diidentifikasi, perawat diwajibkan untuk memanajemen dan mendukung kesehatan mental di tempat kerja. Perawat memfasilitasi penanganan situasi krisis, seperti serangan panik atau kecemasan parah, memberikan pertolongan pertama untuk kesehatan mental sebagaimana perawat melakukannya pada cedera fisik. Selain itu, perawat perlu mengembangkan dan menerapkan program kesehatan mental di tempat kerja sebagai terapi nonfarmakologis yang mudah diaplikasikan di lingkungan perusahaan dan industri. Ada pun program aplikatif terapi mental yang dimaksud ialah:

  1. Terapi Mindfullness. Terapi ini efektif menurunkan kecemasan dengan menggunakan prinsip meditasi dan kognitif, sehingga individu belajar untuk mengembangkan kesadaran terhadap perasaan dan pikiran yang negatif dengan tidak menghindarinya. Individu pun akan menjadi lebih terbuka, memiliki rasa ingin tahu dan mampu menerima (Dhamayanti & Yudiarso, 2020).
  2. Terapi musik, terapi musik dapat membantu individu dalam mengekspresikan emosi mereka yang sulit diungkapkan secara verbal, seperti rasa sakit, kesedihan, atau marah, dengan mengaktifkan area otak yang terkait dengan emosi dan belajar (Sub’haan et al., 2023)
  3. Terapi Benson, Relaksasi benson dapat mengurangi kecemasan, mengatasi serangan hiperventilasi, mengurangi sakit kepala, nyeri punggung, angina pectoris, hipertensi, gangguan tidur dan mengurangi stress (Herbert, 2009 dalam (Utami et al., 2023).
  4. Konseling traumatik, bantuan terapeutis yang ditujukan agar bisa mengubah sikap maupun perilaku konseli yang mengalami trauma, yang dilaksanakan secara bertatap muka dengan tujuan merubah perilaku, lebih produktif, dan mampu menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan yang baru (Nihayah et al., 2022).

Baca Juga : Mau Jadi Perawat Perusahaan/ Industri ? Yuk intip Gaji Perawat OHN

Pentingnya Kesadaran Kesehatan Mental di Perusahaan dan Industri

Meningkatkan kesadaran tentang kesehatan mental adalah aspek kunci dari peran perawat kesehatan kerja dalam mendukung kesejahteraan karyawan. Perawat perlu terlibat dalam merancang kampanye pendidikan yang meningkatkan kesadaran tentang masalah kesehatan mental dan sumber daya yang tersedia bagi karyawan. Kampanye ini dapat mencakup lokakarya, seminar, dan distribusi materi informasi yang menyoroti kondisi kesehatan mental yang umum, tanda dan gejala, serta strategi penanganan. Dengan membina lingkungan dimana kesehatan mental dibicarakan secara terbuka, perawat membantu mengurangi stigma dan mendorong karyawan untuk memprioritaskan kesejahteraan mental mereka. Kesadaran ini juga memberdayakan karyawan untuk mendukung rekan-rekan mereka, menciptakan budaya kerja yang suportif dimana kesehatan mental dihargai dan dilindungi.

Daftar Pustaka :

  • Devanda et.al, 2022 ; Buku KESEHATAN REPRODUKSI DAN KESEHATAN WANITA, Publisher: Yayasan Penerbit Muhammad Zaini, Editor: Arif Munandar, ISBN: 978-623-5722-79-5
  • Devanda et.al, 2022 ; Buku HUMAN CAPITAL MANAGEMENT, Penerbit : Media Sains Indonesia, Editor : Harini Fajar Ningrum, ISBN : 978-623-362-903-4
  • Devanda et.al, 2022 ; Buku ILMU KEPERAWATAN JIWA, Penerbit : Media Sains Indonesia, Editor: Arif Munandar, ISBN : 978-623-362-408-4 
  • Alief, A. A. Al, Utari, D., Fithri, N. K., & Hardy, F. R. (2021). Hubungan Kebisingan Dan Beban Kerja Mental Dengan Stres Kerja Di Pt. Duraquipt Cemerlang. Journal of Community Mental Health and Public Policy, 4(1), 37–48. https://doi.org/10.51602/cmhp.v4i1.62
  • Dhamayanti, T. P., & Yudiarso, A. (2020). The Effectiveness of Mindfulness Therapy for Anxiety: A Review of Meta Analysis. Psikodimensia, 19(2), 174. https://doi.org/10.24167/psidim.v19i2.2734
  • Herdiany, A. P., Komariah, K., & Mulia Z, F. (2023). Pengaruh Beban Kerja Berlebih Dan Konflik Kerja Terhadap Kesehatan Mental Karyawan. Journal of Economic, Bussines and Accounting (COSTING), 7(1), 547–551. https://doi.org/10.31539/costing.v7i1.6682
  • Marshanty, Y. A., Wardani, I. A. K., & Sari, J. D. E. (2020). Hubungan Beban Kerja Mental, Masa Kerja Dan Usia Terhadap Kejadian Stres Pada Pekerja Perusahaan Akuakultur Di Banyuwangi. Journal of Community Mental Health and Public Policy, 2(1), 1–11. https://doi.org/10.51602/cmhp.v2i1.36
  • Minarna, F. M., & Paskarini, I. (2018). Hubungan Antara Faktor Individu Dan Beban Kerja Mental Dengan Keluhan Kelelahan Kerja Pada Pengemudi Haul Dumptruck. Journal of Community Mental Health and Public Policy, 1(1), 1–12. https://doi.org/10.51602/cmhp.v1i1.16
  • Naufal, A. A., Sulistiawati, & Sylvia Dwi Wahyuni. (2022). THE Peran Perawat Kesehatan Kerja dalam Upaya Menurunkan Angka Kecelakaan Kerja di Kawasan Perindustrian Kota Surabaya. Journal of Health (JoH), 9(2), 88–99. https://doi.org/10.30590/joh.v9n2.319
  • Nihayah, U., Latifah, M. M. U., Nafisa, A., & Qori’ah, I. (2022). Konseling Traumatik : Sebuah Pendekatan Dalam Mereduksi Trauma Psikologis. Sultan Idris Journal of Psychology and Education1(2), 1–14. https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jbk/article/view/28273#:~:text= Konseling traumatik     menjadi           salah satu   alternatif                      dalam        membantu,konseling yang menggabungkan terapi kognitif dan terapi prilaku.
  • Sub’haan, F., Sinaga, S., & Winangsit, E. (2023). Terapi Musik untuk Meningkatkan Kesehatan Mental: Tinjauan Literatur dalam Perspektif Psikodinamika. Assertive: Islamic Counseling Journal, 02(1),1–12. https://ejournal.uinsaizu.ac.id/index.php/assertive/article/view/8017%0Ahttps://ejou rnal.uinsaizu.ac.id/index.php/asertif/
  • Utami, A. G., Kurniawan, W. E., & Wirakhmi, I. N. (2023). Pengaruh Terapi Relaksasi Benson terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi. Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 6(2), 743–752. https://doi.org/10.37287/jppp.v6i2.2154

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *