A. Typical Agent
1. Depakote (Valporic Acid)
a. Jenis obat: [CNS agent, Anticonvulsant, GABA Inhibitor]
b. Farmakokinetik
- Berhubungan dengan untuk meningkatkan bioavailabilitas penghabatan neurotransmiter GABA (gamma aminobutric acid)
- Menekan pelepasan neuro yang abnormal di sistem saraf pusat
c. Indikasi
- Maniak
- Antikonvulsan
- Profiklasis migraine
d. Kontraindikasi
- Hipersensitivitas terhadap valproic acid
- Trombositopenia
- Sirosis hati, pankreatitis
- Wanita hamil, ibu menyusui
e. Dosis
- PO : 250 mg 2x/hari atau Depacote ER 500 mg per hari (dewasa)
f. Efek samping
- GI : Mual, muntah, hipersaliva, anoreksia, kram abdomen, gagal ginjal, pancreatitis
- Hematologi : leukopenia, trombositopenia, anemia
- Metabolik : hiperamonia
- CNS : Efek sedasi, pusing
g. Implikasi Keperawatan
- Monitor kewaspasdaan pasien terutama yang mendapat terapi pengobatan multipel untuk mengontrol kejang
- Tes lab : hitung platelet, waktu pendarahan, serum amoniak
2. Chlorpromazine Hydrochloride (CPZ)
a. Jenis obat : [CNS agent, psikoterapetik, antipsikotik, fenotiazin]
b. Farmakokinetik
- Memblok postsinap reseptor dopamin di otak
- Turunan fenotiazin memproduksi efek kuat antipsikotik, beraksi di hipotalamus dan retikular menghhasilkan sedasi kuat, hipotensi dan menurunkan regulasi suhu
- Mempunyai efek antiemetik pada kemoreseptor trigger zone (CTZ)
c. Indikasi
- Mengontrol fase maniak pada penyakit manic-depresif
- Gangguan psikotik misalnya skizofrenia
- Mengontrol kecemasan yang berlebihan
- Penanganan masalah perilaku berat pada anak seperti gangguan penurunan perhatian (attention deficit disorder)
d. Kontraindikasi
- Hipersensitif pada turunan fenotiazin
- Depresi sumsum tulang
- Komatosa
- Anak masih berusia < 6 bulan
- Reye’s syndrome atau ensefalopati lainnya
- Wanita hamil dan menyusui
e. Dosis
- PO : 25 – 100 mg 3x/hari mungkin membutuhkan hingga 1.000 mg/hari (dewasa)
f.Efek samping
- CNS : sedasi, pusing, lemas, penurunan tidur REM, insomnia, hipotermia, reaksi ekstrapiramidal (akathisia, distonia, atau parkinson)
- GI : mulut kering, konstipasi
- Kulit : urtikaria, dermatitis kontak, fotosensitif, eksim
- Kardiovaskular : hipotensi ortostatis, palpitasi, takikardia, perubahan EKG
- Hematologi : trombositopenia purpura
g. Implikasi Keperawatan
- Monitor tekanan darah secara berkala. biasanya terjadi hipotensi, pusing dan efek sedasi pada pertama kali pengobatan
- Kaji catatan merokok, pada perokok disarankan dosisnya lebih tinggi. sarankan klien untuk berhenti merokok
- Waspada terhadap keluhan penurunan penglihatan seperti menurunnya penglihatan seperti menurunnya penglihatan di malam hari dan fotofobia. pasien biasanya lebih nyaman dengan kacamata gelap.
