Masalah kesehatan reproduksi bagi perempuan, termasuk perencanaan kehamilan dan persalinan yang aman secara medis juga harus menjadi perhatian bersama, bukan hanya kaum perempuan saja karena hal ini akan berdampak luas dan menyangkut berbagai aspek kehidupan yang menjadi tolok ukur dalam pelayanan kesehatan. Problem pemahaman mengenai kesehatan reproduksi juga dialami para remaja. Berdasarkan survey kependudukan tahun 2007, Indonesia masih memiliki angka pernikahan dini yang sangat tinggi dengan rata-rata 19,1 tahun usia pernikahan. Ini dikarenakan 20,9% remaja perempuan telah hamil diluar nikah, 38,75 melakukan seks bebas.1 Survey kesehatan reproduksi remaja putri di beberapa kota besar menunjukkan selama tahun 2011 terdapat 41% telah melakukan hubungan seksual sebelum nikah (Altozano, 2012).
Data tingginya angka perniikahan dini, kasus hamil di luar nikah, tingkat aborsi, dan orang terinfeksi HIV/AIDS menunjukkan fakta yang memprihatinkan, terlebih realitas ini dialami kaum muda sebagai generasi bangsa. Remaja adalah masa penting dalam perjalanan kehidupan. Masa ini membutuhkan tanggung jawab secara sosial lebih tinggi untuk menuju pada masa dewasa dan kematangan. Idealnya remaja menjadi generasi yang membanggakan, benar-benar menikmati seluruh perjalanan masa remajanya dengan menyenangkan. Remaja belajar dengan segala hal secara sungguh-sungguh untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki (Hasanah, 2017).
Baca juga : Konsep Dasar Ventilasi Mekanik
Namun banyak faktor yang menjadikan remaja justruu jauh dari pencapaian tugas perkembangan. Ini dibuktikan dengan masih rendahnya pemahaman remaja mengenai peran penting kesehatan reproduksi bagi kehidupannya, sehingga berdampak pada berbagai perilaku menyimpang yang membahayakan diri dan masa depannya. Maka dari itu, memberikan pemahaman mengenai kesehatan reproduksi bagi remaja mutlak diperlukan, agar remaja mampu memiliki kesadaran untuk menjaga memelihara dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan seksual yang lebih dalam.
Kesehatan reproduksi merupakan sustu kondisi sehat menyangkut sistem, fungsi, dan proses reproduksi. Kesehatan reproduksi merupakan suatu hal yang penting mengingat reproduksi adalah sarana untuk melahirkan generasi penerus bangsa. Kesehatan reproduksi yang ada dalam konteks pembangunan masyarakat Indonesia mencakup 5 (lima) komponen/program terkait, yaitu :
- Program Kesehatan Ibu dan Anak
- Program Keluarga Berencana
- Program Kesehatan Reproduksi Remaja
- Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS
- Program Kesehatan Reproduksi pada Usia Lanjut.
Pelaksanaan Kesehatan Reproduksi dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan siklus hidup (life-cycle approach) agar diperoleh sasaran yang pasti dan pelayanan yang jelas berdasarkan kepentingan sasaran/klien dengan memperhatikan hak reproduksi. Kesehatan reproduksi memiliki tiga komponen yaitu kemampuan prokreasi, mengatur dan menjaga tingkat kesuburan, dan menikmati kehidupan seksual secara bertanggung jawab. Prioritas dari pelayanan kesehatan reproduksi pada konteks saat ini masih dalam hal kesehatan ibu dan anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), kesehatan reproduksi Remaja (KRR) dan penanggulangan Pengakit Menular Seksual (PKMS).
