banner 728x250
Berita  

Bentuk Protes Pasca Pemecetan 37 Perawat di RSUD Meuraxa, Puluhan Spanduk Penolakan Berjejer di Sepanjang Jalan

Ket :Spanduk berisikan sikap protes atas pemecetan 37 perawat RSUD Meuraxa terpasang di sepanjang jalan depan kantor Balai Kota Banda Aceh/(ist)

Banda aceh, Mediaperawat.id- Sebanyak 43 papan spanduk bernada penolakan atas dipecatnya 37 perawat Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Meuraxa terpasang di sepanjang jalan Jalan Tgk Lam U, Kampong Baru, Kecamatan Baiturrahman, tepatnya di depan Kantor DPRK dan Balai Kota Banda Aceh.

Puluhan papan spanduk tersebut bertuliskan berbagai macam bentuk protes, seperti “Perawat Kota Banda Aceh berduka, air susu dibalas air tuba”, “Ntah apa yang merasuki Pj. Wali Kota Banda Aceh hingga kau tega memecat 37 teman sejawat kami di RSUD Meuraxa” dan berbagai tulisan lainnya.

Ketua DPD Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Banda Aceh, Masli Yuzar, mengatakan aksi non masa tersebut dilakukan sebagai bentuk protes terhadap dipecatnya 37 perawat oleh Direktur RSUD Meuraxa, Riza Mulyadi.

Baca Juga : Pasca Dipecatnya 37 Perawat, Riza Mulyadi Ikuti Seleksi JPT Direktur RSUD Meuraxa

Menurutnya, pemecatan terhadap 37 perawat tersebut tidak dilakukan secara transparan dan sesuai dengan mekanisme yang berlaku. Di samping itu juga banyak berbagai kejanggalan lainnya.

“Jadi sampai hari ini nilai evaluasinya enggak dipublish tapi orang sudah dikeluarkan. Kan ini enggak betul,” kata Masli, Senin (18/12/23)

Masli menilai, proses evaluasi dan pemecatan 37 perawat yang tidak transparan tersebut juga terdapat kepentingan tertentu dari direktur RSUD Meuraxa. 

“Banyak sekali kajanggalan-kejanggalan dan kita melihat konflik kepentingan di belakang evaluasi itu,” ucapnya.

Untuk itu, kata Masli, PPNI Banda Aceh menuntut   37 perawat yang dipecat agar dipekerjakan kembali tanpa syarat. 

“Kita juga menolak reevaluasi 37 perawat yang dikeluarkan bila mekanisme evaluasinya tidak dibuat sesuai standar dan melibatkan pihak yang independen,” katanya. 

“Artinya kita memang tidak bisa lagi mempercayai manajemen Meuraxa karena ini kejadian kedua selama lima tahun terakhir. Kasus pertama itu tahun 2018, persis sama,” tambahnya.

Diketahui sejak keluarnya hasil evaluasi pada 30 November, sebanyak 37 perawat tersebut terpaksa tidak lagi bekerja mulai awal Desember 2023.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *