Jenis Cairan & Masalah Kebutuhan Cairan

Foto : Cairan Infus/ Doc. Freepik.com

Mediaperawat.id – Berbicara tentang jenis cairan yang dibutuhkan tubuh dalam pemberian terapi cairan maka berikut ada beberapa jenis cairan, diantaranya :

Jenis Cairan

  1. Cairan Nutrien
    Pasien yang istirahat di tempat tidur memerlukan sebanyak 450 kalori setiap harinya. Cairan nutrien (zat gizi) melalui intravena dapat memenuhi kalori ini dalam bentuk karbohidrat, nitrogen, dan vitamin yang penting untuk metabolisme. Kalori yang terdapat dalam cairan nutrien dapat berkisar antara 200-1.500 kalori per liter. Cairan nutrien terdiri atas sebagai berikut.
    • Karbohidrat dan air, contoh dekstrosa (glukosa), levulosa (fruktosa), invert sugar (dekstrosa dan ½ levulosa).
    • Asam amino, contoh amigen, aminosol, dan travamin.
    • Lemak, contoh lipomul dan liposin.
  2. Blood Volume Expanders
    Blood volume expanders merupakan bagian dari jenis cairan yang berfungsi meningkatkan volume pembuluh darah setelah kehilangan darah atau plasma. Apabila keadaan darah sudah tidak sesuai, misalnya pasien dalam kondisi pendarahan berat, maka pemberian plasma akan mempertahankan jumlah volume darah. Pada pasien dengan luka bakar berat, sejumlah besar cairan hilang dari pembuluh darah di daerah luka. Plasma sangat perlu diberikan untuk menggantikan cairan ini. Jenis blood volume expanders antara lain human serum albumin dan dekstran dengan konsentrasi yang berbeda. Kedua cairan ini mempunyai tekanan osmotik. sehingga secara langsung dapat meningkatkan jumlah volume darah.

Baca Juga : Cara Perpindahan Cairan Tubuh

Masalah Kebutuhan Cairan

Hipovolume atau Dehidrasi

Kekurangan cairan eksternal terjadi karena penurunan asupan cairan dan kelebihan pengeluaran cairan. Tubuh akan merespons kekurangan cairan tubuh dengan mengosongkan cairan vaskuler. Sebagai kompensasi akibat penurunan cairan interstisial, tubuh akan mengalirkan cairan keluar sel. Pengosongan cairan ini terjadi pada pasien diare dan muntah. Ada tiga macam kekurangan volume cairan eksternal, yaitu sebagai berikut:

  1. Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak elektrolit dari pada air.
    Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan menyebabkan volume ekstrasel berkurang
  2. (hipovolume) dan perubahan hematokrit. Pada keadaan dini, tidak terjadi perpindahan cairan daerah intrasel ke permukaan, sebab osmolaritasnya sama. Jika terjadi kekurangan cairan ekstrasel dalam waktu yang lama, kadar urea, nitrogen, dan kreatinin meningkat serta menyebabkan perpindahan cairan intrasel ke pembuluh darah. Kekurangan cairan dalam tubuh dapat terjadi secara lambat atau cepat dan tidak selalu cepat diketahui. Kelebihan asupan pelarut seperti protein dan klorida/natrium akan menyebabkan ekskresi atau pengeluaran
  3. Urine secara berlebihan serta berkeringat dalam waktu lama dan terus-menerus. Hal ini dapat terjadi pada pasien yang mengalami gangguan hipotalamus, kelenjar gondok, ginjal, diare, muntah secara terus-menerus, pemasangan drainase, dan lain-lain.

Macam dehidrasi berdasarkan derajatnya adalah sebagai berikut.

a. Dehidrasi berat, dengan ciri-ciri sebagai berikut

  • Pengeluaran/kehilangan cairan sebanyak 4-6 liter
  • Serum natrium mencapai 159-166 mEq/liter
  • Hipotensi
  • Turgor kulit buruk
  • Oliguria
  • Nadi dan pernapasan meningkat
  • Kehilangan cairan mencapai > 10% BB

b. Dehidrasi sedang, dengan ciri-ciri sebagai berikut.

