Mediaperawat.id – Pada dasarnya prosedur diagnostik pasien bukan merupakan tugas mandiri dari seorang perawat, namun memahami tugas diagnostik dapat mengurangi dan menghilangkan dampak yang mungkin terjadi pada pasien. Berikut adalah ulasan seputar pemeriksaan diagnostik menggunakan Elektro Enchephalografi (EEG) mulai dari pengertian, fungi, macam-macam EEG, indikasi pemasangan, dan tata laksana EEG pada pasien.
Dari sisi pengertian, Elektro Enchephalografi (EEG) merupakan salah satu cara diagnostik yang dilakukan untuk merekam aktivitas listrik pada otak melalui tengkorak yang utuh. Pemeriksaan ini dilakukan menggunakan logam kecil (elektroda) yang dilekatkan pada kulit kepala.
Perlu diketahui bahwa sel-sel pada otak berkomunikasi melalui impuls listrik dan aktif setiap saat, bahkan ketika sedang tidur. Aktivitas ini kemudian ditampilkan sebagai garis bergelombang pada rekaman EEG.
Fungsi EEG
Fungsi utama Elektro Enchephalografi adalah untuk mendeteksoi dan menyelidiki epilepsi, yaitu suatu kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami kejang berulang atau kambuhan.
Tes rekam otak ini dapat mengidentifikasi beberapa hal seperti epilepsi yang dialami penyintas, hal-hal yang mungkin memicu terjadinya kejang kambuhan, serta pengobatan yang tepat dan terbaik. Disamping itu, EEG juiga dilakukan pada beberapa kondisi lain yang perlu menggunakan metode ini untuk kepentingan diagnostik.
Macam-Macam EEG
Seluruh korteks serebri merupakan medan listrik yang mencerminkan adanya gaya listrik yang diproduksikan pada ujung-ujung dendrit. Sebagai fenomena potensial, aksi neuron-neuron disalurkan ke dendrit-dendritnya di korteks selebri. Potensial neuron pada setiap waktu berbeda-beda sehingga potensial dendrit pada korteks selalu berubah-ubah juga.
Fluktuasi inilah yang tercatat pada kertas EEG. Dari sekian banyak fluktuasi, maka dapat dibedakan berdasarkan frekuensi dan gelombangnya.
1. Empat gelombang menurut frekuensinya
a) Gelombang Alfa
Gelombang Alfa memiliki frekuensi sebesar 8 sampai 12 siklus per detik. Gelombang ini terjadi ketika dalam keadaan sadar sepenuhnya ataupun saat tidur.
b) Gelombang Beta
Gelombang Beta memiliki frekuesni lebih dari 13 perdetik, berkisar antara 13 sampai 30 siklus, gelombang ini terjadi ketika berada dalam keadaan sadar.
c) Gelombang Teta
Gelombang Teta terjadi dalam fase tidur dan memiliki frekuensi 4-7 siklus per detik.
d) Gelombang Delta
Gelombang delta terjadi juga dalam fase tidur, gelombang ini memiliki frekuensi kurang dari 4 siklus per detik. Gelombang ini umum ditemyukan pada anak kecil.
2. FLuktuasi potensial otak menurut pola gelombang
a) Gelombang lama
Gelombang lama muncul sebagai gelombang positif dekat lobus oksipitalis terutama jika mata menatap sesuatu dengan penuh perhatian.
b) Gelombang tidur
Gelombang tidur adalah sekelompok gelombang dengan frekuensi 10-15 siklus per detik yang hilang pada waktu tidur dangkal, berbentuk spindle.
c) Kompleks K
Pola gabungan yang terdiri dari satu atau beberapa gelombang lambat terbaur dengan gelombang-gelombang berfrekuensi cepat, timbul karena ada rangsangan sewaktu tidur dangkal.
d) Gelombang verteks
Pola gabungan yang berbentuk jarum, bila teral simetrik di daerah para sagittal, antara daerah pre dan post sentral, sering muncul bersama kompleks K pada waktu tidur dangkal.
Untuk memberi gambaran yang lebih jelas dan dapat membedakan antara gelombang fisiologis dan patologis, berikut adalah gambaran gelombang patologis yang terdiri dari lima gelombang antara lain.
- Gelombang runcing (spike)
Gelombang runcing adalah gelombang yang meruncing dan berkaky ceoat (kurabf daru 60 milidetik) seringnya ia muncul secara polifasik, yaitu dengan defleksi ke atas ke bawah secara berselingan.
- Gelombang tajam (sharp wave)
Sharp wave adalah gelombang yang meruncing tetapi berlalu lebih lama dari 60 milidetik. Gelombang tajam juga muncul secara polifasik.
- Gelombang runcing (spike wave)
Gelombang spike wave adalah kompleks yang terdiri dari gelombang runcing yang langsung disusul oleh gelombang lambat. Kompleks tersebut muncul debfab frekuensi 3 spd secara teraturm sinkron bilateral dan hilang secara tiba-tiba.
