Askep  

Asuhan Keperawatan Jiwa – Klien dengan Halusinasi

Foto: Buku Diagnosa Keperawatan/ mediaperawat.id

DIAGNOSA KEPERAWATAN

  1. Gangguan persepsi sosial: Halusinasi
  2. Isolasi sosial: Menarik Diri
  3. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

FOKUS INTERVENSI HALUSINASI

Menurut Rasmun (2001:43-48) tujuan utama, tujuan khusus, dan rencana tindakan dari diagnosa utama : resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi adalah sebagai berikut :

Tujuan umum:

  1. Klien tidak mencederai diri sendiri dan orang lain.

Tujuan khusus

TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya.

  1. Kriteria evaluasi : Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa tenang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
  2. Intervensi
    • Bina hubungan saling percaya dengan :
      • Sapa klien dengan ramah dan baik secara verbal dan non verbal.
      • Perkenalkan diri dengan sopan.
      • Tanyakan  nama  lengkap  klien  dan  nama  panggilan  yang  disukai klien.
      • Jelaskan tujuan pertemuan.
      • Jujur dan menepati janji.
      • Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
      • Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
  3. Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk memperlancar  hubungan interaksi selanjutnya.

Baca juga : Memahami Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tuberkulosis

TUK II : Klien dapat mengenal halusinasi

  1. Kriteria evaluasi :
    • Klien   dapat   menyebutkan  waktu,  isi    dan   frekuensi   timbulnya halusinasi.
    • Klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap halusinasinya.
    • Intervensi
    • Adakan sering dan singkat secara bertahap.
    • Rasional : Kontak sering dan singkat selain upaya membina hubungan saling percaya juga dapat memutuskan halusinasinya.
  2. Intervensi
    • Observasi  tingkah  laku  klien  terkait  dengan halusinasinya. Bicara dan tertawa tanpa stimulus, memandang ke kiri dan ke kanan seolah-olah ada teman bicara.
      • Rasional : Mengenal perilaku pada saat halusinasi timbul memudahkan perawat dalam melakukan intervensi.
    • Bantu klien mengenal halusinasinya dengan cara :
      • Jika menemukan klien yang sedang halusinasi tanyakan apakah ada suara yang di dengar.
      • Jika klien menjawab ada lanjutkan apa yang dikatakan.
      • Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu, namun perawat sendiri tidak mendengarnya (dengan nada sahabat tanpa menuduh/menghakimi).
      • Katakan pada klien bahwa ada juga klien lain yang sama seperti dia.
      • Katakan bahwa perawat akan membantu klien.
        • Rasional : Mengenal halusinasi memungkinkan klien untuk menghindari faktor timbulnya halusinasi.
    • Diskusikan dengan klien tentang :
      • Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi.
      • Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore dan malam atau jika sendiri, jengkel, sedih)
        • Rasional : Dengan mengetahui waktu, isi dan frekuensi munculnya halusinasi mempermudah tindakan keperawatan yang akan dilakukan perawat.
    • Diskusikan dengan klien apa yang  dirasakan  jika  terjadi  halusinasi (marah, takut, sedih, tenang) beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
      • Rasional : Untuk mengidentifikasi pengaruh halusinasi pada klien.

TUK III : Klien dapat mengontrol halusinasinya.

