Mediaperawat.id – Beberapa hari yang lalu, seorang anak perempuan berusia 3 tahun 8 bulan datang ke rumah sakit dengan keluhan tidak sadarkan diri. Keluarga mengatakan anaknya tidak sadarkan diri sejak pagi tadi.
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, bunyi paru anak itu terdengar ronkhi, respirasi rate-nya pun 42x/menit. Setelah dilaporkan, dokter memberikan instruksi untuk pemberian obat inhalasi. Setelah obat inhalasi diberikan, sesuatu terjadi yang membuat ners yang berjaga pun keheranan.
Seekor cacing berukuran kurang lebih 15 cm tiba-tiba keluar dari hidung anak perempuan itu. Sekitar 5 menit kemudian, cacing keluar lagi dari mulutnya. Belum sempat rasa kaget ini hilang, ibunya mengatakan kalau anaknya buang air besar. Ners pun datang membantu untuk membersihkan anak itu. Lagi-lagi Ners terkejut karena melihat sekumpulan cacing keluar dari anus.
“Apakah ini yang dinamakan cacingan?” Gumam Ners yang terkejut melihat banyaknya cacing yang menggeliat.
“Fix, ini diagnosanya Helminthiasis,” bisik dokter jaga.
Apa Itu Helminthiasis?
Helminthiasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing parasit yang hidup di dalam tubuh manusia. Cacing ini mendapatkan nutrisi dari inangnya dan jika dibiarkan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan.
Cacing yang hidup di dalam usus bisa menyerap nutrisi yang seharusnya digunakan tubuh. Akibatnya, anak-anak yang mengalami cacingan berulang berisiko mengalami kekurangan gizi, anemia serta gangguan pencernaan, bahkan komplikasi serius seperti penyumbatan usus jika jumlah cacing terlalu banyak. Dalam beberapa kasus, telur cacing bisa menyebar melalui darah dan sampai di otak.
Helminthiasis Termasuk Masalah Kesehatan Serius di Indonesia
Bukan hanya di Indonesia, Helminthiasis masih menjadi masalah kesehatan serius di banyak negara, termasuk Indonesia. Menurut data World Health Organization (WHO), sekitar 1,5 miliar orang di seluruh dunia menderita infeksi cacingan. Anak-anak usia sekolah menjadi kelompok paling rentan karena sering bermain di luar tanpa alas kaki, belum disiplin mencuci tangan dan suka jajan sembarangan.
Di Indonesia, cacingan masih sering ditemukan di daerah pedesaan dan lingkungan padat penduduk dengan sanitasi buruk. Program pemberian obat pencegahan massal di sekolah sudah berjalan, namun kesadaran orang dewasa untuk minum obat cacing rutin masih rendah. Padahal, infeksi cacing tidak mengenal usia.
Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) pada tahun 2021, sekitar 36,97 juta anak telah menerima obat cacing melalui Program Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM). Hasil evaluasi pasca-POPM (2017-2021) menunjukkan bahwa 66 kabupaten/kota memiliki prevalensi cacingan di bawah 5% dan 26 kabupaten/kota memiliki prevalensi di atas 10%.
Kesadaran untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan menjadi kunci utama untuk mengatasi masalah ini. Cacingan bisa dicegah dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), ditambah dengan edukasi sejak dini kepada anak-anak.
Penyebab Helminthiasis
Penyebab utama helminthiasis adalah infeksi oleh cacing parasit dari kelompok berikut:
1. Cacing gelang (Ascariasis Lumbricoides)
2. Cacing cambuk (Trichuris Trichiura)
3. Cacing tambang (Hookworm)
4. Cacing kremi (Strongyloides Stercoralis)
Tanda dan Gejala yang Harus Diketahui
Banyak orang tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi cacing karena gejalanya sering ringan. Namun, beberapa tanda berikut patut diwaspadai :
1. Sakit perut berulang.
2. Nafsu makan berkurang atau justru bertambah tanpa kenaikan berat badan.
3. Diare atau gangguan pencernaan.
4. Badan lemas dan pucat (anemia).
5. Perut buncit pada anak.
6. Gatal di sekitar anus, terutama pada malam hari (cacing kremi).
Jika gejala ini muncul, sebaiknya periksa ke puskesmas. Diagnose dini membantu mencegah komplikasi.
Cara Penularan Helminthiasis
Penularan cacingan sangat erat kaitannya dengan kebersihan lingkungan. Telur cacing biasanya keluar bersama tinja orang yang terinfeksi. Jika kebiasaan buang air besar sembarangan masih terjadi, tanah dan sumber air akan tercemar. Dari tanah ini, telur cacing bisa menempel pada makanan, sayuran atau air minum.
Jenis cacing tambang memiliki cara masuk yang berbeda. Larva cacing ini bisa menembus kulit ketika seseorang berjalan tanpa alas kaki di tanah yang terkontaminasi. Itulah sebabnya, kebiasaan memakai sandal atau Sepatu menjadi langkah penting untuk mencegah infeksi.
Pencegahan Pada Penyakit Helminthiasis
Pengobatan cacingan sangat efektif dengan obat antihelmintik seperti albendazole atau mebendazole. Obat ini bekerja dengan melumpuhkan cacing sehingga mudah dikeluarkan dari tubuh melalui tinja. WHO merekomendasikan program pemberian obat cacing massal dua kali setahun, terutama untuk anak-anak di daerah endemis.
Namun, hanya minum obat cacing saja tidak cukup jika kebersihan lingkungan tetap diabaikan. Reinflasi atau infeksi ulang bisa terjadi dengan cepat jika lingkungan tetap kotor. Oleh karena itu, pengobatan harus disertai dengan langkah-langkah pencegahan.
Ada beberapa langkah sederhana namun efektif untuk mencegah cacingan:
1. Cuci tangan dengan sabun sebelum makan, setelah buang air besar atau setelah bermain di luar.
2. Cuci bersih sayuran dan buah sebelum dimakan.
3. Masak makanan hingga matang sempurna untuk membunuh telur cacing.
4. Gunakan alas kaki ketika berada di tanah atau halaman.
5. Gunakan jamban atau toilet untuk mencegah pencemaran lingkungan.
6. Minum obat cacing rutin, minimal dua kali setahun untuk anak dan dewasa.
Kebiasaan kecil ini jika dilakukan secara konsisten bisa memutus siklus penularan cacingan.
Baca Juga: Asuhan Keperawatan Anak dengan Child Abuse
Cacingan bukan sekadar masalah kecil. Ia bisa menyusup diam-diam dan merusak masa depan anak-anak kita. Mari mulai dari rumah, dari kebiasan kecil yang berdampak besar. Bersih itu sehat, sehat itu masa depan.
Referensi :
WHO. Soil-transmitted helminth infections. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/soil-transmitted-helminth-infections
NCBI. Helminthiasis-StatPearls. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560525
Verywell Health. Helminths: Types and Symptoms. https://www.verywellhealth.com/helminths-5207511
Garcia, et al. (2014). Clinical Symptoms, Diagnosis and Treatment of Neurocysticercosis. Lancet Neurol.
CDC. Parasites-Helminths. https:/www.cdc.gov/sth/about/?CDC_AAref_Val=
Kementerian Kesehatan RI. (2021). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Cacingan.
Departemen Parasitologi. (2020). Parasitologi Kedokteran Edisi 6. FKUI.