MediaPerawat.id – Lanjut usia merupakan tahap akhir perkembangan manusia hal ini memiliki arti bahwa pada usia ini mengalami perkembangan dalam bentuk perubahan-perubahan yang mengarah perubahan yang bersifat regresif yaitu terjadi kemunduran fungsi fisikdan psikologis. Proses menua (aging) adalah proses alami yang dihadapi manusia. Dalam proses ini, tahap yang paling krusial adalah tahap lansia (lanjut usia). Dalam tahap ini, pada diri manusia secara alami terjadi penurunan atau perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum (fisik) maupun kesehatan jiwa secara khusus pada individu lanjut usia (Affandi, 2008).
Usia lanjut dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai dengan berbagai penderitaan seperti beberapa penyakit dan keudzuran serta kesadaran bahwa setiap orang akan mati, maka kecemasan akan kematian menjadi masalah psikologis yang penting pada lansia, khususnya lansia yang mengalami penyakit kronis. Pada orang lanjut usia biasanya memiliki kecenderungan penyakit kronis (menahun/berlangsung beberapa tahun) dan progresif (makin berat) sampai penderitanya mengalami kematian. Kenyataannya, proses penuaan dibarengi bersamaan dengan menurunnya daya tahan tubuh serta metabolisme sehingga menjadi rawan terhadap penyakit, tetapi banyak penyakit yang menyertai proses ketuaan dewasa ini dapat dikontrol dan diobati. Masalah fisik dan psikologis sering ditemukan pada lanjut usia. Faktor psikologis diantaranya perasaan bosan, keletihan atau perasaan depresi (Nugroho, 2000).
Apa Itu Kecemasan Pada Lansia ?
Kecemasan (Anxiety) adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kecemasan dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal (Stuart, 2007). Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Ketika merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi. Tidak ada objek yang dapat diidentifikasikan sebagai stimulus kecemasan (Videbeck, 2008). .
Kecemasan dianggap patologis bilamana mengganggu fungsi sehari-hari, pencapaian tujuan, dan kepuasan atau kesenangan yang wajar. Walaupun merupakan hal yang normal dialami namun kecemasan tidak boleh dibiarkan karena lama kelamaan dapat menjadi neurosa cemas melalui mekanisme yang diawali dengan kecemasan akut, yang berkembang menjadi kecemasan menahun akibat represi dan konflik yang tak disadari. Adanya stres pencetus dapat menyebabkan penurunan daya tahan dan mekanisme untuk mengatasinya sehingga mengakibatkan neurosa cemas (Maramis, 2005). Berdasarkan pengertian diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa kecemasan adalah suatu kondisi psikologis individu yang berupa ketegangan, kegelisahan, kekhawatiran sebagai reaksi terhadap adanya sesuatu yang bersifat mengancam.
Aspek-Aspek Dan Gejala Kecemasan (Anxiety)
mengelompokkan kecemasan (anxiety) dalam respon perilaku, kognitif, dan afektif, diantaranya.
1. Perilaku, diantaranya :
- gelisah,
- ketegangan fisik,
- tremor,
- reaksi terkejut,
- bicara cepat,
- kurang koordinasi,
- cenderung mengalami cedera,
- menarik diri dari hubungan interpersonal,
- inhibisi,
- melarikan diri dari masalah,
- menghindar,
- hiperventilasi, dan
- sangat waspada.
2. Kognitif, diantaranya:
- perhatian terganggu,
- konsentrasi buruk,
- pelupa,
- salah dalam memberikan penilaian,
- preokupasi,
- hambatan berpikir,
- lapang persepsi menurun,
- kreativitas menurun,
- produktivitas menurun,
- bingung,
- sangat waspada,
- keasadaran diri,
- kehilangan objektivitas,
- takut kehilangan kendali,
- takut pada gambaran visual,
- takut cedera atau kematian,
- kilas balik, dan
- mimpi buruk.
3. Afektif, diantaranya:
- mudah terganggu,
- tidak sabar,
- gelisah,
- tegang,
- gugup,
- ketakutan,
- waspada,
- kengerian,
- kekhawatiran,
- kecemasan,
- mati rasa,
- rasa bersalah, dan
- malu.
Berikut Adalah Beberapa Pemicu Kecemasan Pada Lansia
- Masalah Ekonomi
Ketidakamanan financial dimana masa usila adalah masa memasuki pension dari pekerjaan sehingga lansia meresahkan dan mencemaskan finansialnya masa tuanya.
- Masalah Kesehatan
Saat memasuki usia lanjut dalam segi biologis akan turunnya semua fungsi tubuh, sehingga lansia mencemaskan akan penyakit-penyakit yang timbul dan mengancam nyawanya.
- Masalah Sosial
Memasuki masa lanjut usia ditandai dengan berkurangnya kontak sosial, baik dengan anggota keluarga atau dengan masyarakat. kurangnya kontak sosial dapat menimbulkan perasaan kesepian, terkadang muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, serta merengek-rengek jika bertemu dengan orang lain sehingga perilakunya kembali seperti anak kecil.
- Masalah Psikososial
Masalah psikososial adalah hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan sehingga membawa lansia kearah kerusakan atau kemrosotan yang progresif terutama aspek psikologis yang mendadak, misalnya, bingung, panik, depresif, dan apatis. Hal itu biasanya bersumber dari munculnya stressor psikososial yang paling berat seperti, kematian pasangan hidup, kematian sanak saudara dekat, atau trauma psikis.
Untuk membantu mengatasi gangguan cemas tersbut Anda dapat melakukan sebagai berikut:
- Tingkatkan spiritual kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan Ibadah shalat, berdzikir, membaca Al-Qur’an dan ibadah lainnya.
- Support lansia untuk terus produktif dan mandiri dimasa tuanya dengan :
- Lakukan olahraga teratur, misalnya dengan senam lansia.
- Makan yang bergizi.
- Berkebun, menyiram tanaman sesuai kesanggupan lansia.
- Lansia mampu untuk mandiri dalam personal hygiene dan memenuhi kebutuhan dasarnya.
- Mencoba mengajak berbagi cerita dan pengalaman untuk melupakan masalah.
- Menghubungkan dukungan keluarga dalam kepedulian dan kasih sayang terhadap lansia.
- Menyedikan fasilitas pelayanan kesehatan yang bermutu untuk lansia.
Sumber Referensi :
Affandi, I. (2008). Kecemasan Menghadapi Kematian pada Lansia yang Menderita.Penyakit Kronis. Semarang : Jurnal Keperawatan.