banner 728x250

Perhitungan Koreksi Elektrolit yang Harus Diketahui Perawat ICU

Perhitungan Koreksi Elektolit Perawat ICU

Mediaperawat.id – Pemeriksaan elektrolit merupakan suatu prosedur pada pasien-pasien di ICU yang merupakan bagian dari deteksi dini terhadap kelainan elektrolit. Kelainan elektrolit dapat mengganggu fungsi tubuh normal dan menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa.

Artikel ini akan mengulas tentang gangguan keseimbagan elektrolit, perhitungan koreksi elektrolit dan nursing point manajemen elektrolit pada pelayanan praktis klinis serta komplikasinya, baca sampai selesai yuk!

Nilai Normal Elektrolit Dewasa & Anak

Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling berhubungan, ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang terjadi dalam bentuk berlebihan atau kekurangan (Dewi & Sinardja, 2017).

Berikut adalah kadar normal elektrolit dewasa dan anak yang dapat ners ketahui.

Elektrolit Normal Dewasa dan Anak
Foto: Nilai normal elektrolit dewasa dan anak

Gangguan Keseimbangan Elektrolit

Keseimbangan elektrolit adalah suatu kondisi dimana jumlah masing-masing elektrolit yang masuk ke dalam tubuh setara dengan jumlah masing-masing elektrolit yang keluar. Ketika terjadi perubahan jumlah elektrolit yang masuk dan keluar dari dalam tubuh tidak sama, baik tinggi ataupun rendah, maka terjadilah ketidakseimbangan elektrolit. 

Ketidakseimbangan elektrolit yang terjadi dalam tubuh dapat mengganggu fungsi tubuh normal dan menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa. Artikel ini akan mengulas tentang gangguan keseimbagan elektrolit, perhitungan koreksi elektrolit dan nursing point manajemen elektrolit pada pelayanan praktis klinis serta komplikasinya.

Koreksi Elektrolit

1. Hiponatremia

Hiponatremia adalah kondisi dimana nilai Natrium dalam darah < 135 mEq/L

Penyebab: muntah, diare, polyuria, perdarahan, ascites, gagal ginjal

Gejala: kelemahan otot, pusing, sakit kepala, hipotensi, takikardia, syok

Koreksi:

  • Koreksi diberikan bila terdapat gejala SSP (edema otak) atau kadar Na 120 mEq/L.
  • Na > 125-135 cukup koreksi dengan NaCl 0.9%
  • Na < 125 koreksi dengan NaCl 3%

Larutan yang dapat digunakan adalah NaCl 3% atau NaCl 5%. Koreksi diberikan dalam 4 jam. Pemberian NaCl 3% dengan dosis 1 mL/kgBB diharapkan dapat meningkatkan kadar Natrium sekitar 1,6 mEq/L. Larutan ini tidak untuk diberikan pada keadaan hiponatremia yang asimptomatik. Kenaikan kadar Natrium serum idealnya tidak melebihi 1 mEq/jam.

Rumus: mEq Na = 135 – Na serum x 0.6 x kgBB

Rumus lainnya:

  • Defisit Natrium = 0.6 x kgBB x (140 – Na Serum)
  • Durasi penggantian = 2 x (140 – Na serum) [jam]

Nursing point: observasi TTV, observasi nilai lab kritis, kolaborasi pemberian natrium hipertonik, monitor jalur IV line, kecepatan pemberian, observasi area pemasangan IV line, perhatikan osmolaritas cairan.

Baca Juga: 4 Kriteria Prioritas & 11 Kriteria Fisiologis Pasien Boleh di Rawat ICU

2. Hipernatremia

Hipernatremia adalah kondisi saat kadar Natrium dalam darah > 145 mEq/L

Penyebab: dehidrasi

Gejala: rasa haus, edema, kesadaran menurun

Koreksi:

  • Koreksi dengan penambahan cairan jika penyebabnya kehilangan cairan. Bisa dengan NaCl 0.9% atau koloid
  • Bila overload bisa diberikan diuretic atau dengan saline hipotonis, elektrolit atau cairan D5%

Nursing point: pasien dengan hypernatremia kemungkinan terjadi dehidrasi dan hypokalemia, maka perlu dilakukan monitor urine output dan turgor kulit, resusitasi cairan, kemudian hitung defisit cairan. Hati-hati pada pemberian NaCl 3%, karena cairan pekat (osmolaritas meningkat) lebih baik diberikan melalui jalur vena yang besar, jika terpaksa melalui vena yang kecil, diberikan perlahan karena dapat menyebabkan sitolitik (kematian sel) sel kapiler dan sekitarnya.