- Gelombang runcing multiple
Gelombang runcing multiple adalah ledakan dariu sejumlah gelombang runcing yang bangkit sekali atau berkali-kali, dan biasanya disusul oleh gelombang lambat.
- Hypsaritmia
Hypsaritmia adalah kompleks yang terdiri dari gelombang lambat yang bervoltase tinggi dan iramanya tidak teratur, diman berbaur dengan gelombang runcing dan tajam.
BACA JUGA : Mengenal 12 Saraf Kranial Dan Fungsinya
Indikasi Pemasangan EEG
- Penderita dicurigai atau dengan epilepsi.
- Membedakan kelainan otak organik.
- Mengidentifikasi infark pembuluh darah atau adanya lesi (tumor, hematoma, abses).
- Diagnosis retardasi mental atau over dosis obat.
- Menentukan kematian jaringan otak.
Langkah-Langkah Pemeriksaan EEG
1. Persiapan Pasien
a. Penyuluhan
- Penderita diberi tahu hal-hal yang akan dilakukan antara lain, EEG akan dilakukan di ruangan aman (laboratory diagnostic) oleh teknisi EEG, di dalam ruangan pasien akan dipasang elektroda sebanyak 16-24 dengan pasta dan kemudian elektroda tersebut akan dihubungkan dengan mesin EEG. Jika memungkinkan, tunjukan hal-hal tersebut menggunakan gambar atau video.
- Menganjurkan kepada pasien agar tidak gelisah selama 45-60 menit, dan beritahukan pasien bahwa alat yang dipasangkan bukanlah alat yang berbahaya.
- Melakukan pendekatan kepada pasien untuk mengurangi kemungkinan terjadinya stres, kecemasan atau gemetar akibat pemasangan elektroda.
- Menjelaskan kepada pasien bahwa pada waktu pemeriksaan pasien harus dalam keadaan relaksasi sempurna, duduk atau tiduran dengan tanpa getaran sedikitpun untuk meraih hasil diagnosis yang maksimal.
- Anjurkan pasien untuk mengikuti perintah petugas selama proses pemeriksaan berlangsung yang meliputi prosedur hiperventilasi selama 3-5 menit dan usahakan untuk tetap menutup mata.
b. Persiapan Fisik
- Obat-obatan seperti depresan susunan saraf pusat (alkohol atau transqualizer) atau stimulan tidak diberikan selama 24 jam sebelum pemeriksaan dilakukan, karena akan memberikan pengaruh terhadap aktivitas listrik otak. Dokter akan memberikan instruksi untuk pemberian anti konvulsi bila perlu 24-48 jam sebelum pemeriksaan.
- Cairan yang mengandung kafein seperti kopi, cokelat dan teh tidak diberikan selama dan sebelum tindakan dilakukan.
- Rambut pasien harus bersih dan terbebas dari kosmetik rambut.
- Pasien harus makan pagi sebelum dilakukan pemeriksaan, karena hipoglikemia dapat menyebabkan ketidak normalan potensial listrik.
2. Pelaksanaan
- Posisi pasien berbaring, ciptakan suasana sedemikian rupa sehingga nyaman bagi pasien.
- Petugas EEG menempelkan 16-24 elektrida pada lokasi yang spesifik pada kulit kepala serta menghubungkan melalui kawat penghubung ke mesin/alat EEG.
- Pencetakan garis dasar (gambar dasar) dihasilkan mengikuti tiga urutan yaitu hiverpentilasi, stimulasi photic, dan tidur).
Hiperventilasi
Pasien dianjurkan untuk melakukan hiperventilasi dengan cara mengambil napas 30-40 napas melalui mulut setiap menitnya selama 3-5 menit. Perlu diingat, kenaikan pH (kira-kira 7-8) akan menaikan rangsangan neuron dan akan menyebabkan serangan aktivitas pada pasien epilepsi.
Stimulasi Photic
Cahaya silau difokuskan kepada pasien dan pasien dianjurkan untuk menutup mata. Stimulasi ini akan menyebabkan aktivitas serangan bagi pasien yang kecenderungan mempunyai rangsangan.
BACA JUGA : Cara Pemeriksaan Saraf Kranial
Tidur
Pasien dianjurkan untuk tidur. Jika pasien tidak bisa tidur, dapat diberikan hipnotik yang bekerja cepat. Hasil perekaman dari aktivitas listrik tersebut diinterpretasikan oleh neurologi.
3. Setelah tindakan
- Bersihkan dan cuci rambut pasien.
- Ciptakan lingkungan yang tenang sehingga pasien dapat beristirahat dengan tenang.
- Berikan porsi tidur yang baik dan perhatikan pernapasan pasien terutama yang menggunakan obat hipnotik.
- Observasi aktivitas/kejang bagi pasien yang cenderung untuk mendapatkan serangan kejang.
Referensi:
https://www.docdoc.com/id/info/procedure/elektroenselografi
https://www.halodoc.com/kesehatan/pemeriksaan-electroencephalography-eeg
Catur Budi Susilo. 2019. Keperawatan Medikal Bedah Persarafan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press