banner 728x250
Opini  

Apakah Perawat Harus Mengibarkan Bendera One Piece untuk Bisa Diperhatikan Kesejahteraannya?

Apakah Perawat Harus Mengibarkan Bendera One Piece untuk Bisa Diperhatikan Kesejahteraannya

Mediaperawat.id – Menjelang peringatan HUT ke-80 Republik Indonesia, ruang publik mendadak diramaikan oleh perdebatan tentang berkibarnya bendera bajak laut “Topi Jerami” yang diambil dari seri manga populer One Piece. Simbol tengkorak bertopi jerami ini, yang berasal dari dunia fiksi, berhasil menyita perhatian pejabat, aparat penegak hukum, dan masyarakat luas. Jutaan interaksi di media sosial, liputan media, serta pernyataan resmi dari berbagai pihak mengiringi kontroversi ini.

Fenomena tersebut menjadi bukti betapa kuatnya daya tarik budaya populer dalam menguasai wacana publik, bahkan mampu melintas batas usia, latar belakang sosial, dan preferensi politik. Namun, di tengah hiruk-pikuk pembahasan simbol fiksi ini, isu-isu krusial yang berdampak langsung pada kehidupan nyata seperti kesejahteraan puluhan ribu perawat di Indonesia justru terpinggirkan dari sorotan.

Kontras Reaksi: Simbol Fiksi vs Realitas Profesi Perawat

Ironisnya, ketika simbol fiksi dikibarkan, respons aparat dapat begitu cepat, tegas, dan masif, bahkan disertai ancaman pidana. Sebaliknya, saat yang “dikibarkan” adalah tuntutan perawat mengenai gaji layak, jaminan kesehatan, atau perlindungan hukum, reaksi pemerintah dan aparat cenderung lambat atau minim. Tidak ada pemburuan “dalang” atau “motif” layaknya kasus bendera One Piece.

Padahal, visi pembangunan nasional menekankan pentingnya membentuk Sumber Daya Manusia (SDM) unggul. SDM unggul membutuhkan kondisi fisik dan mental yang sehat, dan di garda terdepan menjaga kesehatan tersebut adalah perawat. Mereka melayani pasien dari bayi hingga lansia, dari penyakit ringan hingga situasi gawat darurat, di rumah sakit besar hingga daerah terpencil.

Namun, nasib mereka kerap seperti harta karun di akhir Grand Line, diakui keberadaannya  tetapi jarang benar-benar terlihat.

Baca Juga: World Environment Day 2025: Momen Krusial Mengejawantahkan Environmental Theory Florence Nightingale

Rangkaian Kasus: Dari PHK Sepihak hingga Kekerasan

Berbagai insiden dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa masalah ini bukan peristiwa terpisah, melainkan pola sistemik:

Batam, 10 Februari 2020 – Puluhan perawat RS Camatha Sahidya menggelar aksi protes atas PHK sepihak terhadap 28 karyawan hanya karena mempertanyakan gaji yang telat dibayar. Simbol keranda bertuliskan “Kalian Dzolimi Profesi Kami, Kalian Perkosa Hak-hak Kami” menggambarkan kematian martabat profesi.

Banyuwangi, 26 Juni 2024 – Perawat IGD RSU PKU Muhammadiyah Rogojampi diberhentikan sepihak meski telah mengabdi bertahun-tahun, dengan hak-hak yang belum dipenuhi.

Kabupaten Malang, 28 Juni 2022 – RSUD Lawang mem-PHK 16 tenaga medis tanpa surat peringatan, sebagian besar perawat dengan masa kerja 5–11 tahun, tanpa pesangon atau jaminan transisi kerja.

Makassar, 26 Mei 2025 – Seorang perawat RSUP Wahidin Sudirohusodo dicekik dan diseret keluarga pasien saat merawat jenazah, namun pelaku tak kunjung ditetapkan tersangka.

