banner 728x250

Kisah Rufaidah Al-Anshariyah, Perawat Muslimah Pertama yang Terlibat dalam Dua Peperangan

Ket : Ilustrasi Perawat Musimah/istimewa.

Mediaperawat.id – Peperangan yang sering terjadi di masa hidup Rasulullah mengakibatkan korban berjatuhan dari pihak sahabat. Tak sedikit sahabat yang meninggal dunia dan banyak juga yang mengalami luka-luka ringan maupun berat.

Kondisi ini telah mengatuk seorang perempuan dari sekian sahabat Nabi untuk mengabdikan diri sebagai tenaga medis. Beliau adalah Rufaidah Al-Anshariyah, perempuan asli kota Yasrib (Sekarang berubah nama menjadi Madinah).

Rufaidah Al-Aslamiyah lahir di Yathrib, kurang lebih 25 tahun sebelum kedatangan Rasulullah saw. Beliau tergolong ke dalam marga Aslam yang merupakan salah satu marga dari suku Khazraj di Madinah. Beliau merupakan kaum Ansar, yakni golongan orang yang pertama kali menganut Islam di Madinah. Beliau  mengalami masa jahiliah dan masa Islam dalam sekaligus. 

Baca juga : Kisah Perawat Cantik Masuk Islam Setelah Merawat Pasien

Rufaidah al-Anshariyah termasuk perempuan berpengaruh di masa Rasulullah. Beliau memeluk Islam dan berbaiat kepada Nabi setelah berhijrah ke kota Madinah. Perempuan ini pernah terlibat dalam dua peperangan, yaitu Perang Khandak dan Perang Khaibar.

Rufaidah dikenal sebagai perempuan cerdas, yang menghabiskan waktu hidupnya untuk membaca dan mencatat al-Qur’an. Beliau berasal dari keluarga terpandang yang kaya raya. Semenjak masuk Islam, harta kekayaannya banyak didermakan untuk membantu perjuangan Rasulullah.

Rufaidah menerima pendidikan keperawatan dari ayahnya yang bernama Sa’ad Al-Aslami yang merupakan seorang tabib terkemuka. Sejak kecil, praktik keperawatan sudah melekat di kehidupannya. Ketika Islam masuk ke Madinah pada abad VII, Rufaidah telah menjadi mukhalaf dan berhasil menggabungkan keilmuannya dalam bidang keperawatan dengan ajaran Islam.

Rufaidah memiliki kontribusi besar terhadap kesehatan umat Islam di Madinah. Pada masa peperangan, beliau telah ikut serta ke medan perang untuk mengobati orang yang terluka. Ketika damai, beliau berpartisipasi  dalam aktivitas sosial masyarakat di Madinah. 

Sebelum peperangan Islam yakni sekitar tahun 622 M, Rufaidah mengubah metode pengobatan yang diajarkan oleh ayahnya supaya sesuai dengan ajaran islam.

Selanjutnya, ketika peperangan Islam berlangsung sekitar tahun 623-630 M, beliau siap sedia dalam mengobati tentara Islam yang terluka akibat perang. Beliau juga membawakan makanan dan minuman untuk semua mujahid yang berperang bersama dengan para wanita yang lainnya.

Rufaidah juga mendirikan rumah sakit yang dikenal sebagai tenda palang merah pertama dalam sejarah manusia. Umumnya, rumah sakit ini digunakan ketika peperangan karena dapat berpindah-pindah. Rumah sakit ini dikelola oleh paramedis wanita yang terlatih. Rasulullah saw. memerintahkan sahabat beliau yang terluka ketika peperangan untuk datang ke tenda Rufaidah.

Akhirnya, rumah sakit ini dikenal dengan nama Khaimah Rufaidah (Tenda Rufaidah) yang kemudian menjadi latar belakang penyebutan Rufaidah sebagai Mummaridah al-Islam al-Ula (Perawat Wanita Pertama dalam Sejarah Islam).

Konsep teori keperawatan Rufaidah adalah dalam memberikan perawatan dan pengobatan tidak mendiskriminasi antara pasien kaya atau miskin.

Rufaidah selalu memberian  perhatian kepada setiap muslim, orang miskin, anak yatim  atau penderita cacat mental dan mendidik mereka.

Rufaidah memiliki kepribadian yang luhur dan empati dalam pelayanan keperawatan. Dalam hal ini sentuhan sisi kemanusiaan sangat penting bagi perawat yang bersinergi dengan perkembangan ilmu dan teknologi dalam memberikan pelayanan keperawatan.

Sumber : Progresif Editorial

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *