banner 728x250

Terapi Psikofarmaka Pada Keperawatan Jiwa

Freepik.com/
  1. Sejarah Psikofarmaka

Sejarah perkembangan terapi organik dalam psikiatri di mulai sejak pertengahan tahun 1800-an sampai sekarang, walaupun pada tahun 1960 kumpulan obat psikiatri pada dasarnya adalah diketahui terapi organik seperti terapi elektrokonvulsif  (ECT) yang di pelopori oleh ugo cerletti dan lucio Bini, terapi koma insulin di kembangkan oleh manfread sakel dan bedah psiko (Psychosurgery) diperkenalkan oleh Antonio Egas Moniz, semuanya di mulai pada separuh pertama abad 10 dan disebut sebagai revolusi biologis dalam psikiatri. Setelah diperkenalkannya, Chlorpromazine (Thorazine) pada awal tahun 1950 an, obat psikoterapi menjadi terapi psikiatrik khususnya penyakit mental yang serius.

  1. Peran Perawat dalam Psikofarmaka

Peran perawat meliputi hal-hal berikut ini:

  • Pengkajian klien

Pengkajian klien memberikan landasan pandangan tentang masing-masing klien.

  • Koordinasi Modalitas Terapi

Koordinasi ini mengintegrasikan berbagai terapi pengobatan dan seringkali membingungkan klien

  • Pemberian Agents Psikofarmakologi 

Program pembelian obat dirancang secara profesional dan bersifat individual.

  • Pemantauan Efek Obat

Dilakukan untuk memantau efek samping yang dialami klien.

  • Penyuluhan Klien

Memungkinkan klien untuk minum obat dengan aman dan efektif.

Baca Juga : Dampak Abu Vulkanik Bagi Kesehatan dan Cara Meminimalisirnya

  • Program Rumatan Obat 

Dirancang untuk mendukung klien di suatu tatanan perawatan tindak lanjut dalam jangka panjang.

  • Partisipasi dalam Penelitian

Klinis antar disiplin tentang uji coba perawat menggunakan anggota tim yang penting dalam penelitian obat yang digunakan untuk mengobati klien gangguan jiwa.

  1. Jenis-Jenis Obat Terapi Psikofarmaka

  • Penggolongan obat

Fenotiazin, yaitu Chlorpromazine (dosis 150-600 mg/hari),

Thioridazin (dosis 150-600 mg/hari)Butirofenon,yaitu Haloperidol (dosis 5-15 mg/hari)

Droperidol (dosis 7,5-15 mg/hari)Difenibutil piperidin, yaitu pimozide (dosis 2-6 mg/hari)

Atypical, yaitu Risperidone (dosis 2-6 mg/hari) 

Indikasi

Obat anti-psikosis merupakan pilihan pertama dalam menangani skizofrenia, untuk mengurangi delusi, halusinasi, gangguan proses dan isi pikiran dan juga efektif dalam mencegah kekambuhan.

  • Efek Samping

Efek samping dari obat anti-psikosis adalah gerakan berulang involunter pada lidah, wajah, mulut atau rahang, dan anggota gerak, dimana pada waktu tidur menghilang.

  • Kontra Indikasi

Kontra indikasi dari obat anti-psikosis meliputi penyakit hati, kelainan jantung, epilepsi, ketergantungan alcohol, dan gangguan kesadaran.

(DOK/NF)

DAFTAR REFERENSI

Potter, Patricia A dan Anne Griffin Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental: Konsep, Proses, dan Praktik Volume 1. Jakarta: EGC.

Saputra, Lyndon. 2013. Panduan Praktik Keperawatan Klinis. Tanggerang: Binarupa Aksara.Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta. RGC.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *