Jurnal  

Pengaruh Pemberian Terapi Musik Gamelan Jawa Terhadap Tingkat Kecemasan Lansia

Photo/Freepik.com

Mediaperawat.id – Kecemasan lansia di panti wreda, cenderung meningkat setiap hari, dan kondisi ini dapat mengakibatkan ketidakmampuan berlebihan dan gangguan pada kualitas kehidupan lebih lanjut pada lansia (Junaidi & Noor, 2010) (Maas, 2011). Menurut Hocking & Koening, penanganan kecemasan pada lansia umumnya menggunakan obat psikotropik, namun penanganan tersebut dapat menimbulkan risiko seperti penurunan pemulihan fisik, ketergantungan, dan sindroma pemutusan obat (Maas, 2011). Manfaat dan risiko pengobatan tersebut harus dipertimbangkan dengan penanganan lain. Pemberian terapi yang tidak berhubungan dengan obat harus diutamakan terutama untuk pasien dengan tingkat kecemasan ringan sampai sedang, misalnya dengan kegiatan spiritual, mass age, hipnotis, dan teknik relaksasi (Maas, 2011) (Sholeh, 2011).

Menurut Purwadi, musik mempunyai kekuatan untuk mengobati penyakit dan ketidakmampuan yang dialami setiap individu, karena saat musik diaplikasikan menjadi terapi, musik dapat meningkatkan, memulihkan, memelihara kesehatan fisik, spiritual, emosional, dan meningkatkan kesehatan psikologis (Widiastuti, 2013) (Sari, PR. dkk, 2013) (Wendy L.dkk, 2002).

Pada tahun 2018 dilakukan penelitian oleh Utami Dwi Yusli mengenai pemberian terapi musik gamelan jawa terhadap lansia yang mengalami kecemasan. Penelitian tersebut dilakukan disalah satu panti wreda di Kota Semarang.

Populasi dalam penelitian ini adalah lansia dengan tingkat kecemasan ringan hingga sedang di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading Semarang. Besar sampel dalam penelitian tersebut adalah 40 orang dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah terapi musik gamelan jawa, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan lansia. Alat penelitian yang digunakan adalah Geriatric Anxiety Scale (GAS) yang telah dilakukan alih bahasa oleh Sang Ayu Ketut Candrawati dan digunakan pada penelitiannya. Pengambilan data pretest dan posttest dilakukan pada Bulan Mei 2018. Analisa data dalam penelitian ini yaitu analisa univariat dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui distribusi persentase tiap variabel. Analisa bivariat dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh pembeian terapi musik gamelan jawa terhadap tingkat kecemasan lansia. Peneliti menggunakan uji bivariat dengan menggunakan uji beda 2 mean dependen yaitu T-test karena data terdistribusi normal hasil uji dependen T-test nilai p = 0.000.

Penelitian dilakukan di ruang aula yang berukuran panjang 20 m dan lebar 10 m. Pemberian terapi dengan memutar musik gamelan Jawa melalu speaker yang terdapat dengan memutar musik gamelan jawa melalui speaker yang terdapat di panti wreda berdasarkan SOP pemberian terapi musik. Sebelum memberikan intervensi terlebih dahulu dilakukan skrining SPMSQ dan pemeriksaan pendengaran responden. Untuk tahap pelaksanaan penelitian meliputi pengukuran kecemasan dengan kuesioner GAS, kemudian dilakukan kegiatan intervensi dalam 30 menit per hari pada pagi hari pukul 10:00 selama 3 hari berturut-turut dengan menghidupkan musik gamelan Jawa di ruangan, selanjutnya dilakukan evaluasi/post test dengan melakukan pengukuran tingkat kecemasan lansia dengan kuesioner GAS.

BACA JUGA : Alat Ukur Tingkat Stres

Responden mendapat terapi musik gamelan jawa nada laras slendro sebanyak 3 kali dalam 3 hari berturut-turut, dengan lama pemberian terapi selama 30 menit untuk setiap kali intervensi. Hasil dari penelitiaan Wendy L. Magee di London juga menyimpulkan bahwa musik terapi yang diberikan dalam jangka waktu yang singkat dapat memberikan perubahan yang positif pada mood seseorang (Widiastuti, 2013). Durasi yang seringkali diberikan pada saat melakukan terapi musik adalah selama 20-35 menit, tetapi untuk masalah kesehatan yang lebih spesifik terapi musik diberikan dengan durasi 30 menit sampai 45 menit (Suryana, 2012) (Schou, 2008).

Jenis musik yang digunakan pada penelitian adalah musik gamelan jawa nada laras slendro yang mempunyai alunan lembut, menenangkan, dan sesuai dengan lansia (Shalehuddin M, 2010). Mendengarkan musik tempo lamban atau sekitar 60-100 bpm dapat memperlambat dan menyeimbangkan gelombang otak yang menandakan ketenangan (Shalehuddin M, 2010) (Suryana, 2012) (Schou, 2008). Hal ini terjadi karena dengan stimulasi binaural-beat dapat mendorong seseorang untuk kembali kedalam kesadaran (Junaidi & Noor, 2010) (Salve, HR., & Prabowo, 2007). Pada studi yang dilakukan oleh Raymond Bahr dalam waktu satu setengah jam mendengarkan musik yang lembut memiliki efek terapi yang sama seperti dengan menggunakan obat penenang Valium 10 mg (IHA, 2010).

