Intip Nursing Handover di Rumah Sakit

Foto : Intip Nursing Handover di Rumah Sakit/ Dok. Redaksi MPI

Mediaperawat.id – Operan perawat atau nursing handover adalah proses penting dalam sistem pelayanan kesehatan di rumah sakit. Proses ini dilakukan saat perawat yang bertugas di satu shift menyerahkan informasi pasien kepada perawat yang akan melanjutkan tugas di shift berikutnya. Tujuan utama dari operan perawat adalah memastikan kesinambungan perawatan yang berkualitas, mengurangi kesalahan medis, dan menjaga keamanan serta kesejahteraan pasien. Oleh karena itu, operan perawat harus dilakukan secara terstruktur dan menyeluruh, mencakup informasi yang relevan dan penting mengenai kondisi pasien.

Ada beberapa poin penting yang harus dibahas selama operan perawat untuk memastikan informasi yang relevan disampaikan dengan jelas dan lengkap:

1. Identitas dan Data Dasar Pasien

      Perawat harus memulai dengan memberikan informasi dasar pasien seperti nama lengkap, umur, nomor rekam medis, serta diagnosa utama. Identifikasi pasien yang akurat sangat penting untuk menghindari kesalahan perawatan.

      2. Diagnosa dan Kondisi Terkini Pasien

      Informasi mengenai diagnosa yang mendasari perawatan, perubahan kondisi klinis pasien, serta status vital terkini harus disampaikan secara detail. Perubahan dalam tekanan darah, suhu, denyut nadi, dan laju pernapasan, serta hasil laboratorium penting yang baru saja diterima, harus dilaporkan dengan akurat.

      3. Rencana Perawatan

      Perawat harus membahas rencana perawatan yang sedang berjalan, seperti pemberian obat, terapi fisik, atau tindakan medis yang sedang atau akan dilakukan. Termasuk di dalamnya tindakan yang memerlukan perhatian khusus, seperti penggantian kateter, pemantauan luka, atau rencana prosedur bedah.

      Baca Juga : Struktur Organisasi MPKP (Model Praktik Keperawatan Profesional) Keperawatan

      4. Obat-Obatan dan Tindakan yang Telah Dilakukan

      Obat-obatan yang sudah diberikan, jadwal pemberian obat berikutnya, serta reaksi pasien terhadap obat-obatan harus diinformasikan dengan jelas. Hal ini juga mencakup detail tentang intervensi yang telah dilakukan, seperti prosedur invasif, transfusi darah, atau tindakan resusitasi.

      5. Kebutuhan Psikososial dan Edukasi Pasien

      Aspek psikososial pasien, seperti kecemasan, depresi, atau kebutuhan dukungan emosional juga harus dibahas dalam operan. Perawat perlu memberikan informasi mengenai interaksi pasien dengan keluarga, serta kebutuhan edukasi pasien terkait kondisi dan perawatan mereka.

      6. Perubahan dalam Status Mobilisasi dan Perawatan Harian

      Informasi terkait kemampuan mobilisasi pasien, seperti apakah pasien mampu berjalan, memerlukan bantuan saat berpindah tempat tidur, atau apakah ada risiko jatuh, sangat penting untuk disampaikan. Selain itu, pembahasan mengenai kebutuhan perawatan dasar seperti kebersihan diri, makan, dan eliminasi juga perlu disampaikan.

      7. Hasil Pemeriksaan dan Tindakan Lanjutan

      Hasil pemeriksaan laboratorium, radiologi, atau pemeriksaan lain yang relevan, serta tindakan lanjutan yang perlu dilakukan berdasarkan hasil tersebut, harus disampaikan dengan jelas. Ini membantu perawat yang mengambil alih shift untuk melanjutkan atau menindaklanjuti perawatan yang diperlukan.

      8. Potensi Risiko atau Masalah Kritis

      Setiap risiko potensial atau masalah kritis yang dapat memengaruhi keselamatan pasien harus dibahas. Misalnya, adanya risiko infeksi, alergi, reaksi obat, risiko jatuh, atau status isolasi pasien akibat penyakit menular.

      Baca Juga : 5 Referensi Buku Uji Kompetensi Bagi Perawat

      9. Instruksi Khusus dari Dokter atau Tim Medis

      Instruksi yang diberikan oleh dokter atau tim medis lainnya harus disampaikan secara rinci, termasuk perubahan dalam perawatan yang diminta dokter, instruksi mengenai pemberian obat, atau tindakan medis yang harus segera dilakukan.

      Metode SBAR (Situation, Background, Assessment, Recommendation) adalah format terstruktur yang banyak digunakan. Metode ini membantu perawat menyampaikan informasi dengan urutan yang logis dan lengkap, dimulai dari situasi pasien saat ini, latar belakang kondisi medis, penilaian perawat, serta rekomendasi atau tindakan yang diperlukan. Bedside Handover adalah metode di mana operan perawat dilakukan di samping tempat tidur pasien. Hal ini memungkinkan perawat untuk memverifikasi informasi langsung dengan pasien dan memastikan bahwa pasien serta keluarganya memahami rencana perawatan yang sedang dijalani. Operan Berbasis Elektronik juga menjadi semakin umum dengan adanya sistem rekam medis elektronik. Informasi dapat ditransfer secara lebih efisien, dan dokumentasi terpusat membantu mencegah informasi penting terlewatkan.

      Meskipun penting, operan perawat memiliki tantangan tersendiri. Salah satu tantangan utama adalah kesalahan komunikasi, yang dapat menyebabkan terlewatnya informasi penting atau kesalahan dalam perawatan. Selain itu, keterbatasan waktu sering menjadi kendala, terutama saat perawat harus mengelola banyak pasien di lingkungan yang sibuk. Oleh karena itu, penggunaan format terstruktur dan pelatihan komunikasi yang baik sangat diperlukan.

      Proses ini harus mencakup berbagai aspek penting seperti identitas pasien, kondisi klinis, rencana perawatan, hasil pemeriksaan, dan risiko potensial yang dapat memengaruhi keselamatan pasien. Dengan menggunakan metode yang terstruktur, seperti SBAR atau bedside handover, perawat dapat memastikan bahwa informasi yang ditransfer tepat, akurat, dan mendukung kesinambungan perawatan yang berkualitas.

      Referensi:

      • WHO. (2020). Communicating during patient handovers. World Health Organization Guidelines.
      • O’Connell, B., MacDonald, K., & Kelly, C. (2008). Nursing handover: It’s time for a change. Contemporary Nurse, 30(1), 2-11.
      • Australian Commission on Safety and Quality in Health Care (ACSQHC). (2021). Standardising clinical handover processes.
      Exit mobile version