banner 728x250

Manajemen T.I.M.E Dalam Perawatan Luka

Foto : Ilustrasi Perawatan Luka/ Dok. Freepik.com

Mediaperawat.id – Prof. Dr. Vincent Falanga pada tahun 2003 mengembangkan satu metode untuk manajemen luka kronik. Metode ini dikenal dengan metode T.I.M.E., yaitu dengan memperhatikan Tissue, non-viable or devicient (jaringan mati pada dasar luka), Infection or inflammation (infeksi atau inflamasi), Moisture imbalance (kelembaban yang tidak seimbang) dan Edge of wound non-advancing or undermining (tepi luka yang tidak maju atau ada goa). Pada tahun 2004 terjadi evolusi dari istilah T.I.M.E. oleh EWMA (European Wound Management Association) dalam sebuah diskusi ilmiah untuk menentukan persiapan dasar luka secara aplikasi menjadi:

T : Tissue management (manajemen jaringan)
I : Inflammation and infection control (control inflamasi dan infeksi)
M : Moisture balance (kelembaban yang seimbang)
E : Ephitelial (Edge) Advancement (Kemajuan Epitel/tepi luka)

Tissue Management

Tujuan :

  1. Mengangkat jaringan mati (autolysis debridemang/ CSWD)
  2. Membersihkan dari benda asing
  3. Persiapan dasar luka kuning/hitam menjadi merah

Manajemen jaringan tindakan utamanya adalah dengan melakukan debridemang, dimulai dari mengkaji dasar luka sehingga dapat dipilih jenis debridemang yang akan dilakukan. Debridemang adalah kegiatan mengangkat atau menghilangkan jaringan mati (devaskularisasi), jaringan terinfeksi dan benda asing dari dasar luka sehingga dapat ditemukan dasar luka dengan vaskularisasi baik. Untuk mendapatkan dasar luka yang baik (tidak ada jaringan mati dan benda asing) diperlukan tindakan debridemang secara berkelanjutan. Kaji luka, lingkungan dan faktor sistemik pasien sebelum melakukan debridemang, tentukan pencapaian hasil dan pilih jenis debridemang yang cocok untuk pasien tersebut.

Ada berbagai macam cara melakukan debridemang, diantaranya dengan metode chemical, mechanical, autolysis, Conservative Sharp Wound (CSWD) dan Surgical Debridement.

Baca Juga : Menelisik Modern Wound Care (Perawatan Luka Modern)

Infection/ Inflamation Control

Tujuan manajemen :

  1. Mengontrol inflamasi
  2. Mengurangi jumlah perkembangbiakan kuman
  3. Mencegah infeksi
  4. Mengatasi infeksi

Semua luka kronis adalah luka yang terkontaminasi tapi tidak selalu ada infeksi (Smith, 1983). Infeksi adalah pertumbuhan organisme pada luka yang berlebihan dan ditandai dengan terjadi reaksi jaringan lokal maupun sistemik. Sebelum terjadi infeksi ada proses perkembangbiakan kuman mulai dari kontaminasi, kolonisasi, kritikal kolonisasi lalu infeksi (Schultz et al.,2003).

Luka dikatakan infeksi jika ada tanda inflamasi/ infeksi, eksudat purulen/nanah, bertambah banyak dan sangat berbau, luka meluas/breakdown, serta melalui pemeriksaan penunjang diagnostik seperti: leukosit & makrofag meningkat, kultur eksudat: bakteri > 10%/gr jaringan.

Lakukan pencucian dengan baik, gunakan cairan antiseptik yang sedikit korosif pada luka kontaminasi kotor dan luka infeksi. Contoh jenis cairan antiseptik:

  1. Iodine cair
  2. Alkohol 70%
  3. Feraclilum 1%
  4. Clorhexidine
  5. Chlorine 1%
  6. Rebusan daun jambu dan daun sirih (astringent herbal)

Gunakan cairan fisiologis (Aquabides, NaCl 0,9%, RL, dll) pada luka bersih. Berikan balutan antimicrobial sesuai jenis balutan yang dapat mengatasi I (Infeksi) pada metode WEI pada BAB selanjutnya. Anjuran pada luka infeksi lakukan ganti balutan minimal 1-2 hari sekali.

Moisture Balance

Tujuan :

  1. Mempertahankan kelembaban yang seimbang
  2. Melindungi luka dari trauma saat mengganti balutan
  3. Melindungi kulit sekitar luka
  4. Menyerap/menampung cairan luka (exydates)

Kelembaban pada kulit menjadi kebutuhan dasar, ketika kulit mengalami kerusakan, secara otomatis juga masih membutuhkan suasana lembab lebih besar dibandingkan sebelumnya. Falanga tahun (2004) mengemukakan bahwa cairan yang berlebih pada luka kronik dapat menyebabkan terganggunya kegiatan sel mediator seperti Growth factor pada jaringan. Banyaknya cairan luka (eksudat) pada luka kronik dapat menimbulkan maserasi dan perlukaan baru pada daerah sekitar luka, sehingga konsep kelembaban yang dikembangkan adalah keseimbangan kelembaban dalam luka. Dalam memilih balutan yang sesuai dapat menggunakan balutan yang dapat mengatasi E (Eksudat) pada manajemen WEI BAB selanjutnya.

Baca Juga : Rahasia, Tips & Trik Sukses Menjadi Interpreneur Perawat Luka

Ephitelial (Edge) Advancement

Tujuan :

  1. Mendukung proses epitelisasi
  2. Mempercepat penutupan luka
  3. Menjaga kelembaban yang seimbang

Proses penutupan luka dimulai yang dimulai dari tepi luka disebut dengan proses epitelisasi. Proses penutupan luka terjadi pada fase proliferasi penyembuhan luka. Epitel (tepi luka) sangat penting untuk diperhatikan sehingga proses epitelisasi dapat berlangsung secara efektif. Berikut adalah tanda-tanda dari epitel yang baik, diantaranya: halus, tipis, menyatu dengan dasar luka, bersih dan lunak. Jika T – I dan M teratasi makan Epitelisasi akan berjalan dengan baik. Balutan yang mendukung proses epitelisasi adalah
balutan yang sesuai dengan W- E-dan I.

Sumber :

Puspita Arisanty, Irma. (2013). Panduan Praktis Pemilihan Balutan Luka Kronik Edisi 2. Jakarta: Mitra Wacana Media

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *