banner 728x250

Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)

Ket : Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)/ Foto: Freepik.com

Pengertian

ARDS adalah Pasien yg menderita gagal napas akut. Paru-paru terganggu sebagai akibat terbentuknya cairan di dalam paru-paru. Cairan terbentuk di dalam jaringan paru-paru tinterstitium) dan alveolus. Cairan dan pengerasan ini merusak kemampuan paru-paru untuk membawa udara masuk dan keluar (ventilasi). Ini merupakan respons inflamasi di dalam jaringan paru-paru. Kerusakan pada surfactant di dalam alveolus menyebabkan kolaps alveolar, lebih lanjut merusak pertukaran gas. Suatu usaha untuk memperbaiki kerusakan alveolar dapat mengarah pada fibrosis di dalam paru-paru. Bahkan ketika tingkat pernapasan naik, oksigen dalam jumlah cukup tidak bisa masuk dalam sirkulasi (hipoksemia). Saturasi oksigen berkurang. Terjadi asidosis pernapasan, dan pasien tampak sulit bernapas.

Ini paling umum terjadi karena syok, sepsis, atau sebagai akibat dari trauma atau cedera inhalasi. Pasien mungkin tidak punya sejarah gangguan paru-paru, juga dikenal sebagai Adult Respiratory Distress Syndrome.

Prognosis

Pengenalan dan perawatan awalnya kritis. Bahkan dengan perawatan intensif. ARDS mempunyai tingkat kematian 50 sampai 60 persen. Beberapa pasien akan menderita jenis ARDS yang lebih kronis yang secara permanen mengubah paru-paru. Pasien mungkin memerlukan ventilasi tiruan jangka panjang.

Tanda – Tanda & Gejala

  • Hipoksemia tingkat oksigen di dalam darah tidak cukup, meskipun
    diberi tambahan oksigen 100 persen.
  • Sesak napas (dyspnea)-naiknya kebutuhan oksigen untuk memenuhi
    permintaan tubuh.
  • Kebutuhan oksigen akan meningkat ketika cairan terbentuk di dalam paru-paru dan bertambah buruk.
  • Edema paru-paru-terbentuk cairan di dalam paru-paru.
  • Frekuensi pernapasan lebih dari 20 per menit (tachypnea) -bernapas menjadi lebih cepat dalam upaya mendapatkan oksigen ke dalam
    tubuh.
  • Suara napas turun-lebih sulit didengar melalui cairan dalam alveolus;
    tidak ada pergerakan udara di dalam alveolus yang kolaps.
  • Kecemasan-akibat tidak mendapatkan cukup oksigen.
  • Serentetan suara keras (pecahan) terdengar di dalam paru-paru-udara bergerak melalui cairan dalam alveolus dan jaringan udara kecil pada inspirasi dan ekspirasi (awalnya tidak terdengar).
  • Bunyi rhonchi-akibat inflamasi atau terdapat lendir. Ini mempersempit jalan udara, menciptakan suara ketika udara berjalan sepanjang jalan udara yang telah sempit.
  • Kurang istirahat karena tingkat oksigen kurang.
  • Sianosis karena tidak ada oksigenasi.
  • Penggunaan otot-otot pernapasan tambahan retraksi antara tulang rusuk (antara tulang iga) dan di bawah tulang dada (substernal).

Baca Juga : Aneurisme Aorta

Interpretasi Hasi Tes

  • Oksimetri denyut menunjukkan tingkat oksigen rendah di bawah 90 persen.
  • Arterial Blood Gas (ABG) menunjukkan asidosis pernapasan-PaCO₂ naik (>45 mmHg), PaO2, level turun bahkan dengan diberi oksigen tambahan.
  • Sinar X dada kedua paru-paru menunjukkan infiltrasi di dalam bidang paru-paru “memutih” atau bagian dasarnya terlihat seperti kaca.
  • Pulmonary Capillary Wedge Pressure (PCWP) rendah sampai normal.

