Cerita Pengalaman Menegangkan Saat Jadi Perawat di Jerman

Ket foto : Eka Yuni Mukti Diastofa, alumnus S-1 Pendidikan Bahasa Jerman Unesa./Unesa/ist

Mediaperawat.id, Jakarta – Sejumlah alumni Universitas Negeri Surabaya (Unesa) telah menapakkan karier di luar negeri. Tidak terkecuali Eka Yuni Mukti Diastofa, alumnus S-1 Pendidikan Bahasa Jerman, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unesa yang saat ini berkarier sebagai perawat di Jerman.

Perempuan yang akrab dipanggil Yuni itu melanjutkan studi S-2 prodi Pendidikan Bahasa Asing (Bahasa Jerman) selepas lulus dari Unesa pada 2016. Namun, ia memutuskan untuk mengambil cuti kuliah dan berangkat ke Jerman untuk mengambil pendidikan ausbildung pfegefachkraff atau tenaga ahli bidang keperawatan.

Selama dua tahun, Yuni menempuh pendidikan keperawatan dan berhasil lulus pada Agustus 2021 di sana. Sebelum lulus, ia sudah diminta untuk menandatangani arbeitsvertrag (kontrak kerja). Kemudian pada September 2021, Yuni resmi bekerja dan bergabung dalam keanggotaan DRK (Deutsche Rotes Kreuz).

Program ausbildung atau tenaga ahli didapatkan melalui kerja sama dengan arbeitgeber. Saat itu, tenaga ahli yang ditawarkan adalah tenaga ahli bidang keperawatan sehingga kontrak kerja tenaga ahlinya juga demikian.

Baca Juga : Kisah Inspiratif Banat Farofishoh Lulusan Perawat Universitas Swasta Di Malang Kini Bekerja Di Kuwait

Awal mulanya, Yuni mengikuti program tersebut karena ingin mencoba hal baru. Namun tak disangka ia diterima. Setelah menjalani program tersebut dan merasa nyaman akhirnya sampai kini ia tetap menekuni profesi sebagai perawat di pusat keperawatan di Negeri Tim Panser itu.

“Ya awalnya hanya ingin merasakan suasana baru, pengalaman baru dan hanya sekadar coba-coba saja. Lalu, ya sudah, terjun sekalian ditekuni,” ungkap perempuan asal Mojokerto tersebut dilansir dari laman Unesa, Jumat, 13 Januari 2023.

Menurut Yuni, antara perawat di Indonesia dan di Jerman tidak jauh berbeda. Tugas-tugas yang dijalankan pun hampir sama seperti perawat pada umumnya.

Tugas utama Yuni yaitu terlibat menyusun rencana keperawatan, melakukan komunikasi dengan dokter, memastikan ketersediaan atau stok obat-obatan pasien termasuk menyiapkannya dan lain-lain. Perjuangan Yuni menjadi perawat Jerman tergolong berat. Dia harus siap secara fisik maupun mental.

“Yang termasuk rumit dan menguras fisik dan mental adalah ketika terdapat pasien yang meninggal dunia dan di sini prosesnya cukup rumit,” bebernya.

CERITA PENGALAMAN MENEGANGKAN
Yuni pernah mendapatkan pengalaman yang cukup menantang. Saat itu, terdapat salah satu pasien yang meninggal dunia mendadak dan harus menjadi penanggung jawab pasien tersebut.

Saat itu, ia dan temannya sempat sampai menghubungi pihak kepolisian dan mendatangkan detektif karena kematian pasien dianggap tidak wajar. Apalagi, pasien tersebut tidak memiliki riwayat penyakit serius.

“Syukurlah kasus tersebut berakhir dengan baik. Ini menjadi pengalaman paling menarik sekaligus pelajaran berharga bagi saya,” tuturnya.

Bahkan, awal-awal kariernya, Yuni mengaku sempat stres karena harus beradaptasi. Beruntung teman-temannya terus memotivasi. Dia sadar bahwa semuanya butuh proses. “Support dan motivasi dari keluarga, kerabat dan sahabat menjadi bagian terpenting dalam pencapaian karier saya,” ucapnya.

Selain itu, kariernya tersebut juga tidak lepas dari proses belajar dan pengalaman yang dia dapat selama kuliah di Unesa. Yuni mengaku bukanlah mahasiswa yang menonjol dalam hal prestasi baik itu akademik maupun non-akademik.

Namun, ia memiliki keinginan yang kuat untuk terus belajar dan berani mencoba hal-hal baru, melawan keraguan dan melintas batas mentalitas maupun teritorial.

banner 728x90
Exit mobile version