  1. Kriteria evaluasi :
    • Klien   dapat   menyebutkan  tindakan   yang   biasanya     dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya.
    • Klien dapat menyebutkan cara baru.
    • Klien  dapat  memilih  cara  mengatasi  halusinasi  seperti  yang telah didiskusikan dengan klien.
    • Klien dapat melakukan cara yang telah dipilih untuk mengendalikan halusinasi.
    • Klien dapat mengetahui aktivitas kelompok.
  2. Intervensi
    • Identifikasi  bersama  klien  tindakan   yang   dilakukan  jika    terjadi halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri sendiri dan lain-lain)
      • Rasional : Upaya untuk memutus siklus halusinasi sehingga halusinasi tidak berlanjut.
    • Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri pujian.
      • Rasional : Reinforcement dapat mneingkatkan harga diri klien.
    • Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi :
      • Katakan : “Saya tidak mau dengar kau” pada saat halusinasi muncul.
      • Menemui orang lain atau perawat, teman atau anggota keluarga yang lain untuk
      • bercakap-cakap atau mengatakan halusinasi yang didengar.
      • Membuat jadwal sehari-hari agar halusinasi tidak sempat muncul.
      • Meminta keluarga/teman/perawat, jika tampak bicara sendiri.
        • Rasional : Memberikan alternatif pilihan untuk mengontrol halusinasi.
    • Bantu   klien   memilih   cara   dan   melatih   cara   untuk  memutus halusinasi secara bertahap, misalnya dengan :
      • Mengambil air wudhu dan sholat atau membaca al-Qur’an.
      • Membersihkan rumah dan alat-alat rumah tangga.
      • Mengikuti keanggotaan sosial di masyarakat (pengajian, gotong royong).
      • Mengikuti kegiatan olah raga di kampung (jika masih muda).
      • Mencari teman untuk ngobrol.
        • Rasional : Memotivasi dapat meningkatkan keinginan klien untuk mencoba memilih salah satu cara untuk mengendalikan halusinasi dan dapat meningkatkan harga diri klien.
    • Beri  kesempatan  untuk melakukan cara yang telah dilatih. Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil.
      • Rasional : Memberi kesempatan kepada klien untuk mencoba cara yang telah dipilih.
    • Anjurkan klien untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi realita dan stimulasi persepsi.
      • Rasional : Stimulasi persepsi dapat mengurangi perubahan interprestasi realitas akibat halusinasi.

Baca juga : Asuhan Keperawatan Perioperatif pada Pasien dengan Hernioraphy Indikasi Hernia Scrotalis

TUK IV : Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya.

  1. Kriteria evaluasi
    • Keluarga dapat saling percaya dengan perawat.
    • Keluarga  dapat  menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan unutk mengendalikan halusinasi.
  2. Intervensi
    • Membina  hubungan  saling  percaya  dengan   menyebutkan   nama, tujuan pertemuan dengan sopan dan ramah.
      • Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk memperlancar hubungan interaksi selanjutnya.
    • Anjurkan klien menceritakan halusinasinya kepada keluarga
      • Rasional : untuk mendapatkan bantuan keluarga dalam mengontrol halusinasinya.
    • Diskusikan halusinasinya pada saat berkunjung tenang :
      • Pengertian halusinasi
      • Gejala halusinasi yang dialami klien.
      • Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi.
      • Cara merawat anggota keluarga yang berhalusinasi di rumah, misalnya : beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama.
    • Beri informasi waktu follow up atau kapan perlu mendapat bantuan : halusinasi tidak terkontrol, dan resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
      • Rasional : Untuk mengetahui pengetahuan keluarga tentang halusinasi dan menambah pengetahuan keluarga cara merawat anggota keluarga yang mempunyai masalah halusinasi.

Baca juga : Contoh Diagnosa Keperawatan pada Asuhan Keperawatan Perioperatif

TUK V : Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.

  1. Kriteria evaluasi
    • Klien  dan  keluarga  dapat  menyebutkan  manfaat,  dosis  dan   efek samping obat.
    • Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar.
    • Klien mendapat informasi tentang efek dan efek samping obat.
    • Klien dapat memahami akibat berhenti minum obat tanpa konsutasi.
    • Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat.
  2. Intervensi
    • Diskusikan  dengan  klien  dan  keluarga tentang dosis dan frekuensi serta manfaat minum obat.
      • Rasional : Dengan menyebutkan dosis, frekuensi dan manfaat obat diharapkan klien melaksanakan program pengobatan.
    • Anjurkan  klien  minta  sendiri  obat  pada  perawat  dan  merasakan     manfaatnya.
      • Rasional : Menilai kemampuan klien dalam pengobatannya sendiri.
    • Anjurkan klien untuk bicara dengan dokter tentang mafaat dan efek samping obat yang dirasakan.
      • Rasional : Dengan mengetahui efek samping klien akan tahu apa yang harus dilakukan setelah minum obat.
    • Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter.
      • Rasional : Program pengobatan dapat berjalan dengan lancar.
    • Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar dosis, benar obat, benar waktunya, benar caranya, benar pasiennya).
      • Rasional : Dengan mengetahui prinsip penggunaan obat, maka kemandirian klien untuk pengobatan dapat ditingkatkan secara bertahap

Daftar Referensi :

Budi Ana Keliat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC

Kusumawati dan Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat. Jakarta: Salemba Medika.

Rasmun. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga. Konsep, Teori, Asuhan Keperawatan dan Analisa Proses Interaksi (API). Jakarta : fajar Interpratama.

Stuart dan Sundeen. 2006. Buku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC .

Exit mobile version