  • Kehilangan cairan 2-4 liter atau antara 5-10% BB
  • Serum natrium mencapai 152-158 mEq/liter
  • Mata cekung

Dehidrasi Ringan, Dengan Ciri-Ciri Kehilangan Cairan Mencapai 5% BB Atau 1,5-2 Liter

Hipervolume atau Overhidrasi

Terdapat dua manifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan, yaitu hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan cairan pada interstisial). Normalnya, cairan interstisial tidak terikat dengan air, tetapi elastis dan hanya terdapat di antara jaringan. Pitting edema merupakan edema yang berada pada darah perifer atau akan berbentuk cekung setelah ditekan pada daerah yang bengkak, hal ini disebabkan oleh perpindahan cairan ke jaringan melalui titik tekan. Cairan dalam jaringan yang edema tidak digerakkan ke permukaan lain dengan penekanan jari. Nonpitting edema tidak menunjukkan tanda kelebihan cairan ekstrasel tetapi sering karena infeksi dan trauma yang menyebabkan membekunya cairan pada permukaan jaringan. Kelebihan cairan vaskular meningkatkan hidrostatik cairan dan akan menekan cairan ke permukaan interstisial. Edema anasarka adalah edema yang terdapat di seluruh tubuh. Peningkatan tekanan hidrostatik yang sangat besar menekan sejumlah cairan hingga ke membran kapiler paru sehingga menyebabkan edema paru, dan dapat mengakibatkan kematian. Manifestasi edema paru adalah penumpukan sputum, dispnea, batuk, dan adanya suara napas ronki basah. Keadaan edema ini disebabkan oleh gagal jantung sehingga dapat mengakibatkan peningkatan penekanan pada kapiler darah paru dan perpindahan cairan ke jaringan paru.

Baca Juga : Kebutuhan Cairan & Prosedur Tindakan Keperawatan

Perawat harus melakukan observasi secara cermat bila memberikan cairan intravena pada pasien yang mempunyai masalah jantung, sebab kelebihan cairan pada kapiler paru terutama pada anak/bayi dan orang tua dapat membahayakan. Pada anak, paru dan kapasitas vaskularnya kecil sehingga tidak mampu menampung cairan dalam jumlah besar. Pada pasien usia tua, elastisitas pembuluh darah menurun dan hanya mampu menampung sedikit cairan. Kelebihan cairan ekstrasel dihubungkan dengan gagal jantung, sirosis hati, dan kelainan ginjal.

Pada kelebihan ekstrasel, gejala yang sering ditimbulkan adalah edema perifer (pitting edema), asites, kelopak mata membengkak, suara napas ronki basah, penambahan berat badan secara tidak normal/sangat cepat, dan nilai hematokrit pada umumnya normal, akan tetapi menurun bila kelebihan cairan bersifat akut.

Kebutuhan Elektrolit

Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung oksigen, nutrien, dan sisa metabolisme, seperti karbon dioksida, yang semuanya disebut dengan ion. Beberapa jenis garam dalam air akan dipecah dalam bentuk ion elektrolit. Contohnya, NaCl akan dipecah menjadi ion Na dan CI. Pecahan elektrolit tersebut merupakan ion yang dapat menghantarkan arus listrik. lon yang bermuatan negatif disebut anion, sedangkan ion yang bermuatan positif disebut kation. Contoh kation antara lain natrium, kalium, kalsium, dan magnesium; sedangkan contoh anion antara lain klorida, bikarbonat, dan fosfat. Komposisi elektrolit dalam plasma adalah sebagai berikut.

  • Natrium : 135-145 mEq/L
  • Kalium : 3,5-5,3 mEq/L
  • Kalsium : 4-5 mEq/L
  • Magnesium : 1,5-2,5 mEq/L
  • Klorida : 100-106 mEq/L
  • Bicarbonat : 22-26 mEq/L
  • Fosfat : 2,5-4,5 mg/100 ml

Pengukuran elektrolit dalam satuan miliekuivalen per liter cairan tubuh atau miligram per 100 ml (mg/100 ml). Ekuivalen tersebut merupakan kombinasi kekuatan zat kimia atau kekuatan kation dan anion dalam molekul.

Sumber :

  • Hidayat, A. Aziz Alimul. & Uliyah, Musrifatul. 2016. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba Medika
Exit mobile version