Mediaperawat.id – Tahun 2045 menandai satu abad kemerdekaan Republik Indonesia. Pemerintah telah mencanangkan visi besar Indonesia Emas 2045, yakni menjadikan Indonesia sebagai negara maju yang berdaulat, adil, dan makmur. Untuk mewujudkan visi itu, sektor kesehatan menjadi pondasi krusial. Tanpa masyarakat yang sehat, daya saing nasional dan stabilitas pembangunan tidak akan pernah kokoh.
Namun, pertanyaan mendasarnya adalah: Siapa garda depan yang paling dekat dengan rakyat dalam mewujudkan Indonesia sehat? Jawabannya: Perawat.
Transformasi Perawat di Era Industri 5.0
Kita tengah memasuki fase Revolusi Industri 5.0, di mana manusia dan teknologi bekerja berdampingan. Dalam dunia kesehatan, hadirnya kecerdasan buatan (AI), sistem big data, telehealth, hingga wearable devices telah mengubah cara layanan kesehatan diberikan.
Namun, kemajuan teknologi saja tidak cukup. Indonesia membutuhkan perawat yang bukan hanya menguasai klinis, tetapi juga adaptif secara digital, kuat dalam etika, dan tajam dalam kepemimpinan.
Konsep Nursing 5.0 adalah jawaban atas tantangan itu. Ini bukan sekadar terminologi akademik, tetapi representasi perubahan mendalam peran perawat: dari tenaga pelaksana menjadi agen perubahan dalam sistem kesehatan nasional.
Baca Juga: Kenapa Banyak Perawat Indonesia Kerja ke Luar Negeri?
Perawat sebagai Pilar Pembangunan Kesehatan Nasional
Saat ini, Indonesia memiliki lebih dari 300.000 perawat aktif. Jumlah besar ini, bila dikelola secara strategis, bukan hanya memperkuat layanan medis, tetapi juga membentuk jaringan transformasi kesehatan di tingkat komunitas.
Perawat adalah penyuluh kesehatan di desa, pelayan pertama di ruang gawat darurat, pendamping pasien di tengah ketimpangan sistem, dan di masa depan, mereka adalah pemimpin unit pelayanan berbasis digital dan humanistik.
Perawat juga memainkan peran dalam upaya promotif-preventif. Mereka berada di posisi strategis untuk mencegah beban penyakit, mengedukasi masyarakat, dan membangun ketahanan kesehatan berbasis komunitas.
Mengapa Ini Menjadi Isu Kebangsaan
Jika perawat diberdayakan dengan tepat, Indonesia tak hanya akan lebih siap menghadapi pandemi di masa depan, tapi juga mempercepat pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya di bidang kesehatan.
Sejumlah tokoh bangsa menekankan pentingnya memperkuat peran perawat:
BJ Habibie (alm.) mengatakan bahwa teknologi tanpa cinta kasih kehilangan arah, dan perawat adalah jembatan itu.
KH. Ma’ruf Amin, Wakil Presiden RI, menegaskan bahwa pelayanan kesehatan harus tetap berpijak pada nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan.
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, menyatakan bahwa perawat adalah elemen kunci dalam keberhasilan transformasi sistem kesehatan nasional.
Kita Butuh Perawat yang Naik Kelas
Maka yang kita butuhkan hari ini adalah kebijakan yang berpihak kepada pengembangan SDM perawat, meliputi:
- Pendidikan keperawatan yang integratif dengan teknologi digital dan kepemimpinan komunitas
- Insentif yang adil dan transparan
- Perlindungan profesi yang jelas
- Ruang partisipasi dalam penyusunan kebijakan kesehatan.
Jika ini terwujud, perawat akan menjadi subjek utama dalam mewujudkan Indonesia Sehat 2045, bukan hanya sebagai pelayan pasien, tapi sebagai pemimpin perubahan.
Baca Juga: Menjadi Perawat yang Tumbuh: Temukan dan Jalani Passionmu
Perawat Sebagai Pilar Kemanusiaan Bangsa
Perawat Indonesia harus dibaca bukan hanya sebagai kelompok profesi, tetapi sebagai modal sosial, kekuatan pembangunan, dan simbol kemanusiaan bangsa. Memperkuat mereka adalah bagian dari memperkuat peradaban Indonesia.
Investasi terbaik dalam sektor kesehatan bukan hanya pada teknologi, tetapi pada manusia yang menjalankannya, salah satunya perawat.
Catatan penulis: Tulisan ini adalah ajakan untuk merefleksikan posisi strategis perawat dalam pembangunan nasional, serta mendorong sinergi lintas sektor untuk membentuk ekosistem keperawatan yang kuat, modern, dan beretika.