Mengencal Macam-Macam Pemeriksaan Diagnostik

Foto : Iustrasi dalam mengenal pemeriksaan diagnostik/ Dok. Freepik.com

Mediaperawat.id – Pemeriksaan diagnostik merupakan pemeriksaan atau penilaian klinis yang menggunakan alat bantu diagnostik untuk membantu menegakkan diagnosis penyakit pasien. Pemeriksaan diagnostik ini dapat menggunakan spesimen sebagai bahan untuk diamati atau diperiksa, atau menggunakan alat bantu diagnostik, seperti USG, Rontgen, CTG, dan lain-lain.

A. Pemeriksaan dengan Bahan Darah
Pemeriksaan dengan bahan darah merupakan pemeriksaan yang menggunakan bahan atau spesimen darah. Beberapa pemeriksaan di bawah ini yang menggunakan spesimen darah, antara lain:

  1. SGPT (serum glutamik piruvik transaminase) atau alanin aminotransferase. Pemeriksaan SGPT bertujuan untuk mendeteksi adanya kerusakan hepatoseluler.
  2. Albumin
    Pemeriksaan albumin bertujuan untuk mendeteksi kemampuan albumin yang disintesis oleh hepar. Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan adanya gangguan hepar seperti sirosis, luka bakar, gangguan ginjal atau kehilangan protein dalam jumlah yang banyak.
  3. Asam urat
    Pemeriksaan asam urat bertujuan untuk mendeteksi penyakit pada ginjal, anemia asam folat, luka bakar, dan kehamilan. Terjadi peningkatan pada asam urat dapat diindikasikan penyakit, seperti leukemia, kanker, eklampsia berat, gagal ginjal, malnutrisi dan lain-lain.
  4. Bilirubin (total, direk dan indirek) Pemeriksaan bilirubin bertujuan untuk mendeteksi kadar bilirubin yang dapat mendeteksi adanya ikterik obstruktif oleh karena batu atau neoplasma, hepatitis, sirosis pada bilirubin direk. Pada bilirubin indirek dapat mendeteksi adanya anemia, malaria, dan lain-lain.
  5. Estrogen
    Pemeriksaan estrogen bertujuan untuk mendeteksi disfungsi ovarium, gejala
    menopause dan pascamenopause, stres psikogenik. Nilai estrogen meningkat dapat
    diindikasikan adanya tumor ovarium, adanya kehamilan dan lain-lain.
  6. Gas darah arteri
    Pemeriksaan gas darah arteri bertujuan untuk mendeteksi gangguan keseimbangan asam basa yang disebabkan oleh karena gangguan respiratorik atau gangguan
    metabolik
  7. Gula darah puasa
    Pemeriksaan gula darah puasa bertujuan untuk mendeteksi adanya diabetes, atau reaksi hipoglikemik.
  8. Gula darah postprandial
    Pemeriksaan gula darah posprandial bertujuan untuk mendeteksi adanya diabetes, atau reaksi hipoglikemik, yang dilakukan setelah makan.
  9. Gonadotropin korionik manusia atau HCG
    Pemeriksaan HCG bertujuan untuk mendeteksi adanya kehamilan, karena HCG adalah hormon yang diproduksi oleh plasenta.
  10. Hematokrit
    Pemeriksaan hematokrit bertujuan untuk mengukur konsentrasi sel-sel darah merah dalam darah, yang dapat mendeteksi adanya anemia, kehilangan darah, gagal ginjal kronis, serta defisiensi vitamin B dan C. Apabila terjadi peningkatan kadar hematokrit dapat
    diindikasikan adanya dehidrasi, asidosis, trauma, pembedahan, dan lain-lain.
  11. Trombosit
    Pemeriksaan trombosit bertujuan untuk mendeteksi adanya trombositopenia
    yang berhubungan dengan perdarahan, dan trombositosis yang menyebabkan peningkatan pembekuan.
  12. Masa tromboplastin parsial (PTT)
    Masa tromboplastin parsial teraktivasi (APTT). Pemeriksaan PTT/APTT bertujuan untuk mendeteksi defisensi faktor pembekuan kecuali faktor VII, VIII, mendeteksi variasi trombosit, dan memonitor terapi heparin.
  13. Hemoglobin
    Pemeriksaan hemoglobin merupakan pemeriksaan kadar hemoglobin dengan
    cara membandingkan secara visual warna darah dengan alat standar yang dapat bertujuan untuk mendeteksi adanya anemia. Terjadi peningkatan dapat diindikasikan adanya dehidrasi, penyakit paru obstruksi menahun, gagal jantung kongestif dan lain-lain.
  14. Pemeriksaan lain yang menggunakan spesimen darah antara lain pemeriksaan kadar elektrolit dalam darah, masa protombin, progesteron, prolaktin, serum kreatinin, kortisol, kolesterol, T3, T4 dan lain-lain.

