banner 728x250

Farmakologi Keperawatan I : Antipsychotic agent

Pixabay.com

A. Typical Agent

1. Depakote (Valporic Acid)

a. Jenis obat: [CNS agent, Anticonvulsant, GABA Inhibitor]
b. Farmakokinetik

  • Berhubungan dengan untuk meningkatkan bioavailabilitas penghabatan neurotransmiter GABA (gamma aminobutric acid)
  • Menekan pelepasan neuro yang abnormal di sistem saraf pusat

c. Indikasi

  • Maniak
  • Antikonvulsan
  • Profiklasis migraine

d. Kontraindikasi

  • Hipersensitivitas terhadap valproic acid
  • Trombositopenia
  • Sirosis hati, pankreatitis
  • Wanita hamil, ibu menyusui

e. Dosis

  • PO : 250 mg 2x/hari atau Depacote ER 500 mg per hari (dewasa)

f. Efek samping

  • GI : Mual, muntah, hipersaliva, anoreksia, kram abdomen, gagal ginjal, pancreatitis
  • Hematologi : leukopenia, trombositopenia, anemia
  • Metabolik : hiperamonia
  • CNS : Efek sedasi, pusing

g. Implikasi Keperawatan

  • Monitor kewaspasdaan pasien terutama yang mendapat terapi pengobatan multipel untuk mengontrol kejang
  • Tes lab : hitung platelet, waktu pendarahan, serum amoniak

2. Chlorpromazine Hydrochloride (CPZ)

a. Jenis obat : [CNS agent, psikoterapetik, antipsikotik, fenotiazin]

b. Farmakokinetik

  • Memblok postsinap reseptor dopamin di otak
  • Turunan fenotiazin memproduksi efek kuat antipsikotik, beraksi di hipotalamus dan retikular menghhasilkan sedasi kuat, hipotensi dan menurunkan regulasi suhu
  • Mempunyai efek antiemetik pada kemoreseptor trigger zone (CTZ)

c. Indikasi

  • Mengontrol fase maniak pada penyakit manic-depresif
  • Gangguan psikotik misalnya skizofrenia
  • Mengontrol kecemasan yang berlebihan
  • Penanganan masalah perilaku berat pada anak seperti gangguan penurunan perhatian (attention deficit disorder)

d. Kontraindikasi

  • Hipersensitif pada turunan fenotiazin
  • Depresi sumsum tulang
  • Komatosa
  • Anak masih berusia < 6 bulan
  • Reye’s syndrome atau ensefalopati lainnya
  • Wanita hamil dan menyusui

e. Dosis

  • PO : 25 – 100 mg 3x/hari mungkin membutuhkan hingga 1.000 mg/hari (dewasa)

f.Efek samping

  • CNS : sedasi, pusing, lemas, penurunan tidur REM, insomnia, hipotermia, reaksi ekstrapiramidal (akathisia, distonia, atau parkinson)
  • GI : mulut kering, konstipasi
  • Kulit : urtikaria, dermatitis kontak, fotosensitif, eksim
  • Kardiovaskular : hipotensi ortostatis, palpitasi, takikardia, perubahan EKG
  • Hematologi : trombositopenia purpura

g. Implikasi Keperawatan

  • Monitor tekanan darah secara berkala. biasanya terjadi hipotensi, pusing dan efek sedasi pada pertama kali pengobatan
  • Kaji catatan merokok, pada perokok disarankan dosisnya lebih tinggi. sarankan klien untuk berhenti merokok
  • Waspada terhadap keluhan penurunan penglihatan seperti menurunnya penglihatan seperti menurunnya penglihatan di malam hari dan fotofobia. pasien biasanya lebih nyaman dengan kacamata gelap.

