Masa anak adalah masa pertumbuhan dan pembentukan karakter. Selain kondisi fisik, orang tua juga harus memperhatikan kondisi mental anak selama masa pertumbuhannya. Hal itu tak lain karena kesehatan mental memiliki pengaruh pada kesehatan fisik anak.
Dalam perkembangannya, anak membutuhkan kesehatan mental agar mereka mampu merasa nyaman dengan diri mereka sendiri, membangun hubungan yang sehat dengan orang lain, dan menikmati hidup. Selanjutnya, kesehatan mental pada anak dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kondisi keluarga, lingkungan (sekolah), dan berbagai peristiwa yang menimpa dirinya.
Berdasarkan data dari WHO, 1 dari 5 anak mengalami gangguan mental. Adapun gangguan mental pada anak terdiri dari berbagai tanda berikut ini yang kemungkinan dapat muncul pada anak yang mengalami gangguan mental seperti ADHD, gangguan perilaku, kecemasan, depresi, hingga sindrom Tourette.
Kondisi pandemi Covid-19 yang juga memberikan dampak yang besar juga memiliki pengaruh besar pada anak. Hasil rurvei yang dilaksakan oleh UNICEF dan Gallup yang disajikan dalam laporan The State of the World’s Children 2021 mengemukan bahwa terdapat median 1 dari 5 anak usia 15-24 tahun yang didalamnya menyatakan mereka sering merasa depresi atau rendah minatnya untuk berkegiatan.
Memasuki tahun ketiga pandemi Covid-19, selain kesehatan dampak pandemi terus meluas ke berbagai sektor kehidupan salah satunya kesejahteraan mental anak-anak dan generasi muda yang kian memburuk.
Data terkini dari UNICEF menunjukkan bahwa, secara global, setidaknya 1 dari 7 anak mengalami dampak langsung karantina, sementara 1,6 miliar anak terdampak oleh terhentinya proses belajar mengajar. Gangguan terhadap rutinitas, pendidikan, rekreasi, serta kecemasan seputar keuangan keluarga dan kesehatan membuat banyak anak muda merasa takut, marah, sekaligus khawatir akan masa depan mereka.
Salah satu kebijakan dalam masa pandemi yang diterapkan agar anak tetap mengikuti proses pembelajaran adalah PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh). Disatu sisi PJJ merupakan salah satu solusi agar proses pendidikan bagi anak tetap berjalan di masa pandemi ini. Namun, PJJ juga dalam pandangan lain merupakan salah satu faktor pemicu bertambahnya angka gangguan kesehatan mental pada anak.
Baca juga : Kenali Gejala Harga Diri Rendah pada Remaja
Tidak sedikit yang mengkhawatirkan kondisi mental anak selama sistem pembelajaran yang dilakukan selama pandemi. Hal tersebut terjadi lantaran sistem PJJ yang diterapkan secara tidak langsung dapat mengganggu kesehatan mental pada anak.
Penting sekali bagi orang tua untuk memahami ciri-ciri gangguan mental pada anak supaya dapat mencegah ataupun mengatasinya. Berikut adalah beberapa gejala pada anak yang diprediksi mengalami gangguan kesehatan mental.
- Perubahan perilaku atau gestur yang tidak biasanya.
- Emosi tidak stabil seperti mudah marah, mudah menangis.
- Tidak bisa tenang.
- Cemas berlebihan.
- Tampak murung.
- Tampak sedih berlebihan.
- Menarik diri dari lingkungan.
- Kehilangan kepercayaan diri.
- Mudah putus asa.
- Lengket berlebihan pada pengasuh/orang tua.
- Gangguan tidur baik itu sulit tertidur, sering terbangun, sulit tidur setelah terbangun, atau mimpi buruk.
- Sulit berkonsentrasi.
- Nafsu makan menurun.
- Ngompol, pada anak yang sudah tidak biasanya ngompol.
Cara Menjaga Kesehatan Mental Anak di Masa Pandemi
Selain menjaga kesehatan fisik anak selama pandemi, orang tua juga harus memperhatikan kesehatan mental pada anak. Sebagai orang yang paling dekat dan memiliki waktu bersama lebih banyak dengan anak, berikut adalah beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk menjaga kesehatan mental pada anak.
1. Jaga Mood Anak
Menjaga mood anak menjadi penting karena dengannya anak akan menjadi riang, bahagia, dan semangat untuk beraktivitas. Cara agar mood anak tetap terjaga ialah memberikan anak makanan cukup nutrisi dan mengajak anak untuk bermain, berolahraga, bersih-bersih rumah, dan berbagai hal yang menyenangkan lainnya. Hal tersebut lebih baik jika dibandingkan dengan membiarkaan anak bermain gadget ataupun game online.
2. Batasi anak dalam mengonsumsi berita tentang pandemi
Batasilah anak dalam mengonsumsi berita tentang pandemi, baik menonton ataupun membacanya. Hal tersebut dikarenakan anak belum dapat menyaring berita dengan baik yang berdampak pada kecemasan.
3. Bantu dan dampingi anak selama PJJ
Proses belajar anak selama pandemi berbeda dengan cara sebelumnya, selama mengikuti PJJ sediakanlah fasilitas yang memadai untuk anak serta bantu dan dampingi anak agar mampu memahami pelajarannya.
4. Sediakan anak waktu untuk berkomunikasi dengan keluarga jauh atau temannya
Pembelajaran PJJ dalam jangka waktu yang berkepanjangan tentu dapat mengakibatkan anak merasa asing dengan dunia luar, sebagai salah satu solusinya ialah dengan memberikan waktu bagi anak untuk melakukan video call bersama keluarga jauh atau teman-temannya.
5. Jangan terlihat cemas di depan anak
Pandemi telah memberikan rasa cemas pada orang banyak, tak hanya bagi anak-anak orang tua juga terkadang merasa cemas akan keselamatan dirinya maupun anaknya. Jangan perlihatkan kecemasan di depan anak karena hal tersebut dapat memengaruhi kecemasan dalam diri anak. Salah satu bentuk ekspresi kecemasan orang tua ialah memberi banyak larangan atau batasan yang berlebihan pada anak.
6. Tetap jaga emosi
Orang tua perlu mengontrol emosinya terhadap anak untuk mencegah berbagai kemungkinan yang terjadi pada anak seperti kekerasan verbal maupun fisik.
7. Berikan anak contoh yang baik
Orang tua dapat memberikan contoh pada anak untuk tetap optimis dalam menghadapi pandemi ini. Berikan pengertian pada anak bahwa segala hal yang dikhawatirkan selama pandemi belum tentu akan terjadi dan menimpa diri mereka.
Jika kondisi gangguan mental pada anak dirasa lebih berat dan sudah menggangung aktivitas sehari-harinya, orang tua dapat menkonsultasikannya ke psikolog untuk diperiksa lebih lanjut.
(DOK/DR)
Referensi :