3. Hipokalemia

Hipokalemia adalah kondisi saat nilai Kalium dalam darah < 3.5 mEq/L

Penyebab: intake kalium yang kurang (malnutrisi), K keluar dari gastrointestinal (diare, muntah), K keluar dari ginjal (diuretik, diabetik ketoasidosis, alkalosis)

Gejala: disorientasi, gelombang EKG 🡪 disritmia, ST depresi, gelombang T datar/terbalik, ada gel. U

Koreksi: koreksi kalium dapat menggunakan larutan KCl atau potassium chloride.

Rumus Kalium
  • Bila kadar Kalium 3.0 – 3.5, tambahkan  0.25 mEq /kg of IV KCl selama1 jam
  • Bila kadar kalium of 2.5 – 3.0, tambahkan 0.5 mEq/kg of KCl selama 2 jam
  • Bila kadar kalium 2.5, tambahkan 0.75 mEq/kg of IV KCl selama 3 jam
  • Maximum dose of 10 mEq over 1 hour 

Rumus lainnya:

Anak:

  • 0.3 mEq/kgBB jika nilaik K > 3 mEq/L atau
  • 0.5 mEq/kgBB jika nilai K < 3 mEq/L

Dewasa: nilai target K = 4

Rumus Kalium Lainnya

Nursing point: observasi TTV, monitor gambaran EKG, lakukan pemberian elektrolit pekat/KCl intravena sesuai instruksi dokter, observasi jalur IV line, kecepatan pemberian, area insersi, monitor nilai Kalium. Pemberian KCl tidak boleh dibolus langsung IV secara cepat, karena dapat menyebabkan henti jantung. Berikan menggunakan syringe pump atau diencerkan dengan NaCl 0.9% dengan kecepatan maksimal 10 mEq/jam. 

4. Hiperkalemia

Hiperkalemia adalah kelainan kalium dalam darah > 4.5 mEq/L

Penyebab: kelebihan kalium, gagal ginjal, asidosis

Gejala: mual, muntah, diare, kelemahan otot, EKG (T tall, PR interval panjang, ST depresi, QRS melebar)

Nursing point: observasi TTV, monitoring gambaran EKG, monitoring kadar GDS

Koreksi:

kebutuhan cairan dan elektrolit
Foto: kebutuhan cairan dan elektrolit (powerpoint violla-nisya/ist)

5. Hipokalsemia

Hipokalsemia adalah nilai kalsium kurang dari normal.

Koreksi:

  • Hipokalsemia ringan: Ca CO3 (Kalsium Bicarbonat tablet) 500 mg/8jam
  • Hipokalsemia berat: Ca Gluconate 1 gram IV bolus pelan larutkan dalam NaCl

Rumus:

  • Anak = koreksi dengan Ca Gluconate 0.5 cc/kgBB
  • Dewasa = ΔCa x 0.2 x BB

[BB x 0.2 x (Ca target – Ca serum)]

Nursing point: hati-hati dalam pemberian Ca Gluconate karena dapat mengakibatkan vena terbakar, harus diencerkan dan pemberiannya bolus pelan pada vena besar. Pemberian koreksi Kalium dan Kalsium dengan KCl dan Ca dapat diberikan secara bersamaan. Namun untuk pemberian koreksi Ca dan Mg tidak bisa digabungkan karena Ca dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah dan Mg dapat mengakibatkan penurunan tekanan darah.

Baca Juga: 23 Diagnosa Keperawatan (SDKI) Yang Sering Dipakai Di IGD & ICU

6. Hipomagnesemia

Hipomagnesemia adalah kadar nilai Mg < 0.3 mEq/L

Gejala: kebingungan, depresi, kram, tetani, kejang

Koreksi: pemberian magnesium sulfat 1-2 gram 🡪 drip dalam 1-4 jam

Nursing point: observasi tekanan darah

Komplikasi Kelainan Elektrolit

Berikut adalah beberapa komplikasi kelainan elektrolit beserta risikonya:

  • Hiponatremia, hipernatremia, dan hipomagnesemia dapat menyebabkan konsekuensi neurologis seperti kejang. 
  • Hipokalemia dan hiperkalemia, serta hipokalsemia, dapat menyebabkan aritmia jantung.
  • Beberapa konsekuensi dari kelainan kalium, kalsium, dan magnesium adalah kelelahan, kelesuan, dan kelemahan otot.
  • Ketidakseimbangan bikarbonat dapat menyebabkan asidosis metabolik atau alkalosis.

Referensi:

Basic Metabolic Panel. (2023, Juni 20). Retrieved from UCSF Benioff Children’s Hospitals: https://www.ucsfbenioffchildrens.org

Dewi, P. V., & Sinardja, C. D. (2017, April). Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Retrieved from E-Repository Unud: https://erepo.unud.ac.id

Normal Laboratory Values for Children. (n.d.). Retrieved from Pro Health Seminar: https://prohealthseminars.com

Violla & Nisya (2024). Pertemuan Kedua: Kebutuhan Cairan dan Elektrolit [Slide Powerpoint], Rumah Sakit Jantung Tasikmalaya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *