Askep  

ASKEP: Disfungsi Motilitas Gastrointestinal (D.0021)

Ket : Disfungsi Motilitas Gastrointestinal (Dok./Ist)

MediaPerawat.id – Apakah sobat meper masih ingat dengan topik gangguan motilitas usus? Dikutip dari laman wexnermedical.osu.edu; bahwa disfungsi ini dapat terjadi dimana saja sepanjang saluran pencernaan yang dikategorikan menjadi dua kelompok:
1) Gangguan motilitas saluran cerna bagian atas terdiri dari kerongkongan, lambung atau bagian atas usus kecil.
2) Gangguan motilitas saluran cerna bagian bawah yang melibatkan usus kecil, kolon (atau usus besar) dan rektum.

Dalam keperawatan sendiri, diagnosis disfungsi motilitas gastrointestinal dapat diartikan sebagai peningkatan, penurunan, tidak efektif atau kurangnya aktivitas peristaltik gastrointestinal.

Disfungsi motilitas gastrointestinal (D.0021) dapat berhubungan dengan:

  • Asupan enteral
  • Intoleransi makanan
  • Imobilisasi
  • Makanan kontaminan
  • Malnutrisi
  • Pembedahan
  • Efek agen farmakologis (mis. narkotik/opiat, antibiotik, laksatif, anestesia)
  • Proses penuaan
  • Kecemasan

Diagnosis ini bisa ditegakkan bila Ners memang menemukan hampir 80% dari batasan karakteristik sebagai berikut ini:

  1. Subjektif
  • Mengungkapkan flatus tidak ada
  • Nyeri atau kram abdomen
  1. Objektif
  • Suara peristaltik berubah (tidak ada, hipoaktif, atau hiperaktif)

Outcome yang ditargetkan yakni Motilitas Gastrointestinal Membaik (L.03023) yang bisa ditetapkan dengan satuan dalam 1x … jam atau … x 24 jam, disepakati dengan kriteria hasil:

  1. Nyeri menurun
  2. Kram abdomen menurun
  3. Mual menurun
  4. Muntah menurun
  5. Regurgitasi menurun
  6. Distensi abdomen menurun
  7. Diare menurun
  8. Suara peristaltik menurun (hipoperistaltik) / meningkat (hiperperistaltik)
  9. Pengosongan lambung meningkat
  10. Flatus meningkat

Baca Juga : Apa Itu GERD ? Kenali Penyebab dan Cara Mengatasinya

Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan yang dapat dipilih sesuai kebutuhan pasien, terdiri dari:

I. Manajemen Nutrisi (I.03119)
Ners dapat melakukan intervensi ini untuk mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi yang seimbang, terdiri dari:

a. Observasi

  1. Identifikasi status nutrisi
  2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
  3. Identifikasi makanan yang disukai
  4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
  5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
  6. Monitor asupan makanan
  7. Monitor berat badan
  8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

b. Terapeutik

  1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
  2. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis: piramida makanan)
  3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
  4. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
  5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
  6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
  7. Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika asupan oral dapat ditoleransi

c. Edukasi

  1. Ajarkan posisi duduk, jika mampu
  2. Ajarkan diet yang diprogramkan

d. Kolaborasi

  1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis: pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
  2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu

Baca Juga : Askep Risiko Perfusi Gastrointestinal Tidak Efektif (D.0013)

II. Pengontrolan Infeksi (I.01018)
Ners dapat melakukan intervensi ini untuk mengendalikan penyebaran infeksi dan perburukan komplikasi akibat infeksi, terdiri dari:

a. Observasi

  1. Identifikasi pasien-pasien yang mengalami penyakit infeksi menular

b. Terapeutik

  1. Terapkan kewaspadaan universal (mis: cuci tangan aseptik, gunakan alat pelindung diri seperti masker, sarung tangan, pelindung wajah, pelindung mata, apron, sepatu bot sesuai model transmisi mikroorganisme)
  2. Tempatkan pada ruang isolasi bertekanan positif untuk pasien yang mengalami penurunan imunitas
  3. Tempatkan pada ruang isolasi bertekanan negatif untuk pasien dengan resiko penyebaran infeksi via droplet atau udara
  4. Sterilisasi dan desinfeksi alat-alat, furnitur, lantai, sesuai kebutuhan
  5. Gunakan hepa filter pada area khusus (mis: kamar operasi)
  6. Berikan tanda khusus untuk pasien-pasien dengan penyakit menular

c. Edukasi

  1. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
  2. Ajarkan etika batuk dan/atau bersin

d. Kolaborasi

  1. Lain – lain …

**MA

Referensi
– PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
– PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
– PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Exit mobile version