BACA JUGA: Resolusi 2021: Cara Perawat Merdeka Secara Finansial

3. Trifluoperazine

a. Jenis obat : [CNS agent, Psikoterapeutik agent, antipsikotik fenotiazin]

b. Farmakokinetik

  • Mirip ddengan klorpromazin. lebih sedikir efek sedasi, kardiovaskular, dan efek anti psikotik. lebih menonjol efek antiemetik dan ekstrapiramidalnya dibandingkan dengan fenotiazin lain
  • Efek antipsikotik berhubungan dengan memblok reseptor postsinaps dopamin di dalam otak
  • Antipsikotik kuat dengan efek farmakologi lebih panjang dibandingkan chlorpomazine

c. Indikasi

  • Manajemen untuk manifestasi gangguan psikotik
  • Mengontrol cemas yang berlebihan

d. Kontraindikasi

  • Hipersensitif terhadap fenitiazin
  • Komatosa, depresi sistem saraf pusat
  • Diskrasia darah, depresi sumsum tulang
  • Ibu hamil dan menyusui, anak < 6 tahun

e. Dosis

  • PO : 1-2 mg 2x per hari, dapat dinaikkan hingga 20 mg/ hari (dewasa)

f. Efek samping

  • CNS : pusing, insomnia, efek ekstrapiramidal
  • GI : konstipasi
  • Kulit : fotosensitif, rash, berkeringat
  • Kardiovaskular : takikardia, hipotensi
  • Pernafasan : depresi refleks batuk
  • Endokrin : galaktorea, ginekomastia

g. Implikasi Keperawatan

  • Monitor nadi dan tekanan darah
  • Efek hipotensi dan ekstrapiramidal khususnya akatisia dan distonia terjadi pada pasien dengan dosis tinggi dan lansia

4. Haloperidol (HP)

a. Jenis Obat : [CNS agent, psikoterapetik, antipsikotik, buthyrophenone]

b. Farmakokinetik

  • Memiliki fungsi hampir mirip dengan turunan fenotiazin tapi lebih tinggi kejadian ekstrapiramidalnya dan relatif lebih rendah efek sedatifnya

c. Indikasi

  • Menurunkan manifestasi psikotik
  • Penanganan agitasi akut dan kronis
  • Pengobatan jangka pendek pada anak hiperaktif dan masalah perilaku yang berat

d. Kontraindikasi

  • Penyakit parkinson, parkinsonism
  • Gangguan kejang, koma, alcoholism
  • Depresi mental yang berat
  • Ibu menyusi dan anak < 3 tahun

e. Dosis

  • PO : 0,2 – 5 mg 2-3x per hari (dewasa)
  • PO : 0,5 mg/hari dibagi ke dalam 2-3 dosis

f. Efek samping

  • CNS : parkinsonism, reaksi ekstrapiramidal (akatisia, distonia), insomnia, depresi mental, pusing, sakit kepala, tremor, hipertermia
  • GI : mulut kering, konstipasi, anoreksi, diare, hipersaliva
  • Kulit : diaforesis, amkulopapular, fotosensitif
  • Kardiovaskular : Takikardia, hipotensi, hipertensi (overdosis)
  • Hematologi : mild transient leucopenia

g. Implikasi Keperawatan

  • Monitor efek terapeutik
  • Monitor reaksi ekstrapiramidal yang terjadi pada beberapa hari pertama
  • Waspada terhadap perubahan perilaku
  • Observasi pasien dengan perubahan mood yang cepat ke arah depresi ketika haloperidol digunakan untuk mengontrol gangguan maniak

5. Trihexyphenidyl (THP)

a. Jenis Obat : [CNS agent, antikolinergik (parasimpatolitik), antiparkinson, antispasmodik, antimuskarinik]

b. Farmakokinetik

  • Memblok kelebihan asetilkolin (Ach) pada bagian sinap otak
  • Merileksasikan otot halus dengan efek langsung mirip aksi atropin pada sistem saraf parasimpatik
  • Antikolinergik menurunkan tremor pada parkinson

c. Indikasi

  • Pengobatan simtomatik pada semua bentuk parkinson (arteriosklerotik, idiopatik, postensepalitik)
  • Mengontrol / mencegah efek ekstrapiramidal

d. Kontraindikasi

  • Glaukoma
  • Aman pada ibu hamil, menyusui

e. Dosis

  • PO : 1 mg hari ke-1,2 mg hari ke-2, selanjutnya 2 mg pada hari ke-3-5. sampai 6-10 mg/hri dibagi ke dalam 3 dosis (maksimal 15 mg/hari) (dewasa)

f. Efek samping

  • CNS: Pusing, insomnia, binging, agitasi, delirium, euforia.
  • GI: Mulut kering, mual, konstipasi.
  • Kardiovaskular: Takikardia, palpitasi, hipotensi, hipotensi ortostatik

g. Implikasi keperawatan

  • Pantau tanda-tanda vital, laporkan takikardia, atau penurunan tekanan darah
  • Kaji stimulasi sistem saraf pusat pada pasien dengan diosis tinggi, arterosklerosis
  • Cek distensi abdomen jika terdapat masalah konstipasi