Musik antara 56 sampai 60 beat per detik dapat digunakan untuk melatih relaksasi dan gelombang otak menuju kekeadaan alfa (Salve, HR., & Prabowo, 2007). Campbell menjelaskan bahwa musik dapat menyeimbangkan gelombang otak. Gelombang otak dapat dimodifikasi oleh musik ataupun suara yang ditimbulkan sendiri. Kesadaran terdiri atas gelombang beta, yang bergetar dari 14 hingga 20 hertz. Ketenangan dan kesadaran yang meningkat dicirikan oleh gelombang alfa, yang daurnya mulai 8 hingga 13 hertz. Periode‐ periode puncak kreativitas, meditasi dan tidur dicirikan oleh gelombang theta, dari 4 hingga 7 hertz. Tidur nyenyak, meditasi yang dalam, serta keadaan tak sadar menghasilkan gelombang delta, yang berkisar dari 0,5 hingga 3 hertz. Semakin lambat gelombang otak, semakin santai, puas, dan damailah perasaan (Dewi, 2009). Keadaan tenang yang dirasakan seseorang akan memiliki substansi yang memiliki beta karbolin, yaitu antagonis GABA yang menyebabkan penurunan jumlah down regulator receptor GABA. Penurunan ini yang akan mengurangi hambatan terhadap timbulnya kecemasan (Sholeh, n.d.).

Dampak lain yang dialami oleh lansia ketika mendengarkan musik gamelan laras slendro yaitu, meningkatnya produksi endorphin dan dopamine yang akan menstimulasi system limbic yang merupakan pusat pengaturan emosi untuk menghasilkan emosi yang positif yaitu bahagia dan rileks (Dong Soo Kim, 2011) (Salve, HR., & Prabowo, 2007). Hal tersebut dapat merangsang saraf parasimpatis untuk mendilatasi pembuluh darah sehingga terjadi penurunan tekanan darah. Dong Soo Kim dalam penelitiannya pada pasien post stroke, terapi musik memberikan efek dalam menurunkan depresi dan kecemasan pasien (Mulyawati & Erawati, 2012).

BACA JUGA : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Lansia Dengan Diagnosa Keperawatan Depresi, Kesepian, Dan Resiko Jatuh

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian terapi musik gamelan jawa terhadap tingkat kecemasan lansia. Berdasarkan hasil uji T- test nilai probabilitas .0001 yaitu lebih kecil <0,05 maka terdapat perbedaan yang signifikan antara kecemasan lansia sebelum dan sesudah diberikan terapi musik gamelan jawa. Terapi musik gamelan jawa ini dapat digunakan sebagai terapi alternatif dalam penanganan kecemasan pada lansia, sehingga lansia dengan kecemasan mendapatkan penatalaksaan yang tepat (Yusli, 2018).(*)


DAFTAR PUSTAKA

  • Dewi, M. P. (2009). Studi Metaanalisis : Musik Untuk Menurunkan Stres, 36(2), 106–
    115.
    Dong Soo Kim, D. (2011). Effects of Music Therapy on Mood in Stroke Patients.
    Yonsei Med J, (6)(52), 977–981
  • IHA. (2010). Indonesia Hypnosis Assosiation. Retrieved from http://www.hipnoterapi.asia/terapi_musik.htm.
  • Junaidi., Noor, Z. (2010). Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Lansia Melalui Terapi Musik Langgam Jawa. Jurnal Keperawatan Indonesia, 13(3),195–201. Retrieved from http://jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/view/252/453
  • Maas, M. (2011). Asuhan Keperawatan Geriatrik. Jakarta: EGC Maas, M. (2011). Asuhan
  • Keperawatan Geriatrik. Jakarta: EGC.
  • Mulyawati, Y., & Erawati, M. (2012). Kombinasi musik gamelan serta senam lansiauntuk lansia dengan hipertensi, 87–93.
  • Salve, HR., & Prabowo, H. (2007). Treatment Metamusic untuk Menurunkan Stress(Tesis Pasca Sarjana). Jakarta: Universitas Gunadarma, Jakarta.
  • Sari, PR., Purwanta., Aulawi, K. (2013). Pengaruh Terapi Musik Jawa Terhadap Kecemasan Lansia Dengan Hipertensi Di Posyandu Lansia Kusumasari Blimbingsari Yogyakarta. Skripsi
  • Schou, K. (2008). Music Therapy For Post Operative Cardiac Patients, A Randomized Controlled Trial Evaluating Guided Relaxation With Music And Music Listening On Anxiety, Pain, And Mood Dissertation Thesis. Department Of Communication: Aalborg University.
  • Shalehuddin M. (2010). Pengaruh Terapi Musik Gamelan Jawa Terhadap Depresi Pada Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lansia Pasuruan (Tesis Pasca Sarjana). Universitas Airlangga, Surabaya.
  • Sholeh, M. (n.d.). Tahajud, terapi religius : Manfaat praktis ditinjau dari ilmu kedokteran.
  • Sholeh, M. (2011). Perkembangan Psikologi
  • Suryana, D. (2012). Terapi Musik(cetakan be). Wsite.
  • Wendy L.dkk. (2002). The Effect of Music Therapy on Mood State in Neurological Patients. Journal of Music Therapy XXXIX. A Pilot Study. American Music Therapy Association.
  • Widiastuti, R. (2013). Pengaruh Intervensi Musik Gamelan Terhadap Depresi Pada Lansia Di Panti Wreda Harapan Ibu, Semarang. Jurnal Keperawatan Komunitas, 1(2), 135–140. Retrieved from http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKK/article/view/991
  • Yusli, U.D. (2019). Pengaruh Pemberian Terapi Musik Gamelan Jawa Terhadap TingkatKecemasan Lansia. Jurnal Keperawatan Indonesia, 3(1), 72–78
banner 728x90
Exit mobile version