Askep  

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Jiwa Defisit Perawatan Diri

Foto : Freepik.com

MediaPerawat.id – Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya,kesehatan dan kesejateraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperatawan dirinya jika tidak dapat melakukan keperawatan diri (Depkes, 2000).

Definisi

Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri terlihat dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri antaranya mandi, makan minum secara mandiri, berhias secara mandiri, toileting (BAK/BAB) (Damaiyanti, 2012)

Menurut (Damaiyanti, 2012) jenis perawatan diri terdiri dari :

Defisit perawatan diri : mandi

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/beraktivitas perawatan diri sendiri

Defisit perawatan diri : berpakaian

Hambatan kemampuan untuk melakukan ata menyelesaikan aktivitas berpakaian dan berhias untuk diri sendiri.

Defisit perawatan diri : makan

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sendiri

Defisit perawatan diri : eliminasi

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas eliminasi sendiri.

Penyebab

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah:

Faktor predisposisi

  1. Perkembangan
    • Keluarga  terlalu  melindungi  dan  memanjakan  klien  sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
  2. Biologis
    • Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
  3. Kemampuan realitas turun
    • Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
  4. Sosial
    • Kurang  dukungan  dan  latihan  kemampuan  perawatan  diri
    • Lingkungannya,situasi   lingkungan   mempengaruhi   latihan
    • Kemampuan dalam perawatan diri.

Faktor presipitasi

Yang merupakan faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.

Menurut Depkes (2000), faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:

  1. Body Image
    • Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
  2. Praktik Sosial
    • Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
  3. Status Sosial Ekonomi
    • Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
  4. Pengetahuan
    • Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
  5. Budaya
    • Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
  6. Kebiasaan seseorang
    • Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
  7. Kondisi fisik atau psikis
    • Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya

Manifestasi Klinik

Tanda dan gejala defisit dar menurut adalah (Damaiyanti, 2012) sebagai berikut:

  1. Mandi/hygiene
    • Klien mengalami ketidakmapuan dalam membersihkan badan, memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengerikan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi
  2. Berpakaian
    • Klien mempunyai kelemahan dalam meletakan atau mengambil potongan pakian, menangalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian.
  3. Makan
    • Klien mempunyai ketidak mampuan dalam menelan makanan, mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat tambahan, mendapat makanan, membuka container, memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah lalu memasukan ke mulut, melengkapi makanan,mencerna makanan menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna cukup makanan dengan aman
  4. Eliminasi
    • Klien memiliki kebatasan atau krtidakmampuan dalam mendapatkan jamban atau kamar kecil atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian toileting, membersihkan diri setelah BAK/BAB dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil.

Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:

  1. Fisik
    • Badan bau, pakaian kotor
    • Rambut dan kulit kotor
    • Kuku panjang dan kotor
    • Gigi kotor disertai mulut bau
    • Penampilan tidak rapi
  2. Psikologis
    • Malas, tidak ada inisiatif
    • Menarik diri, isolasi diri
    • Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
  3. Sosial
    • Interaksi kurang
    • Kegiatan kurang
    • Tidak mampu berperilaku sesuai norma
    • Cara makan tidak teratur
    • BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

Akibat

Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidakterpeliharanya kebersihan perorangandengan baik, gangguan fisik  yang  seering  terjadi  adalah:  gangguan  integritas  kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku

Dampak psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan aman nyaman , kebutuhan cinta mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial (Damaiyanti, 2012)

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan menurut Herman (Ade, 2011) adalah sebagai berikut

  1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
  2. Membimbing dan menolong klien merawat diri
  3. Ciptakan lingkungan yang mendukung.

Asuhan Keperawatan

Masalah keperawatan

  1. Hygiene diri
  2. Berhias
  3. Makan
  4. Eliminasi (bab/bak)

Diagnosa keperawatan

Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif.

Fokus Intervensi Keperawatan

Tujuan umum:

Pasien tidak mengalami defisit perawatan diri

TUK 1

Pasien bisa membina hubungan saling percaya terhadap perawat

Intervensi

  1. Bina hubungan saling percaya denfan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik:
  2. Sapa pasien dengan ramah, baiak verbal maupun non verbal
  3. Perkenalkan diri dengan sopan
  4. Tanyakan nama lengkap, nama panggilan yang disukai pasien
  5. Jelaskan tujuan pertemuan
  6. Jujur dan menepati janji
  7. Tunjukkan sikap empati dan menerima pasien apa adanya
  8. Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar pasien

TUK 1

Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri

Intervensi

  1. Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
  2. Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri

Daftar Referensi :

Damaiyanti. (2012). Asuhan keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.

Depkes, R. (2000). Keperawatan Jiwa : Teori dan Tindakan keperawatan Jiwa. Jakarta: Depkes RI.

Herman Ade. (2011). buku ajar asuhan keperawatan jiwa. yogyakarta: nuha medika.

Exit mobile version