Baca juga : Teori Keperawatan Sister Calista Roy
Masalah reproduksi remaja selain berdampak secara fisik, juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental dan emosi, keadaan ekonomi dan kesejahteraan sosial dalam jangka panjang. Dampak jangka panjang tersebut tidak hanya berpengaruh terhadap remaja itu sendiri, tetapi juga terhadap keluarga, masyarakat dan bangsa pada akhirnya. Permasalahan Kesehatan reproduksi pada remaja terutama perempuan dapat dikelompokkan sebagai berikut:
- Perilaku berisiko
- Kurangnya akses pelayanan Kesehatan
- Kurangnya informasi yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan
- Banyaknya akses pada informasi yang salah tanpa tapisan
- Masalah PMS termasuk infeksi HIV/AIDS
- Tindak kekerasan seksual, seperti pemerkosaan, pelecehan seksual dan transaksi seks komersial
- Kehamilan dan persalinan usia muda yang berisiko kematian ibu dan bayi.
- Kehamilan yang tak dikehendaki, yang sering kali menjurus kepada aborsi yang tidak aman dan komplikasinya.
Problem kesehatan reproduksi yang dialami para perempuan dan remaja biasanya dikarenakan banyak faktor. Faktor penyebab munculnya problem reproduksi terdiri dari faktor yang bersifat internal, maupun eksternal. Faktor yang bersifat internal terkait dengan persoalan pemahaman mengenai kesehatan reproduksi. Faktor yang bersifat ekternal bisanya merupakan faktor yang berhubungan dengan hal yang berada di luar kemampuan diri individu seperti lingkungan, pergaulanan, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, dan lain-lain. Faktor pemahaman mengenai kesehatan reproduksi menymbangkan kontribusi yang begitu besar terkait dengan persoalan-persoalan reproduksi remaja. Orang dengan pemahaman tentu mengarahkan dirinya untuk tidak melakukan faktor yang menyebabkan resiko dan dampak negatif bagi diri sendiri. Sebaliknya, remaja yang memiliki pemahaman rendah, cenderung kurang memiliki kepedulian, kesadaran dalam menjaga dan memelihara organ reproduksinya, yang selanjutnya sering berakhir pada terjadinya kekerasan seksual pada remaja (Hasanah, 2017).
Data yang dilansir oleh beberapa media online menyebutkan bahwa masih banyak remaja yang belum memahami kesehatan reproduksi, bagaimanakah fungsi organ reproduksi, bagaimana proses terjadinya reproduksi. Kecenderungan ini menyebabkan banyak remaja yang mengalami kekerasan seksual dan menjadi korban perilaku sek bebas.
(DOK/LA)
Daftar Referensi :
Ayuningtyas, D., Misnaniarti, M., & Rayhani, M. (2018). Analisis Situasi Kesehatan Mental Pada Masyarakat Di Indonesia Dan Strategi Penanggulangannya. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 9(1), 1–10. https://doi.org/10.26553/jikm.2018.9.1.1-10
Hasanah, H. (2017). PEMAHAMAN KESEHATAN REPRODUKSI BAGI PEREMPUAN: Sebuah Strategi Mencegah Berbagai Resiko Masalah Reproduksi Remaja. Sawwa: Jurnal Studi Gender, 11(2), 229. https://doi.org/10.21580/sa.v11i2.1456
Johariyah, A., & Mariati, T. (2018). Efektivitas Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja Dengan Pemberian Modul Terhadap Perubahan Pengetahuan Remaja. Jurnal Manajemen Kesehatan Yayasan RS.Dr. Soetomo, 4(1), 38. https://doi.org/10.29241/jmk.v4i1.100
Pratiwi, W. R., Hamdiyah, H., & Asnuddin, A. (2020). Deteksi Dini Masalah Kesehatan Reproduksi Melalui Pos Kesehatan Remaja. JIPEMAS: Jurnal Inovasi Hasil Pengabdian Masyarakat, 3(1), 87. https://doi.org/10.33474/jipemas.v3i1.5035
Stansbury, J. P., Ried, L. D., & Velozo, C. A. (2006). Unidimensionality and bandwidth in the Center for Epidemiologic Studies Depression (CES-D) Scale. Journal of Personality Assessment, 86(1), 10–22. https://doi.org/10.1207/s15327752jpa8601_03
Uyun, Z. (2013). Peran orangtua dalam pendidikan kesehatan reproduksi.