Baca Juga : Standar Kompetensi Perawat Manajerial di ICU

B. Pemeriksaan dengan Bahan Urine

  1. Pemeriksaan urine merupakan pemeriksaan laboratorium dengan bahan urine yang digunakan untuk membantu mendiagnosis pasien, di antaranya untuk mengetahui kadar asam urat, bilirubin, human chorionic gonadotropin (HCG), urobilinogen, kadar glukosa, kadar protein, dan lain-lain.
  2. Pemeriksaan bilirubin merupakan pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi adanya penyakit obstruktif saluran empedu, penyakit hepar, adanya kanker hepar, dan lain-lain.
  3. Pemeriksaan human chorionic gonadotropin (HCG) merupakan pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi adanya kehamilan karena adanya HCG yang merupakan hormon diproduksi oleh plasenta.
  4. Pemeriksaan asam urat merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi berbagai kelainan pada penyakit ginjal, adanya eklampsia, keracunan timah hitam, leukemia dengan diet tinggi purin, ulseratif kolitis, dan lain sebagainya.
  5. Pemeriksaan Glukosa Urine
    Pemeriksaan ini merupakan salah satu pemeriksaan yang bertujuan untuk menentukan kadar glukosa dalam urine. Dalam pemeriksaan glukosa urine dapat dilakukan dengan dua cara, yakni benedict dan cara dengan memakai carik celup.
  6. Pemeriksaan urine lainnya. Pemeriksaan dengan bahan urine lainnya adalah pemeriksaan urobilinogen yang dapat digunakan untuk menentukan kerusakan hepar, adanya gangguan hemolisis, dan infeksi berat. Pemeriksaan urinalisis digunakan untuk menentukan berat jenis, kadar glukosa, keton, dan lain sebagainya. Pemeriksaan kadar protein dalam urine digunakan untuk menentukan adanya kerusakan glumerolus. Pemeriksaan pregnadion dalam urine digunakan untuk menentukan adanya gangguan dalam menstruasi serta menilai adanya ovulasi.

C. Pemeriksaan dengan Bahan Feses

Pemeriksaaan dengan bahan feses bertujuan untuk mendeteksi adanya kuman seperti kelompok salmonella, sigella, Escherichia coli, stafilokokus, dan lain-lain. Pemeriksaan dengan bahan feses terdiri atas dua, yaitu pemeriksaan lengkap dan pemeriksaan kultur (pembiakan).

  1. Pemeriksaan feses lengkap merupakan pemeriksaan feses yang terdiri atas pemeriksaan warna, bau, konsistensi, keberadaan lendir, darah, dan lain-lain.
  2. Pemeriksaan feses kultur merupakan pemeriksaan feses melalui biakan dengan cara toucher.

D. Pemeriksaan dengan Bahan Sputum

Pemeriksaan dengan bahan sekret atau sputum yang bertujuan untuk mendeteksi adanya kuman seperti tuberkulosis pulmonal, pneumonia bakteri, bronkitis kronis,bronkietaksis.

E. Pemeriksaan dengan Cairan Pervaginam dan Sekret

Pemeriksaan dengan cairan pervaginam merupakan pemeriksaan terhadap cairan pervaginam yang umumnya berupa keputihan. Sementara, pemeriksaan sekret adalah pemeriksaan yang menggunakan
sepesimen sekret atau sputum yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya kuman.

F. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)

Pemeriksaan ultrasonografi merupakan prosedur diagnostik yang digunakan untuk melihat struktur jaringan tubuh atau analisis gelombang dari doppler, yang mana pemeriksaannya dilakukan di atas permukaan kulit atau di atas rongga tubuh untuk menghasilkan suatu ultrasound di dalam
jaringan.

Ultrasonografi dapat digunakan untuk mendeteksi berbagai kelainan yang ada pada abdomen, otak, kandung kemih, jantung, ginjal, hepar, uterus, atau pelvis kehamilan yang dapat digunakan untuk membedakan antara kista dan tumor. Pada kehamilan, cairan amnion dapat menambah refleksi gelombang suara dari plasenta dan fetus sehingga dapat mengidentifikasi ukuran, bentuk dan posisi, kemudian dapat mendeteksi pankreas, limpa, tiroid, dan lain-lain.