Tindakan

  • Istirahat total
  • Intubasi Endotracheal
  • Ventilasi mekanis dengan Positive End-Expiratory Pressure (PEEP) atau Continuous Positive Airway Pressure (CPAP)
  • Memberikan anastetik agar nyaman selama memasukkan selang endo-tracheal:

Propofol

  • Memberikan neuromuscular blocking agent-gunakan jika pasien mendapat ventilasi mekanis agar pasien tidak menghambat kerja venti-lator. Obat ini membuat otot pernapasan beristirahat:

Pancuronium, vecuronium

  • Memberikan diuretik untuk mengurangi kelebihan cairan di alam paru-
    paru

Furosemide, ethacrynic acid, bumetanide

  • Memberikan H2 blocker atau penghalang pompa proton untuk menurunkan asam lambung. Akan menurunkan kemungkinan tukak karena stres di dalam perut atau aspirasi asam lambung ke dalam paru-paru:

Ranitidine, famotidine, nizatidine, omeprazole

  • Memberikan antikoagulan-pembekuan bisa jadi berdampak pada penyakit; menyokong imobilitas pada pembentukan gumpalan:

Heparin

  • Memberikan analgesik-agar pasien nyaman dan mengurangi permintaan oksigen otot jantung:

Morphine

  • Memberikan steroid untuk menurunkan respons inflamasi pada jaringan paru-paru:

Hidrokortison, methylprednisolone

  • Memberikan surfactant eksogen:

Oberactant

  • Memberikan antibiotik untuk infeksi pernapasan atau sistemik.
  • Idealnya dipilih berdasarkan hasil kultur dan sensitivitas (C&S)
  • Dapat diberikan untuk menangani kemungkinan infeksi organisme menghambat hasil C&S.

Diagnosa Keperawatan

  • Pola napas tidak efektif
  • Gangguan pertukaran gas
  • Perfusi jaringan tidak efektif

Baca Juga : Mengenal Istilah dan Posisi Anatomi Fisiologi Manusia

Intervensi Keperawatan

  • Monitor sel darah putih:
    • Sel darah putih naik dengan infeksi, inflamasi.
    • Sel darah putih turun pada pasien yang immune-compromised atau yang mengidap infeksi virus.
  • Monitor hemoglobin (Hgb) dan hematokrit (Hct) untuk anemia.
  • Monitor PT, PTT, dan INR untuk abnormalitas koagulasi; monitor dosis heparin.
  • Catat asupan dan pengeluaran cairan:
    • Monitor tanda-tanda kerusakan atau kegagalan ginjal (jumlah urin turun kurang dari 30 ml/h) dan monitor BUN dan kreatinin.
    • Monitor kemungkinan kelebihan cairan lebih banyak cairan yang masuk ketimbang yang keluar. Pasien bisa gagal jantung karena mengumpulnya cairan di dalam paru-paru.
  • Menimbang berat badan pasien setiap hari ketidakmampuan menangani kelebihan cairan, menyebabkan third spacing of fluid, meningkat menjadi ruang interstisial, meningkatkan berat badan, dan menyebabkan edema.
  • Hindari overexerting pasien selama pengobatan-pasien akan mudah lelah dan akan punya masalah dengan naiknya permintaan oksigen. Berikan pula periode istirahat selama aktivitas. Ubah posisi sedikitnya tiap 2 jam untuk mencegah adanya tekanan yang dapat menyebabkan gangguan kulit.
  • Jelaskan kepada pasien:
    • Pentingnya melakukan batuk dan latihan mengambil napas dalam setelah ventilator dilepas, pasien perlu memindahkan cukup udara masuk dan keluar paru-paru. Batuk membantu membersihkan paru-paru dari cairan residu apa pun.
    • Bagaimana mengidentifikasi tanda-tanda gangguan pernapasan dan tanda apa pun bahwa gejala mungkin kembali: napas pendek, batuk, mendesis, bernapas cepat, sianosis, gelisah, atau kecemasan.

Daftar Pustaka : Digiulio, Mary dkk. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Rapha Publishing. (Diterjemahkan oleh Dwi Prabantini).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *