Mediaperawat – Tidak banyak yang tahu, Profesi Perawat adalah salah satu profesi yang penuh perjuangan meski tidak bisa menghasilkan banyak uang.
Meskipun profesi yang berhubungan dengan medis, termasuk Perawat ini, selalu dieluh-eluhkan banyak kalangan masyarakat menjadi salah satu profesi yang bisa mendapatkan gaji yang layak atau keuangan yang berkecukupan, dengan bukti banyak sekali masyarakat yang menyekolahkan anak-anaknya di bidang kesehatan meski harus menguras finansial hingga menggelontorkan dana simpanan, semisal menjual aset tanah dan lain sebagainya. Tapi apa yang didapat? Kebanyakan bertolak-belakang, karena Profesi Perawat, adalah soal pengabdian, bukan gaji, kami pun menelusuri beberapa fakta terkait hal ini melalui cerita berikut!
Cerita ini bermula dari sosok anggun nan tinggi, dengan berkerudung putih khas Perawat. Ia seorang wanita bernama Nur Laila Neng Safitri asal Gresik, sosok pekerja medis ini ternyata telah bekerja sebagai Perawat dengan sangat menguras hatinya saat menjalani, meskipun ia akui ia nyaman saat menjalankan.
Ia terkadang membuka homecare untuk pasiennya, sebagai sambilan, karena dukungan suami yang juga berprofesi sama, sebagai seorang Perawat.
Artikel ini akan memberikan kisah mengenai kehidupan seorang wanita yang menjalani kegiatan sehari-sehari dengan profesi Perawat lengkap dengan latar belakang pendidikan dan juga kisah yang berkesan bagi dirinya. Jadi baca sampai akhir ya, semoga ada banyak pelajaran yang bisa diambil.
Latar Belakang Pendidikan
Seseorang yang biasa mendapat sapaan Pipit ini, ternyata mengenyam pendidikan di Akademi Keperawatan Pemkab Gresik dari tahun 2013-2016.
Ia juga pernah bekerja di PMI, “dulu habis lulus aku sempet 5th kerja di PMI bagian pengambilan darah, trus sempet di RS Muhammadiyah Gresik 4 bulan di ICU, trus 2021 akhir baru pindah ke klinik Aestetica.” Ujarnya.
Baca Juga : 5 Cara Menjadi Nursepreneur Sukses Tanpa Meninggalkan Profesi Perawat
Pengalaman menjadi seorang Perawat, memang menjadi bukti ia sudah punya jam terbang tinggi atau tidak. Tapi untuk mendapatkan pekerjaan yang lumayan bagus dan diiringi dengan penghasilan yang memuaskan, pengalaman yang banyak belum tentu bisa memperkuat keuangannya.
Namun bagi Pipit, tentang keuangan bukanlah nomor satu, Profesi Perawat, adalah pengabdian yang tidak ada ujung. Ia pernah merasakan pilu saat menjadi perawat, di mana ia harus kehilangan orang tuanya yang sudah membesarkannya.
Pengalaman yang Paling Menguras Hati
Bagaimana tidak menguras hatinya? Ia punya pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan seumur hidupnya, meskipun semua perawat dan tenaga medis lainnya juga akan merasakan hal yang sama.
Di saat pandemi Covid-19, semua tenaga medis bekerja sangat keras agar semua masyarakat di Indonesia, bahkan dunia, bisa selamat dari badai kematian.
Di saat ia berjuang untuk semua orang, ia harus kehilangan sosok Ayah tercinta, hal ini diutarakan saat sesi wawancara berlangsung.
Ia rela mondar-mandir merawat orang lain, dan membuat dirinya jatuh sakit, karena juga terkena dampak Virus Covid-19, ia pun dirawat dan dalam posisi bersamaan, ayahnya juga dirawat.
“Ayahku meninggal karena Covid-19.” Ucapnya dengan nada yang lirih.
Perasaan sedih yang mendalam, sangat ia rasakan, ditambah lagi, saat meninggal, ia juga dalam kondisi sakit.
“Ya Allah mbak ayahku meninggal 2021 mbak bulan Juli. Pas ayahku meninggal PCR ku keluar dan aku juga dinyatakan positif. Aku gak ikut ngerawat ayah mbak karna aku juga sementara di isolasi.”
Tidak hanya masyarakat yang tidak berprofesi sebagai tenaga medis, yang bertarung melawan Virus Corona, akan tetapi tenaga medis, dalam hal ini Perawat pun juga hidup sebagai manusia yang notabene bisa sakit.
Betapa pedihnya sosok Perawat yang kesehariannya akan bertemu dengan pasien, baik di Rumah Sakit, Klinic dan lainnya, semua mengenakan masker dengan keluhan yang hampir sama, batuk, pilek, lalu dinyatakan Covid.
Ia tidak memerdulikan kesehatannya demi pasien, bahkan taruhnnya adalah keluarga yang juga bisa terkena virus Covid dari pasien yang ditangani.
Namun, jika kita putar kembali memori ingatan itu, bahwa ada beberapa hal yang tidak bisa dikendalikan manusia, baik kelahiran, jodoh, atau bahkan kematian, karena merupakan takdir dari Tuhan.
Ia pun lebih memilih mengalah dengan takdir, dan mengatakan bahwa.
“Mungkin sudah waktunya ia dipangggil, dan usianya sudah berakhir.”
Dengan memiliki pemikiran demikian, sedikit membuat hatinya longgar dan berusaha untuk ikhlas dalam menjalani takdir. Profesi Perawat pun tetap istiqomah ia jalani, hingga sekarang.
Baca Juga : Kisah inspiratif Perawat Probolinggo yang Kini Sukses Menjadi Owner Klinik Kecantikan
Sebagai seorang Perawat, ia juga punya harapan yang sama dengan tenaga medis lainnya. Bahwa, meskipun Perawat adalah profesi yang mengutamakan pengabdian dalam praktik saat menjalankan tugas, ia ingin profesi ini juga mendapatkan apresiasi dari Pemerintah dan yang berwewenang mengenai kelayakan hidup.
“Harapannya apa ya, simpel banget sih, apresiasi Perawat dan tenaga medis mendapatkan keuangan yang layak, karena masih banyak yang gajinya minim bahkan terkadang untuk makan cukup sebulan saja syukur banget, tapi kita yang menjalani disyukuri saja mungkin rezekinya datang dari hal lain.”
Nah itu dia ulasan kisah salah satu Perawat asal Gresik, yang tentunya punya pesan dan kesan yang mendalam mengenai dunia Perawat, semoga hikmah yang terkandung di dalam kisah ini bisa dipetik oleh orang yang membacanya, bahwa menjalani dunia Perawat tidaklah mudah, harus menjalani dengan ikhlas dan lapang dada ketika menjumpai fase kehidupan keperawatan yang menguras hati dan jiwa.
Soal gaji, semoga saja pemerintah memberikan aturan gaji tetap agar kehidupan dunia medis menjadi lebih layak. Semoga bermanfaat ya, sampai jumpa pada artikel berikutnya!.(NC/Nurcha)