Identifikasi Aspek Sosio Budaya yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan

  1. Pengertian Promosi Kesehatan

            Promosi kesehatan adalah Upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengendalikan faktor-faktor kesehatan melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempatdan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.( Keputusan Menteri Kesehatan No. 1114/Menkes/SK/VIII/2005.)

  • Pengkajian Aspek Sosial Budaya

            Ada beberapa aspek kebudayaan yang mempengaruhi tingkah laku dan status kesehatan seseorang, yaitu persepsi masyarakat terhadap sehat – sakit, kepercayaan,

pendidikan, nilai budaya dan norma

            Kepercayaan klien tentang kesehatan, kepercayaan tentang agama yang dianut, dan peran gender merupakan faktor penting dalam mengembangkan rencana promosi kesehatan. Kepercayaan yang penting digali pada klien, contohnya adalah kepercayaan tidak boleh menerima tranfusi darah, tidak boleh menjadi donor organ tubuh, dan tidak boleh menggunakan alat kontrasepsi.

            Berbagai daerah mempunyai kepercayaan dan praktik-praktik tersendiri. Kepercayaan dalam budaya tersebut dapat berhubungan dengan kebiasaan makan, kebiasaan mempertahankan kesehatan, kebiasaan menangani keadaan sakit, serta gaya hidup. Perawat sangat penting mengetahui hal tersebut, namun demikian tidak boleh menarik asumsi bahwa setiap individu dalam suatu etnik dengan kultur tertentu mempunyai kebiasaan yang sama, karena hal ini tidak selalu terjadi. Oleh karena itu, perawat tetap harus mengkaji dan menilai klien secara individual.

            Sedangkan aspek sosial yang perlu diperhatikan dan menjadi bahan pengkajian adalah aspek pragmatis, identifikasi dalam kelompok, solidaritas kelompok, kekuasaan dalam pengambilan keputusan, aspek strata/kelas di msyarakat, dan aspek kepentingan

pribadi / kelompok.

            Keadaan ekonomi klien dapat berpengaruh terhadap proses belajar klien. Bagaimanapun, perawat harus mengkaji hal ini dengan baik, karena perencanaan promosi kesehatan dirancang sesuai dengan sumber-sumber yang ada pada klien agar tujuan tercapai. Jika tidak, rancangan tidak akan sesuai dan sulit untuk dilaksanakan. Bagaimana cara klien belajar adalah hal yang sangat penting untuk diketahui. Cara belajar yang terbaik bagi setiap individu bervariasi. Cara terbaik seseorang dalam belajar mungkin dengan melihat atau menonton untuk memahami sesuatu dengan baik. Dilain pihak, yang lain mungkin belajar tidak dengan cara melihat, tetapi dengan cara melakukan secara aktual dan menemukan bagaimana cara-cara mengerjakan sesuatu hal. Yang lain mungkin dapat belajar dengan baik dengan membaca sesuatu yang dipresentasikan oleh orang lain. Perawat perlu meluangkan waktu dan memupuk keterampilan untuk mengkaji klien dan mengidentifikasi gaya belajar, untuk kemudian mengadaptasi promosi kesehatan yang sesuai dengan cara-cara klien belajar.

  • Aspek Sosial yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan

            Sistem pelayanan kesehatan adalah bagian penting dalam meningkatkan derajat kesehatan. Melalui sistem ini tujuan pembangunan dapat tercapai dengan cara efektif, efisein, dan tepat sasaran. Keberhasilan sistem pelayanan kesehatan tergantung berbagai komponen yang masuk dalam pelayanannya.

       Ada beberapa aspek sosial yang mempengaruhi status kesehatan antara lain adalah

  1. Umur

Jika dilihat dari golongan umur maka ada perbedaan pola penyakit berdasarkan golongan umur. Misalnya balita lebiha banyak menderita penyakit infeksi, sedangkan golongan usila lebih banyak menderita penyakit kronis seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, kanker, dan lain-lain.

  • Jenis Kelamin

Perbedaan jenis kelamin akan menghasilkan penyakit yang berbeda pula. Misalnya di kalangan wanita lebih banyak menderita kanker payudara, sedangkan laki-laki banyak menderita kanker prostat.

  • Pekerjaan

Ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan pola penyakit. Misalnya sebaliknya buruh yang bekerja di industri, misalnya di pabrik tekstil banyak yang menderita penyakit saluran pernapasan karena banyak terpapar dengan debu.

  • Sosial Ekonomi

Keadaan sosial ekonomi juga berpengaruh pada pola penyakit. Misalnya penderita obesitas lebih banyak ditemukan pada golongan masyarakat yang berstatus ekonomi tinggi, dan sebaliknya malnutrisi lebih banyak ditemukan di kalangan masyarakat yang status ekonominya rendah.

Menurut H.Ray Elling (1970) ada 2 faktor sosial yang berpengaruh pada perilaku kesehatan :

  1. Self concept

      Self concept ditentukan oleh tingkatan kepuasan atau ketidakpuasan yang kita rasakan terhadap diri kita sendiri, terutama bagaimana kita ingin memperlihatkan diri kita kepada orang lain. Apabila orang lain melihat kita positif dan menerima apa yang kita lakukan, kita akan meneruskan perilaku kita, begitu pula sebaliknya.