Pati, 2025 – Bupati Pati mem-PHK 220 pegawai RSUD Pati tanpa pesangon, memicu perlawanan dari Aliansi Masyarakat Pati Bersatu.

Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa sektor kesehatan menjadi salah satu lingkungan kerja dengan tingkat kekerasan tertinggi. Di negara-negara berkembang, sekitar 88% tenaga kesehatan dilaporkan pernah mengalami kekerasan dalam berbagai bentuk. 

Namun, kasus-kasus kekerasan yang menimpa perawat kerap luput dari perhatian publik dan jarang dilaporkan secara resmi, sehingga dampaknya terus membebani dan menggerus ketahanan profesi tersebut. 

Kekerasan terhadap perawat, baik fisik maupun seksual, juga menjadi masalah serius. Komnas Perempuan mencatat 9 kasus kekerasan terhadap perawat perempuan dalam periode 2022–2023, tiga di antaranya dilakukan oleh atasan atau rekan kerja di tempat kerja. Kasus-kasus ini menunjukkan lemahnya perlindungan hukum dan mekanisme pencegahan.

Baca Juga: Perawat Yang Suci dan Kotornya Dunia Politik: Alasan Mengapa Perawat Perlu Memahami Politik

Ketimpangan Perhatian Publik

Jika di dunia fiksi One Piece tokoh Luffy melawan bajak laut jahat dan pemerintah korup, di dunia nyata perawat harus melawan ketidakadilan sistem kerja, PHK sepihak, gaji rendah, hingga kekerasan di tempat kerja, semua tanpa kapal, pedang, atau perlindungan hukum memadai.

Pertanyaannya: mengapa penderitaan nyata ini jarang menjadi arus utama percakapan publik? Apakah isu-isu yang menyentuh langsung kehidupan ribuan tenaga kesehatan kalah menarik dibanding simbol-simbol anime? Melihat pola perhatian publik dan respons otoritas, muncul pertanyaan yang menyindir kenyataan: Haruskah perawat mengibarkan bendera Topi Jerami di halaman rumah sakit agar kesejahteraan mereka akhirnya diperhatikan?

Referensi:

Abdulwehab, S., & Kedir, F. (2025). Workplace violence against nurse: a systematic review and meta-analysis in Ethiopia. BMC Nursing, 24(1), 1–14. https://doi.org/10.1186/S12912-025-03243-1/FIGURES/3

Detiknews. (2021). Ada 8 Kasus Kekerasan ke Perawat di 2020-2021, Pelakunya Sipil hingga Pejabat. https://news.detik.com/berita/d-5535953/ada-8-kasus-kekerasan-ke-perawat-di-2020-2021-pelakunya-sipil-hingga-pejabat

Jamaah. (2025). Usai PBB 250%, Kini Muncul Polemik Bupati Pati Pecat Ratusan Pegawai RSUD. https://investor.id/international/406050/usai-pbb-250-kini-muncul-polemik-bupati-pati-pecat-ratusan-pegawai-rsud#goog_rewarded

komnas perempuan. (2023). Komnas Perempuan. https://komnasperempuan.go.id/siaran-pers-detail/siaran-pers-komnas-perempuan-memperingati-hari-perawat-nasional-17-maret-lindungi-perawat-dari-diskriminasi-dan-kekerasan-berbasis-gender-di-dunia-kerja

Rakyatsulsel.fajar.co.id. (2025). Perawat RS Wahidin Makassar Jadi Korban Kekerasan Saat Bertugas, Pelaku Belum Ditangkap – Rakyat Sulsel. https://rakyatsulsel.fajar.co.id/2025/05/28/perawat-rs-wahidin-makassar-jadi-korban-kekerasan-saat-bertugas-pelaku-belum-ditangkap/

Tempo. (2025). Mengapa Pengibaran Bendera One Piece Dianggap Ancaman | tempo.co. https://www.tempo.co/politik/mengapa-pengibaran-bendera-one-piece-dianggap-ancaman-2055142#goog_rewarded

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *