Apa Itu Motorik Kasar dan Motorik Halus?

Photo://Pixabay.com

Menurut Nevvy H (2013) motorik halus adalah bagian dari aktivitas motorik yang melibatkan gerak otot-otot kecil (seperti pada wajah, pergelangan tangan, atau jari-jari tangan dan kaki), seperti mengambil benda kecil dengan ibu jari dan telunjuk, menggambar dan menulis. Menurut Marmi dan Rahardjo (2018), motorik halus misalnya kemampuan  memindahkan benda dari  tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal. Kemajuan perkembangan motorik halus, khususnya ekstremitas atas, berlangsung ke arah proksimodistal, dimulai dari bahu menuju ke arah distal sampai jari.  Menurut Soetjiningsih (2016) kemampuan motorik halus dipengaruhi oleh matangnya fungsi motorik, dan koordinasi neuromuscular yang baik, fungsi visual yang akurat, dan kemampuan intelektual non verbal (Karimah, 2021).

Baca juga : Bintik-Bintik Merah pada Anak? Ini Dia Utikaria dan Penyebabnya!

Motorik kasar adalah bagian dari aktivitas motorik yang mencakup keterampilan otot-otot besar (seperti pada tangan, kaki, atau seluruh tubuh), misalnya merangkak, tengkurap, mengangkat leher dan duduk (Sujarwo & Widi, 2015). Motorik kasar dipengaruhi oleh usia, berat badan dan perkembangan anak secara fisik. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, atau naik turun tangga. Hal ini beriringan dengan proses kematangan fisik anak dan hasil dari banyak faktor, yaitu perkembangan sistem saraf, kemampuan fisik yang memungkinkannya untuk bergerak, dan lingkungan yang mendukung perkembangan kemampuan motorik. Misalnya, anak akan mulai berjalan jika sistem sarafnya sudah matang, proporsi kakinya cukup kuat untuk menopang tubuhnya, dan anak sendiri ingin berjalan untuk mengambil mainannya.

Baca juga : Definisi dan Fungsi Bermain Pada Anak

Tahapan belajar motorik kasar secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut (Salsabila, 2022):

  1. Tahap Kognitif. 

Pada tahap ini anak membutuhkan informasi tentang cara melakukan suatu gerakan melalui contoh nyata. Tugas guru atau pelatihlah yang sangat berperan penting dalam hal ini. Pada tahap ini anak sering mengalami kesalahan, gerakannya masih kaku, dan kurang terkoordinasi.

  1. Tahap Asosiatif.

Pada tahap ini  anak sudah mulai bisa menyesuaikan diri dengan gerakan yang telah dipelajarinya. Gerakan yang dihasilkan oleh anak juga sudah mulai konsisten sehingga kesalahan dalam setiap gerakan mulai berkurang.

  1. Tahap otomatis. 

Sesudah melewati proses  latihan, anak lalu masuk pada tahap otomatis. Gerakan yang dilakukannya sudah tidak terganggu oleh kegiatan lainya yang terjadi secara simultan sehingga tingkat kesalahan dalam melakukan gerakan semakin berkurang.

Perkembangan yang lambat pada anak dapat juga disebabkan oleh salah satu penyebab gangguan perkembangan motorik, yaitu kelainan tonus otot atau penyakit neuromuskular. Namun, tidak selamanya gangguan perkembangan motorik selalu didasari adanya penyakit tersebut. Faktor lingkungan serta kepribadian anak juga dapat mempengaruhi keterlambatan dalam perkembangan motorik. Anak yang tidak mempunyai kesempatan untuk belajar seperti sering digendong atau diletakkan di baby walker dapat mengalami keterlambatan dalam mencapai kemampuan motoriknya (Chamidah, 2009).

Besar kemungkinan bahwa faktor gizi, pola pengasuhan anak dan lingkungan ikut berperan. Penjabaran tersebut menghasilkan suatu kesimpulan bahwa pemberian stimulasi untuk mengembangkan kemampuan motorik merupakan hal yang penting (Krisdiyanto, 2013) (Fitriyanti & Rosidah, 2017). Hasil penelitian didapatkan bahwa ada pengaruh lama interaksi dan stimulasi pada anak terhadap perkembangan motorik anak usia prasekolah (Yanti & Fridalni, 2020).

Daftar Referensi :

Fitriyanti, L., & Rosidah, N. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kemampuan Motorik Halus Bermain Puzzle Pada Anak Prasekolah Di Rsud Pasar Rebo Jakarta Timur Tahun 2016. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 9(1), 39–46. Retrieved from http://lp3m.thamrin.ac.id/upload/jurnal/JURNAL-1519703969.pdf

Sujarwo, & Widi, C. P. (2015). Kemampuan Motorik Kasar dan Halus Anak Usia 4-6 Tahun. Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia, 11(2), 96–100. Retrieved from https://journal.uny.ac.id/index.php/jpji/article/view/8185/6856

Yanti, E., & Fridalni, N. (2020). Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Anak Usia Prasekolah. Tinjauan Sosial, Etika Dan Hukum Surrogate Mother Di Indonesia, 7(2), 108–113. Retrieved from http://www.jurnal.syedzasaintika.ac.id/index.php/medika/article/view/761

SAUSAN SALSABILA. (2022).PENGARUH PERMAINAN KOLASE PADA PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK PRASEKOLAH().Magelang:DIV Kebidanan Magelang.

RAIS ZAHROH KARIMAH. (2021).EFEKTIVITAS PERMAINAN KOLASE DAN PUZZEL TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK PRASEKOLAH().Magelang:DIV Kebidanan Magelang.

Motorik Kasar vs Motorik Halus. Diakses dari https://www.parenting.co.id/balita/motorik+kasar+vs+motorik+halus 

Exit mobile version