BACA JUGA: Resolusi 2021: Cara Perawat Merdeka Secara Finansial
3. Trifluoperazine
a. Jenis obat : [CNS agent, Psikoterapeutik agent, antipsikotik fenotiazin]
b. Farmakokinetik
- Mirip ddengan klorpromazin. lebih sedikir efek sedasi, kardiovaskular, dan efek anti psikotik. lebih menonjol efek antiemetik dan ekstrapiramidalnya dibandingkan dengan fenotiazin lain
- Efek antipsikotik berhubungan dengan memblok reseptor postsinaps dopamin di dalam otak
- Antipsikotik kuat dengan efek farmakologi lebih panjang dibandingkan chlorpomazine
c. Indikasi
- Manajemen untuk manifestasi gangguan psikotik
- Mengontrol cemas yang berlebihan
d. Kontraindikasi
- Hipersensitif terhadap fenitiazin
- Komatosa, depresi sistem saraf pusat
- Diskrasia darah, depresi sumsum tulang
- Ibu hamil dan menyusui, anak < 6 tahun
e. Dosis
- PO : 1-2 mg 2x per hari, dapat dinaikkan hingga 20 mg/ hari (dewasa)
f. Efek samping
- CNS : pusing, insomnia, efek ekstrapiramidal
- GI : konstipasi
- Kulit : fotosensitif, rash, berkeringat
- Kardiovaskular : takikardia, hipotensi
- Pernafasan : depresi refleks batuk
- Endokrin : galaktorea, ginekomastia
g. Implikasi Keperawatan
- Monitor nadi dan tekanan darah
- Efek hipotensi dan ekstrapiramidal khususnya akatisia dan distonia terjadi pada pasien dengan dosis tinggi dan lansia
4. Haloperidol (HP)
a. Jenis Obat : [CNS agent, psikoterapetik, antipsikotik, buthyrophenone]
b. Farmakokinetik
- Memiliki fungsi hampir mirip dengan turunan fenotiazin tapi lebih tinggi kejadian ekstrapiramidalnya dan relatif lebih rendah efek sedatifnya
c. Indikasi
- Menurunkan manifestasi psikotik
- Penanganan agitasi akut dan kronis
- Pengobatan jangka pendek pada anak hiperaktif dan masalah perilaku yang berat
d. Kontraindikasi
- Penyakit parkinson, parkinsonism
- Gangguan kejang, koma, alcoholism
- Depresi mental yang berat
- Ibu menyusi dan anak < 3 tahun
e. Dosis
- PO : 0,2 – 5 mg 2-3x per hari (dewasa)
- PO : 0,5 mg/hari dibagi ke dalam 2-3 dosis
f. Efek samping
- CNS : parkinsonism, reaksi ekstrapiramidal (akatisia, distonia), insomnia, depresi mental, pusing, sakit kepala, tremor, hipertermia
- GI : mulut kering, konstipasi, anoreksi, diare, hipersaliva
- Kulit : diaforesis, amkulopapular, fotosensitif
- Kardiovaskular : Takikardia, hipotensi, hipertensi (overdosis)
- Hematologi : mild transient leucopenia
g. Implikasi Keperawatan
- Monitor efek terapeutik
- Monitor reaksi ekstrapiramidal yang terjadi pada beberapa hari pertama
- Waspada terhadap perubahan perilaku
- Observasi pasien dengan perubahan mood yang cepat ke arah depresi ketika haloperidol digunakan untuk mengontrol gangguan maniak
5. Trihexyphenidyl (THP)
a. Jenis Obat : [CNS agent, antikolinergik (parasimpatolitik), antiparkinson, antispasmodik, antimuskarinik]
b. Farmakokinetik
- Memblok kelebihan asetilkolin (Ach) pada bagian sinap otak
- Merileksasikan otot halus dengan efek langsung mirip aksi atropin pada sistem saraf parasimpatik
- Antikolinergik menurunkan tremor pada parkinson
c. Indikasi
- Pengobatan simtomatik pada semua bentuk parkinson (arteriosklerotik, idiopatik, postensepalitik)
- Mengontrol / mencegah efek ekstrapiramidal
d. Kontraindikasi
- Glaukoma
- Aman pada ibu hamil, menyusui
e. Dosis
- PO : 1 mg hari ke-1,2 mg hari ke-2, selanjutnya 2 mg pada hari ke-3-5. sampai 6-10 mg/hri dibagi ke dalam 3 dosis (maksimal 15 mg/hari) (dewasa)
f. Efek samping
- CNS: Pusing, insomnia, binging, agitasi, delirium, euforia.
- GI: Mulut kering, mual, konstipasi.
