banner 728x250

Yuk Kenali Apendisitis dari Sejak Dini

Foto : Ilustrasi Apendisitis/Freepik.com

MediaPerawat.id – Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis yang dikenal oleh orang awam sebagai penyakit usus buntu. Apendisitis biasanya di tandai dengan nyeri abdomen periumbilical, mual, muntah, lokalisasi nyeri ke fosa iliaka kanan, nyeri tekan saat dilepas di sepanjang titik McBurney, dan nyeri tekan pelvis pada sisi kanan ketika pemeriksaan per rectal.

Appendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum (caecum). Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya.

Tanda dan Gejala Epindisitis

  • Perut kembung
  • Mual dan muntah
  • Demam dan menggigil
  • Hilang nafsu makan
  • Tidak bisa buang gas atau kentut
  • Sembelit (konstipasi)
  • Diare

Pemeriksaan Penunjang Apendisitis

a. Pemeriksaan fisik

1) Inspeksi : akan tampak adanya pembengkakan (swelling) rongga perut dimana dinding perut tampak mengencang (distensi).

2) Palpasi : didaerah perut kanan bawah bila ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri (Blumberg sign) yang mana merupakan kunci dari diagnosis apendiksitis akut.

3) Dengan tindakan tungkai bawah kanan dan paha diteku kuat/tungkai di angkat tinggi-tinggi, maka rasa nyeri di perut semakin parah (proas sign).

4) Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah bila pemeriksaan dubur dan atau vagina menimbulkan rasa nyeri juga.

5) Suhu dubur yang lebih tinggi dari suhu ketiak, lebih menunjang lagi adanya radang usus buntu.

Baca Juga : Pemeriksaan Fisik Pasien Curiga Apendisitis

b. Pemeriksaan Laboratorium

  • SDP: Leukositosis diatas 12.000/mm3, Neutrofil meningkat sampai 75%,
  • Urinalisis: Normal, tetapi eritrosit/leukosit mungkin ada.
  • Foto abdomen: Dapat menyatakan adanya pergeseran, material apendiks(fekalit), ileus terlokalisir Kenaikan dari sel darah putih (leukosit) hingga 10.000- 18.000/mm3. Jika peningkatan lebih dari itu, maka kemungkinan apendiks sudah mengalami perforasi (pecah).

c. Pemeriksaan Radiologi

  • Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit.
  • Ultrasonografi (USG)
  • CT Scan
  • Kasus kronik dapat dilakukan rontgen foto abdomen, USG abdomen dan apendikogram

Penatalaksanaan  Epindisitis

penatalaksanan yang dilakukan pada klien apendisitis yaitu penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan keperawatan :

a. Penatalaksanaan Medis

  • Pembedahan (konvensional atau laparaskopi) apabila diagnosa apendisitis telah ditegakan dan harus segera dilakukan untuk mengurangi risiko perforasi.
  • Berikan obat antibiotik dan cairan IV sampai tindakan pembedahan dilakukan.
  • Agen analgesik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakan.
  • Operasi (apendiktomi), bila diagnosa telah ditegakan yang harus dilakukan adalah operasi membuang apendiks (apendiktomi). Penundaan apendiktomi dengan cara pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi. Pada abses apendiks dilakukan drainage.

Baca Juga : Penatalaksanaan Relaksasi Genggam Jari Menurunkan Nyeri Pada Pasien Hemoroid atau Ambeien

b. Penatalaksanaan Keperawatan

  • Tatalaksana apendisitis pada kebanyakan kasus adalah apendiktomi.
  • Keterlambatan dalam tatalaksana dapat meningkatkan kejadian perforasi.
  • Teknik laparoskopi sudah terbukti menghasilkan nyeri pasca bedah yang lebih sedikit, pemulihan yang lebih cepat dan angka kejadian infeksi luka yang lebih rendah. Akan tetapi terdapat peningkatan kejadian abses intra abdomen dan pemanjangan waktu operasi. Laparoskopi itu dikerjakan untuk diagnosa dan terapi pada pasien dengan akut abdomen, terutama pada wanita.

Tujuan keperawatan mencakup upaya meredakan nyeri, mencegah defisit volume cairan, mengatasi ansietas, mengurangi risiko infeksi yang disebabkan oleh gangguan potensial atau aktual pada saluran gastrointestinal, mempertahankan integritas kulit dan mencapai nutris yang optimal. Sebelum operasi, siapkan pasien untuk menjalani pembedahan, mulai jalur Intra Vena berikan antibiotik, dan masukan selang nasogastrik (bila terbukti ada ileus paralitik), jangan berikan laksatif.

Sumber Referensi:

Alhinduan, A. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Yangmengalami Post Operasi Apendisitis Dengan Kerusakan Integritas Kulit Dalam Penerapan Perawatan Luka Di Rumah Sakit Umum Dr. Ferdinand Lumban Tobing Kota Sibolga Tahun 2020. 21(1), 1–9.

Wedjo, M. A. M. (2019). Asuhan Keperawatan Pada An. R. L dengan Apendisitis Dalam Pemenuhan Kebutuhan Aman Nyaman di Wilayah RSUD Prof. dr. W. Z. Johannes Kupang (Vol. 53).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *