Berita  

Kisah Perawat yang Banting Setir Jadi Pengusaha Cilok

Ket : Aneka cilok produksi Ivatifoods/ist/merdeka.com

Mediaperawat.id – Sungguh mulia Tur Lestari, atau biasa dipanggil Tari. 7 Tahun bekerja sebagai perawat, profesinya itu dia tinggalkan demi sebuah cita-cita mulia : merawat orang tua yang mulai sakit-sakitan.

“Berawal dari keadaan saya yang harus banyak waktu untuk menemani ibu yang dalam kondisi sakit dan beliau sering di rumah sendiri, kadang saya merasa bersalah karena waktu saya sangat sedikit untuk beliau. Akhirnya Allah memberikan jalan saya untuk menjadi pengusaha cilok,” dilansir dari merdeka.com, Senin (23/05/23).

Tari memilih cilok sebagai usahanya lantaran cilok merupakan jajanan tradisional yang sudah banyak dikenal oleh kalangan masyarakat. “Jadi dengan demikian saya tidak perlu menghabiskan waktu untuk mengenalkan produk saya. Tinggal saya inovasikan saja produk tersebut supaya bisa diterima oleh banyak masyarakat, apalagi cilok juga bukan jajanan musiman,” ujar Tari.

Produk cilok dan frozen food lainnya yang dihasilkan Tari di bawah label Ifatifoods, yang berlokasi di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Usaha ini dimulai pertengahan tahun 2018, dan mulai ditekuni pada tahun 2019.

“Saat ini kami memproduksi cilok dengan berbagai varian isi. Ada isi ayam ori, ayam pedas, telur dadar, cilok krispi, balut tahu, dan cilok kuah. Dikemas dalam bentuk frozen dengan berbagai macam gramasi. Ada yang isi 18 butir, 40 butir dan 100 butir,” ungkap Tari.

Cilok yang diproduksi oleh Ifatifoods juga memiliki 2 varian yaitu cilok reguler yaitu terbuat dari tepung terigu dan tapioka.

“Serta cilok gluten free yaitu campuran tepung tapioka dengan tepung garut. Kami melihat ada beberapa orang yang intoleran terhadap gluten, jadi kami mengganti gluten yang ada pada tepung terigu dengan tepung garut,” ujarnya.

“Karena basic saya adalah perawat, yang sudah 7 tahun bekerja di rumah sakit. Jadi pengalaman di dunia bisnis bisa dibilang nol,” imbuhnya.

Akhirnya Tari mulai sering ikut pelatihan-pelatihan gratisan, serta mengikuti berbagai macam kompetisi. Dari sana dia mulai mendapatkan pengetahuan tentang bisnis dan wawasannya mulai terbuka karena banyak berbaur dengan teman-teman pengusaha lain.

“Dari sanalah saya banyak belajar. Dari proses belajar itulah membuat saya makin tertarik untuk mendalami ilmu ini dan menerapkan dalam usaha saya,” ujar Tari.

Sempat Dijauhi Teman dan Dicibir Tetangga

Dalam menjalankan usahanya, Tari mengaku mengalami pasang surut kehidupan. Dari seorang karyawan yang mendapatkan gaji bulanan, terpaksa menjadi pengusaha yang penghasilannya belum tentu tiap bulannya.

“Dalam bisnis naik turun omzet itu biasa. Cuma bagaima kita menyikapi hal tersebut kita perlu tetap belajar dan berbaur dengan teman-teman sesama pengusaha supaya kita bisa memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam bisnis kita, supaya bisa terus melangkah dan berkembang,” tutur Tari.

Titik terendah dalam hidup Tari yaitu saat transisi dari pekerja kantoran menjadi ibu rumah tangga dan memulai bisnis. Apalagi bisnis cilok dianggap recehan.

“Dari tetangga, teman-teman, bahkan keluarga menyayangkan saya keluar dari pekerjaan saya, dan mereka seperti menjauhi saya. Mungkin mereka takut saya merepotkan mereka karena menganggap saya saat itu pengangguran dan tak berpenghasilan,” cerita Tari.

Exit mobile version