Mediaperawat.id – Pernahkah Ners mengangkat diagnosa ini di ruangan? Sebenarnya, fenomena ini bisa saja dijumpai pada klien yang mengalami masalah jantung. Namun, lazimnya kita mengangkat diagnosa “intoleransi aktivitas”. Nah, kapan kita mengangkat masalah keperawatan “keletihan” kalau begitu?
Keletihan dapat didefinisikan sebagai penurunan kemampuan dan kapasitas kerja tubuh individu, baik secara fisik dan mental yang tidak pulih dengan istirahat sekalipun. Tentu saja, penulis belum menemukan ada batasan jelas dengan masalah keperawatan intoleransi aktivitas, dimana definisinya adalah ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Namun, secara keilmuan, penulis dapat melihat temuan klinis yang lebih ditonjolkan pada masalah intoleransi aktivitas, seperti status pernapasan maupun demand of blood pressure yang signifikan. Untuk membantu Ners dalam memahaminya lebih lanjut, mari kita cek batasan karakteristik dari masalah keperawatan: keletihan.
Rencana Asuhan Keperawatan
Masalah Keletihan (D.0057) yang berhubungan dengan:
- Gangguan tidur, salah satunya Insomnia
- Gaya hidup monoton
- Kondisi fisiologis (mis: penyakit kronis, penyakit terminal, anemia, malnutrisi, kehamilan)
- Program perawatan/pengobatan jangka panjang
- Peristiwa hidup negatif, misalnya PTSD akibat natural disaster atau konflik sosial/perang
- Stres berlebihan
- Depresi
Diagnosis ini bisa ditegakkan bila Ners memang menemukan hampir 80% dari batasan karakteristik sebagai berikut ini:
- Subjektif
- Verbalisasi keluhan “lelah”
- Merasa kurang tenaga
- Merasa energi tidak pulih walaupun telah tidur
- Objektif
- Tidak mampu mempertahankan aktivitas rutin
- Tampak lesu
Baca juga : Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Anemia
Pilihan diagnosa keperawatan lainnya bila tidak terpenuhi analisa data hingga 80%, maka Ners bisa mempertimbangkan masalah aktivitas atau istirahat lain, seperti diagnosa (a) Risiko intoleransi aktivitas, (b) Intoleransi aktivitas, (c) Gangguan pola tidur, (d) Gangguan mobilitas fisik, atau (e) Kesiapan peningkatan tidur.
Outcome yang ditargetkan yakni Tingkat Keletihan Menurun (L.05046) yang bisa ditetapkan dengan satuan dalam 1x … jam atau …x 24 jam, disepakati dengan kriteria hasil:
- Verbalisasi lelah/lesu menurun
- Verbalisasi pemulihan energi yang meningkat
- Tenaga meningkat
- Kemampuan melakukan aktivitas rutin meningkat
Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang dapat dipilih sesuai kebutuhan pasien, terdiri dari:
A. Manajemen Energi (I.05178)
Ners dapat melakukan intervensi ini untuk mengidentifikasi dan mengelola penggunaan energi sebagai upaya mengatasi atau mencegah kelelahan dan mengoptimalkan proses pemulihan, terdiri dari:
a. Observasi
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
- Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Monitor pola dan jam tidur
- Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
b. Terapeutik
- Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis: cahaya, suara, kunjungan)
- Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
- Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
c. Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
d. Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
Baca juga : Sempat Disinggung Saat Debat Capres Ketiga, Pemahaman Singkat Stunting dan Gizi Buruk Bisa Dirangkum
B. Edukasi Aktivitas dan Istirahat (I.12362)
Ners dapat melakukan intervensi ini untuk mengajarkan klien dalam mengatur aktivitas dan waktu istirahatnya, terdiri dari:
a. Observasi
- Identifikasi kelas syok untuk estimasi kehilangan darah
- Monitor status hemodinamik
- Monitor status oksigen
- Monitor kelebihan cairan
- Monitor output cairan tubuh (mis. Urin, cairan nasogastric, cairan selang dada)
- Monitor nilai BUN, kreatinin, protein total, dan albumin, jika perlu
- Monitor tanda dan gejala edema paru
b. Terapeutik
- Pasang jalur IV berukuran besar (mis. nomor 14 atau 16)
- Berikan infus cairan kristaloid 1-2 L pada dewasa
- Berikan infus cairan kristaloid 20 mL/KgBB pada anak
- Lakukan cross matching produk darah
c. Kolaborasi
- Kolaborasi penentuan jenis dan jumlah cairan (mis: kristaloid, koloid)
- Kolaborasi pemberian produk darah
Referensi
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.