- Kardiovaskular: Takikardia, palpitasi, hipotensi, hipotensi ortostatik
g. Implikasi keperawatan
- Pantau tanda-tanda vital, laporkan takikardia, atau penurunan tekanan darah
- Kaji stimulasi sistem saraf pusat pada pasien dengan diosis tinggi, arterosklerosis
- Cek distensi abdomen jika terdapat masalah konstipasi
BACA JUGA: Ini Alasan Mengapa Obat Jenis Antibiotik Harus Dilakukan Skin Test
B. Atypical Agent
6. Clozapine
a. Jenis Obat: [Atipikal antipsikotik, CNS agent, psikoterapeutik agent]
b. Farmakokinetik
- Mengganggu ikatan dopamin dengan reseptor D1 dan D2 di area limbik.
- Berikatan dengan bagian nondopaminergic (alfa adrenergik, serotonergik, dsn reseptor kolinergik).
c. Indikasi
- Pengobatan skizofrenia yang tidak terkontrol oleh agen lain.
- Skizofrenia berat yang gagal dengan agent neuroleptik lain
d. Kontraindikasi
- Depresi berat sistem saraf pusat
- Diskaria darah (kondisi umum yang tidak biasa dikarenakan terdapat tiksin didalam darah)
- Kemoterapi, koma, leukemia, miokarditis, gagal ginjal, dialysis, hepatitis, ibu menyusui dan bayi
e. Dosis
- PO: 25-50 mg per hari (dewasa)
f. Efek samping
- CNS: kejang, sedasi, reaksi distonia (gangguan tonus otot)
- GI: mulut kering, mual, hipersalivasi, konstipasi
- Kardiovaskuler: takikardia, hipotensi ortostatik, perubahan EKG, peningkatan resiko miokarditis terutama pada bulan pertama terapi, gagal jantung
- Metabolik: hiperglikemia, diabetes melitus
- Urogenital: retensi urine
g. Implikasi Keperawatan
- Monitor aktivitas kejang, berpotensi pada dosis yang tinggi
- Monitor kadar gula darah
- Cek lab: sel darah putih dan hitung neutrofil
- Monitor suhu tubuh dan laporkan demam
7. Risperidone
a. Jenis Obat: Atipikal antipsikotik, CNS agent, antipsikotik
b. Farmakokinetik
- Mengganggu ikatan dopamin dengan D2-interlimbik di otak, reseptor serotonin, dan reseptor alfa adrenegik di korteks oksipital
- Efektif mengontrol gejala skizofrenia
c. Indikasi
- Pengobatan skizofrenia dan penyakit yang berhubungan dengan psikosis
- Gangguan bipolar
d. Kontraindikasi
- Hipersensitif terhadap risperidone
- Lansia dengan demensia yang berhubungan dengan psikosis
- Reye’s syndrome, tumor otak, depresi sistem saraf pusat berat, trauma kepala
- Tardive diskenesia
- Ibu hamil dan menyusui dan anak <15 tahun
e. Dosis
- PO: 1-6 mg 2x/hari, dimulai dengan 1 mg 2x/hari sampai 3 mg 2x/hari (dewasa)
f. Efek samping
- CNS: sedasi, pusing, insomnia, agitasi, cemas, meningkatnya aktivitas mimpi, ekstrapiramidal
- GI: mulut kering, mual, muntah, konstipasi, nyeri abdomen, peningkatan nilai lab hati
- Kardiovaskuler: takikardia, interval QTc memanjang
- Metabolik: hiperglikemia, diabetes melitus
- Urogenital: retensi urine, menorgia
- Kulit: fotosensitif
- Respirasi: batuk, sesak, rinitis
g. Implikasi Keperawatan
- Monitor kadar gula darah
- Monitor status neurologis pada lansia
- Monitor status kardiovaskular
- Kaji tingkat kognitif dan gangguan motor []
BACA JUGA: Berbagai Tugas yang Sering dijumpai Saat Praktik Klinik Mahasiswa Keperawatan di Rumah Sakit
Referensi:
Aris N. Ramdhani, DKK. 2018. Buku Saku Praktik Klinik Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
(DOK/DN)