Mediaperawat.id – Pada setting klinikal, khususnya Rumah Sakit, Ners yang bertugas berkewajiban untuk melakukan pengkajian pada pasien lalu merumuskan masalah yang ditemuinya. Selanjutnya, Ners memiliki framework untuk mengidentifikasi masalah keperawatan aktual dan risiko sekaligus outcome dan intervensi yang mesti dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien.
Walaupun realitanya tetap saja, proses dokumentasi baru bisa dipegang pada akhir asuhan keperawatan (pasca 8 s/d 11.5 jam berdinas) atau disela kegiatan keperawatan (bila situasi memungkinkan) untuk tulis menulis maupun di depan komputer. Semoga kelak ada timestamps yang tinggal klik-klik di handphone dan koneksi ke jaringan sistem, sehingga tidak ada yang namanya prolonged dinas untuk catch up dokumentasi keperawatan.
Akhir-akhir ini berdinas di unit Intensif, banyak fenomena yang penulis hadapi berkaitan dengan keperawatan kritis untuk masalah kelebihan cairan tubuh pasien. Sekalipun orang awam memaknai bahwa anjuran minum minimal 8 gelas per hari sangat penting buat kesehatan pribadi. Namun, ‘mashab’ tersebut tentu tidak bisa berlaku buat semua individual, sebab ada yang namanya keterbatasan dari efek penyakit atau bahkan usia nantinya.
Baca Juga : SPO Keperawatan : Perawatan Stoma
Rencana Asuhan Keperawatan untuk Masalah Hipervolemia (D.0022) dapat berhubungan dengan (b.d atau bd/) kondisi:
- Gangguan mekanisme regulasi
- Kelebihan asupan cairan
- Kelebihan asupan natrium
- Gangguan alir balik vena
- Efek agen farmakologis
Data pendukung (tanda/gejala) yang dapat dibuktikan dengan (d.d atau dd/):
- Ortopnea
- Dispnea
- Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND)
- Edema anasarka dan/atau perifer
- Berat badan meningkat
- JVP dan/atau CVP meningkat
- Refleks hepatojugular positif
- Distensi vena jugularis
- Suara napas tambahan
- Hepatomegali
- Kadar Hb/Ht turun
- Oliguria
- Balans cairan positif
- Kongesti paru
Outcome yang ditargetkan yakni Status Cairan yang bisa ditetapkan durasi perawatan pada pasien, bisa satuan dalam 1x … jam atau …x 24 jam dan rujukan lainnya yang disepakati oleh klinisi keperawatan di unit. Hipervolemia dapat teratasi dengan kriteria hasil:
- Ortopnea menurun
- Dispnea menurun
- Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND) menurun
- Edema anasarka dan/atau perifer menurun
- Peningkatan berat badan menurun
- JVP … cm
- CVP … cmH2O
- Refleks hepatojugular menurun
- Distensi vena jugularis menurun
- Suara napas tambahan menurun
- Hepatomegali menurun
- Kadar Hb … g/dL
- Kadar Ht … %
- Output urine … cc/jam
- Balans cairan membaik
- Kongesti paru menurun
Intervensi keperawatan yang dapat dipilih sesuai kebutuhan pasien yakni Manajemen Hipervolemia (I.03114), terdiri dari:
- Observasi:
- Periksa tanda dan gejala hipervolemia
- Identifikasi penyebab hipervolemia
- Monitor status hemodinamik (frekuensi jantung, TD, MAP, CVP, PAP, PCWP, CO, CI)
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor tanda hemokonsentrasi (kadar natrium, BUN, hematokrit, berat jenis urine)
- Terapeutik:
- Batasi asupan cairan dan garam
- Tinggikan kepala tempat tidur 30-40°
- Edukasi:
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
- Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
- Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian cairan …
- Kolaborasi pemberian produk darah …
- Lainnya: …
Untuk penulisan diagnosa keperawatan pada pasien, Ners dapat memperhatikan metode berikut:
====>>>>> [masalah yang teramati] + [kemungkinan penyebab] + [temuan tanda/gejala]
Contoh:
====>>>>> Hipervolemia b.d kelebihan asupan cairan d.d dispnea, RR 32 bpm, edema perifer (ekstremitas bawah), peningkatan JVP
Berdasarkan contoh tersebut, kita bisa identifikasi bahwa:
- Masalah = Hipervolemia
- b.d = berhubungan dengan
- Penyebab = Kelebihan asupan cairan
- d.d = dibuktikan dengan
- Tanda/gejala = Dispnea … dst.
Referensi
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.