Baca Juga : 8 Macam Gangguan Kebutuhan Elektrolit

G. Pemeriksaan Rontgen

Rontgen atau dikenal dengan sinar-X merupakan pemeriksaan yang memanfaatkan peran sinar-X dalam mendeteksi kelainan pada berbagai organ, di antaranya dada, jantung, abdomen, ginjal, ureter, kandung kemih, tengkorak dan rangka. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan radiasi sinar-X yang sedikit karena tingginya kualitas film sinar-X dan digunakan untuk melakukan skrining dari berbagai kelainan yang ada pada organ.

H. Pemeriksaan Pap Smear

Pap smear (papanicolaou smear) merupakan pemeriksaan sitologi yang digunakan untuk mendeteksi adanya kanker serviks atau mendeteksi sel prakanker, mengkaji efek pemberian hormon seks serta respons terhadap kemoterapi dan radiasi.

I. Pemeriksaan Mammografi (Mammogram)

Mammografi merupakan pemeriksaan dengan bantuan sinar-X yang dilakukan pada bagian payudara untuk mendeteksi adanya kista atau tumor, dan digunakan untuk menilai payudara secara periodik.

J. Pemeriksaan Laparoskopi

Pemeriksaan laparoskopi merupakan pemeriksaan yang digunakan untuk melihat rongga peritoneum, menggunakan alat optik dengan bedah invasif minimal. Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk melakukan diagnostik atau mengatasi penyakit, di antaranya dapat digunakan untuk memisahkan perlengketan, menilai kesuburan, memperbaiki posisi rahim, digunakan juga untuk sterilisasi, pengangkatan rahim, miom, kista, dan lain-lain.

K. Pemeriksaan Amnioskopi

Pemeriksaan amnioskopi merupakan pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi bahaya janin pada kehamilan akhir atau awal persalinan sebelum pecahnya ketuban. Pemeriksaan ini dilakukan dengan bantuan alat amnioskop. Dari pemeriksaan amnioskopi dapat ditentukan janin dalam kondisi normal apabila cairan ketuban jernih atau seperti susu, namun apabila cairan ketuban hijau atau kuning menunjukkan dalam kondisi bahaya. Secara umum amnioskopi dapat menentukan abnormalitas kromosom, maturitas janin, dan lain-lain.

L. Pemeriksaan CTG

Pemeriksaan Cardiotocography (CTG) merupakan pemeriksaan yang digunakan untuk mengukur denyut jantung janin (DJJ) pada saat kontraksi maupun tidak dengan menggunakan alat CTG. Dalam pemeriksaan CTG, kontraksi ibu dapat terekam dan terlihat adanya perubahan DJJ pada saat kontraksi maupun tidak. Hasil dari CTG dapat mengindikasikan adanya gawat janin jika terjadi perlambatan, hal ini disebabkan karena fungsi plasenta yang sudah tidak normal.

Cara melakukan pemeriksaan CTG memiliki kesamaan dengan pemeriksaan doppler.
Perbedaannya, pada CTG ada dua alat yang ditempelkan untuk mendeteksi DJJ, dan mendeteksi kontraksi dan ditempelkan kurang lebih 10-15 menit. Pemeriksaan ini pada umumnya dilakukan dua jam setelah makan, dan posisi ibu berbaring nyaman atau tidak membuat ibu atau bayi sakit.

Baca Juga : Mengenal Penyakit Scabies, Penyebab, Gejala, dan Cara Perawatannya

M. Pemeriksaan Biopsi Jaringan

Pemeriksaan biopsi jaringan merupakan pemeriksaan dengan menggunakan bagian kecil dari jaringan tubuh, digunakan untuk pemeriksaan patologi mikroskopis. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui morfologi dari tumor. Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada pasien dengan gangguan darah, kista, polip, proses infeksi, dan lain-lain, tetapi tidak boleh dilakukan pada pasien dengan gangguan faal hemostasis berat, infeksi pada lokasi yang akan dibiopsi.

Cara pemeriksaan dengan biopsi jaringan adalah menganjurkan kurang lebih satu minggu pasien tidak mengonsumsi obat yang dapat membuat pembekuan darah seperti aspirin, NSAIDs, dll. Sebelum pelaksanaan biopsi, lokasi biopsi dibersihkan, diberi obat anestesi area biopsi, dan dilanjutkan proses biopsi. Setelah tindakan, daerah biopsi ditutup dengan kasa kecil, dan dilakukan penjahitan jika dilakukan pembedahan. Selain itu, hindari aktivitas berat.

Referensi :

  • Hidayat, A. Aziz Alim ulama & Uliyah, Musrifatul. 2016. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba Medika.
Exit mobile version