Tekanan darah normal berkisar di angka 120/80 mmHg. Saat angka sistolik dan diastolik berada di kisaran ini, maka dapat disebut tekanan darah normal.
Seseorang baru disebut memiliki darah tinggi atau mengidap hipertensi jika hasil pembacaan tekanan darah menunjukkan 140/90 mmHg. Tekanan darah yang terlalu tinggi akan mengganggu sirkulasi darah.
Meski demikian, memiliki tekanan darah normal bukan berarti kita bisa bersantai. Saat angka sistolik kita berada di antara 120-139, atau jika angka diastolik (angka bawah) berkisar di 80-89, ini artinya kita memiliki “prehipertensi”. Walaupun angka ini belum bisa dianggap hipertensi, tetap saja ini di atas angka normal yang patut diwaspadai.
Apabila pembacaan tekanan darah berada di atas 180/120 mmHg, atau jika memiliki tekanan sistolik atau diastolik yang lebih tinggi dari angka ini. Dapat berisiko menghadapi masalah kesehatan yang sangat serius. Angka ini menunjukkan kondisi yang disebut krisis hipertensi.
Hipertensi merupakan salah satu penyakit kronis yang biasa disebut silent killer, dimana dampak penyakit tersebut adalah stroke, penyakit jantung bahkan kematian. Ada juga dampak psikologis yang terjadi pada pasien yang mengalami hipertensi adalah stress maka untuk mengatasi masalah tersebut dapat diberikan terapi meditasi.Meditasi adalah cara untuk mengurangi respon stres dengan teknik relaksasi.
Baca Juga : Terapi Psikofarmaka pada Keperawatan Jiwa
Penyakit Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan besar di seluruh dunia dan merupakan penyebab penyakit kardiovaskular (Israfil & Making, 2019). Hal tersebut menunjukkan bahwa tekanan darah setiap orang perlu diketahui sejak dini sehingga mengurangi resiko terjadinya gangguan kesehatan seperti hipertensi dan penyakit kardiovaskuler.
Tekanan darah dapat dimodifikasi dengan terapi farmakologi maupun terapi non farmakologi, dimana salah satu terapi non farmakologi yaitu terapi komplementer yang merupakan terapi pelengkap dari terapi konvensional untuk penyembuhan penyakit khususnya penyakit kronis. Sebagai contoh terapi komplementer keperawatan yang dapat diberikan untuk pasien hipertensi yaitu; terapi herbal, musik, yoga, akupuntur dan meditasi (Snyder & Lindquist, 2002).
Meditasi merupakan salah satu cara yang dilakukan dengan pemfokusan pikiran menuju status kesadaran yang membawa status kejiwaan menjadi tenang, dan menimbulkan efek kebahagiaan yang merupakan media dari NSR (Natural Stress Reduction), selain itu juga tindakan tersebut dapat digunakan untuk melatih menyeimbangkan fisik, emosi, mental, dan spiritual.
Beberapa latihan yang dapat membantu menenangkan pikiran dan bisa menurunkan tekanan darah. Semuanya adalah jenis meditasi, yang menggunakan metode berbeda untuk mencapai keadaan yang tenang.
Para peneliti sekarang mulai lebih memahami bagaimana perubahan mental ini mempengaruhi sistem kardiovaskular, dengan cara mempelajari meditasi terbukti agak menantang. Untuk satu hal, beberapa penelitian tidak memasukkan perawatan kontrol yang baik untuk dibandingkan dengan meditasi. Kedua, orang-orang yang paling mungkin menjadi sukarelawan untuk studi meditasi sering kali sudah menjual manfaat meditasi dan lebih cenderung melaporkan efek positif.
Namun, sejumlah penelitian yang dirancang dengan baik menunjukkan bahwa meditasi dapat menurunkan tekanan darah secara sederhana, menurut pernyataan ilmiah American Heart Association yang diterbitkan dalam jurnal Hypertension.
Teknik terkait, yang dirancang untuk membangkitkan apa yang disebut respons relaksasi, dikembangkan oleh Dr. Herbert Benson, direktur emeritus dari Institut Pengobatan Tubuh Pikiran Benson-Henry yang berafiliasi dengan Harvard. Respon relaksasi adalah kebalikan dari respon melawan-atau-lari yang disebabkan oleh stres. Penenangan diri atas aktivitas otak ini memiliki aspek meditasi transendental dan meditasi kesadaran.
Penelitian Dr. Benson telah menemukan bahwa teknik ini dapat membantu tekanan darah tinggi dan gangguan lain yang disebabkan atau diperparah oleh stres. Dalam sebuah penelitian, orang tua dengan hipertensi sistolik terisolasi yang sulit diobati yang menjalani pelatihan respons relaksasi lebih cenderung dapat mengontrol tekanan darah mereka hingga beberapa orang dapat mengurangi dan bahkan menghilangkan obat tekanan darah mereka. Penelitian lebih lanjut mengungkapkan bahwa ketika tekanan darah turun selama respon relaksasi, peradangan dan penyempitan pembuluh darah menjadi kurang aktif dan pembuluh darah melebar.
Baca juga : Bahaya Anemia pada Ibu Hamil
Manfaat ini tampaknya dimediasi oleh oksida nitrat, molekul yang dibuat di dalam tubuh (antara lain) membantu rileks dan memperlebar pembuluh darah, menjaga tekanan darah agar tetap terkendali. Sebuah penelitian kecil menemukan bahwa orang yang mempraktikkan respons relaksasi selama delapan minggu memiliki kadar oksida nitrat yang lebih tinggi dalam napas mereka, sementara kelompok kontrol tidak menunjukkan perubahan tersebut.
Dr. Benson merekomendasikan untuk mempraktikkan respons relaksasi dua kali sehari, selama 10 hingga 20 menit, serupa dengan yang direkomendasikan oleh pakar meditasi lainnya. Begini cara melakukannya. Duduklah di tempat yang tenang dengan mata tertutup. Rilekskan otot Anda dan ulangi kata, frasa, suara, atau doa singkat yang Anda pilih tanpa suara berulang kali. Ketika pikiran Anda terganggu, kembali fokuskan perhatian anda dan ulangi frasa atau kata yang Anda pilih dari awal.
Ada beberapa tips juga untuk menjaga tekanan darah agar tetap normal, yaitu :
- Hindari berat badan berlebih. Tekanan darah dapat meningkat seiring bertambahnya berat badan.
- Olahraga teratur
- Kurangi asupan natrium
- Konsumsi makanan sehat
- Batasi minuman alcohol
- Berhenti merokok
- Atasi stress.
(DOK/AM)
Sumber :
http://www.journal.stikeskendal.ac.id/index.php/Keperawatan/article/view/1412/964