  • Image kelompok

      Image seorang individu sangat dipengaruhi oleh image kelompok. Sebagai contoh, anak seorang dokter akan terpapar oleh organisasi kedokteran dan orang-orang dengan pendidikan tinggi, sedangkan anak buruh atau petani tidak terpapar dengan lingkungan medis dan besar kemungkinan juga tidak bercita-cita untuk menjadi dokter.

  • Aspek Budaya yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan

     Menurut G.M. Foster (1973), aspek budaya dapat mempengaruhi kesehatan :

  1. Pengaruh tradisi

Tradisi adalah suatu wujud budaya yang abstrak dinyatakan dalam bentuk kebiasaan, tata kelakuan dan istiadat. Ada beberapa tradisi di dalam masyarakat yang dapat berpengaruh negatif juga positif.

  1. Contoh negatif : Masyarakat Desa Tanjung Limau masih mempercayai adat istiadat memantang makanan sepcrti ikan asin,cumi-cumi,sejumlah buah-buahan seperti nanas dan cempedak. Perempuan hamil tidak boleh keluar rumah pada sore hari menjelang magrib disebabkan keyakinan mahluk halus yang mengganggu. Tujuan dari pantangan tersebut menghindari kesulitan saat persalinan dan juga demi keselamatan bayi yang akan dilahirkan. Masyarakat di Desa ini juga lebih meyakini melakukan proses persalinan bersama dukun dibandingkan dengan bidan.
  2. Contoh positif: tradisi nyirih yang dapat menyehatkan dan menguatkan gigi.
  3. Sikap fatalistis

Sikap fatalistis yang juga mempengaruhi perilaku kesehatan. Contoh : beberapa anggota masyarakat di kalangan kelompok tertentu (fanatik) dan meyakini kepercayaan tersebut sehingga menolak diberikan pertolongan kesehatan.

  • Pengaruh nilai

Nilai yang berlaku didalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku kesehatan. Contoh masyarakat memandang lebih bergengsi beras putih daripada beras merah, padahal mereka mengetahui bahwa vitamin B1 lebih tinggi pada beras merah daripada beras putih.

  • Sikap ethnosentris

Sikap yang memandang kebudayaan sendiri yang paling baik jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain. Misal sikap seorang yang menggunakan vitsin pada makanannya yang menganggap itu lebih benar daripada orang yang tidak menggunakan vitsin padahal vitsin tidak bagi kesehatan.

  • Pengaruh perasaan bangga pada statusnya

Contoh : beberapa daerah di perkotaan menghindari makanan berbahan ketela karena menganggap ketela tidak layak untuk orang metropolitan.

  • Pengaruh norma

Contoh : di beberapa desa tertentu yang primitive menolak kedatangan orang lain termasuk tenaga kesehatan. Mereka menganggap adanya orang dari luar alias orang asing termasuk melanggar norma adat istiadat setempat.

  • Pengaruh konsekuensi dari inovasi terhadap perilaku kesehatan

Apabila seorang petugas kesehatan ingin melakukan perubahan perilaku kesehatan masyarakat, maka yang harus dipikirkan adalah konsekuensi apa yang akan terjadi jika melakukan perubahan, menganalisis faktor-faktor yang terlibat/berpengaruh pada perubahan dan berusaha untuk memprediksi tentang apa yang akan terjadi dengan perubahan tersebut.

  • Kesimpulan

                  Perilaku kesehatan amatlah penting dalam rangka upaya menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan. Hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam aspek, salah satunya adalah aspek sosial budaya yang mana selalu berdampingan dalam kehidupan sehari-hari. Aspek sosial itu sendiri umur, jenis kelamin, pekerjaan dan sosial ekonomi. Sedangkan aspek budaya yaitu  tradisi, sikap fatalisis, pengaruh nilai, simal ethosentris, pengaruh perasaan bangga pada statusnya, pengaruh norma, dan pengaruh konsekuensi dari inovasi terhadap perilaku kesehatan

(DOK/LA)

  • Sumber Referensi

Foster Anderson. 2009. Antropologi Kesehatanterj. UI-Press: Yogyakarta

Ningsi, N., Anastasia, H., & Nurjana, M. A. (2010). Aspek sosial budaya masyarakat berkaitan dengan kejadian malaria di Desa Sidoan Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan20(3), 152328.

Nurrachmawati, A., & Anggraeni, I. (2010). Tradisi Kepercayaan Masyarakat Pesisir Mengenal Kesehatan Ibu Di Desa Tanjung Limau Muara Badak Kalimantan Timur Tahun 2008.

Susilowati, Dwi. 2016.Promosi Kesehatan. Jakarta : BPPSDMK Kementerian Kesehatarn Republik Indonesia

Yetti Wira Citerawati SY.2012.Aspek sosiobudaya dan kesehatan.www.aspek-sosiobudaya-dan-kesehatan.com/pdf diakses pada 1 September 2020.

Exit mobile version