BACA JUGA: Ini Alasan Mengapa Obat Jenis Antibiotik Harus Dilakukan Skin Test

B. Atypical Agent

6. Clozapine

a. Jenis Obat: [Atipikal antipsikotik, CNS agent, psikoterapeutik agent]

b. Farmakokinetik

  • Mengganggu ikatan dopamin dengan reseptor D1 dan D2 di area limbik.
  • Berikatan dengan bagian nondopaminergic (alfa adrenergik, serotonergik, dsn reseptor kolinergik).

c. Indikasi

  • Pengobatan skizofrenia yang tidak terkontrol oleh agen lain.
  • Skizofrenia berat yang gagal dengan agent neuroleptik lain

d. Kontraindikasi

  • Depresi berat sistem saraf pusat
  • Diskaria darah (kondisi umum yang tidak biasa dikarenakan terdapat tiksin didalam darah)
  • Kemoterapi, koma, leukemia, miokarditis, gagal ginjal, dialysis, hepatitis, ibu menyusui dan bayi

e. Dosis

  • PO: 25-50 mg per hari (dewasa)

f. Efek samping

  • CNS: kejang, sedasi, reaksi distonia (gangguan tonus otot)
  • GI: mulut kering, mual, hipersalivasi, konstipasi
  • Kardiovaskuler: takikardia, hipotensi ortostatik, perubahan EKG, peningkatan resiko miokarditis terutama pada bulan pertama terapi, gagal jantung
  • Metabolik: hiperglikemia, diabetes melitus
  • Urogenital: retensi urine

g. Implikasi Keperawatan

  • Monitor aktivitas kejang, berpotensi pada dosis yang tinggi
  • Monitor kadar gula darah
  • Cek lab: sel darah putih dan hitung neutrofil
  • Monitor suhu tubuh dan laporkan demam

7. Risperidone

a. Jenis Obat: Atipikal antipsikotik, CNS agent, antipsikotik

b. Farmakokinetik

  • Mengganggu ikatan dopamin dengan D2-interlimbik di otak, reseptor serotonin, dan reseptor alfa adrenegik di korteks oksipital
  • Efektif mengontrol gejala skizofrenia

c. Indikasi

  • Pengobatan skizofrenia dan penyakit yang berhubungan dengan psikosis
  • Gangguan bipolar

d. Kontraindikasi

  • Hipersensitif terhadap risperidone
  • Lansia dengan demensia yang berhubungan dengan psikosis
  • Reye’s syndrome, tumor otak, depresi sistem saraf pusat berat, trauma kepala
  • Tardive diskenesia
  • Ibu hamil dan menyusui dan anak <15 tahun

e. Dosis

  • PO: 1-6 mg 2x/hari, dimulai dengan 1 mg 2x/hari sampai 3 mg 2x/hari (dewasa)

f. Efek samping

  • CNS: sedasi, pusing, insomnia, agitasi, cemas, meningkatnya aktivitas mimpi, ekstrapiramidal
  • GI: mulut kering, mual, muntah, konstipasi, nyeri abdomen, peningkatan nilai lab hati
  • Kardiovaskuler: takikardia, interval QTc memanjang
  • Metabolik: hiperglikemia, diabetes melitus
  • Urogenital: retensi urine, menorgia
  • Kulit: fotosensitif
  • Respirasi: batuk, sesak, rinitis

g. Implikasi Keperawatan

  • Monitor kadar gula darah
  • Monitor status neurologis pada lansia
  • Monitor status kardiovaskular
  • Kaji tingkat kognitif dan gangguan motor []

BACA JUGA: Berbagai Tugas yang Sering dijumpai Saat Praktik Klinik Mahasiswa Keperawatan di Rumah Sakit

Referensi:

Aris N. Ramdhani, DKK. 2018. Buku Saku Praktik Klinik Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

(DOK/DN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *