Media perawat, Jakarta – Hari ginjal sedunia atau World Kidney Day (WKD) jatuh pada hari ini, Kamis, 14 Maret 2024.
Dengan Tema Hari Ginjal Sedunia 2024 adalah Kidney Health for All: Advancing Equitable Access to Care and Optimal Medication Practice.
Tema ini secara spesifik mengajak seluruh lapisan masyarakat khususnya pemangku kebijakan untuk meningkatkan pemerataan akses pelayanan. Sehingga, seluruh lapisan masyarakat bisa mendapatkan pelayanan Kesehatan ginjal yang paripurna serta praktik kesehatan yang optimal.
Maka dari itu, kampanye tahun ini akan difokuskan pada upaya meningkatkan pemerataan akses pelayanan kesehatan dan praktik pengobatan yang optimal dan komprehensif.
Baca Juga : Salah Satu Pasien di RSUD Jombang Diduga Berupaya Akan Kabur Saat Sedang Menjalani Perawatan
Pemerataan akses layanan menjadi penting mengingat penyakit ginjal kronik (PGK) tercatat sebagai penyebab 4,6 persen kematian global pada tahun 2017. Angka ini diprediksi akan terus meningkat
Anggota Komisi IX DPR RI Edy Wuryanto mengatakan beasiswa kursus hemodialisa bagi perawat penting untuk pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dan pemerataan layanan kesehatan.
Saat ini, kata dia, diperkirakan Indonesia mengalami kekurangan 10 ribu perawat hemodialisa dan tidak murah menambah kompetensi perawat di bidang itu. Bahkan sering kali perawat harus mengeluarkan uang sendiri.
“Tenaga kesehatan dan tenaga medis ini saling mengisi. Untuk membuka layanan hemodialisa tidak hanya cukup ada dokter ahli ginjal. Perlu juga perawat yang mengerti standar operasional di ruang hemodialisa,” ujarnya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat.
Legislator itu menyebut prevalensi penyakit ginjal kronis terus meningkat. Dia mengutip data dari Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) yang menyebut bahwa satu di antara 10 orang mengalami penyakit ginjal.
Selain itu, kata dia, pada 2019 penyakit ginjal menduduki peringkat ketujuh penyebab kematian dan diperkirakan pada 2040 menduduki peringkat kelima.
“Ini berarti kebutuhan untuk hemodialisa juga semakin besar,” ucapnya.
Edy menjelaskan SDM kesehatan perlu diperhatikan dalam pemerataan layanan kesehatan. Menurutnya, penambahan dokter spesialis saja tidak cukup, butuh dukungan tenaga kesehatan dan medis yang mumpuni.
Dia menjelaskan Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan menargetkan pada 2025 sebanyak 50 persen dari 514 kabupaten dan kota memiliki rumah sakit tipe madya.
Menurutnya, hal yang menguntungkan dari peningkatan tersebut adalah jenis pelayanan kesehatan yang dapat dilakukan. Misalnya, kata dia, rumah sakit tipe madya harus dapat melayani hemodialisa dan Cuci Darah Lewat Perut (CAPD).
“Ini perkembangan yang bagus dan harus sejalan antara alat kesehatan dan tenaga kesehatannya,” ucapnya.
Oleh karena itu, lanjutnya, beasiswa perlu diberikan agar para perawat dapat meningkatkan kemampuan, terutama pada hemodialisa. Dia pun meminta kepala daerah maupun pemerintah pusat dapat berinvestasi terhadap peningkatan kualitas SDM kesehatan.
“Petakan apa saja yang kurang, lalu beri beasiswa untuk kursus hemodialisa,” kata ujarnya.Selanjutnya bagi mereka yang telah mendapatkan sertifikat spesialis, diberikan apresiasi lebih, misalnya melalui peningkatan tunjangan.