banner 728x250

Penatalaksanaan Protokol Resusitasi Ketoasidosis Diabetik (KAD)

Photo/ Freepik.com

A. Pendahuluan

Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi kekacauan metabolik yang ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis, dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau relatif. KAD dan Hiperosmolar Hyperglycemia State (HHS) adalah 2 komplikasi akut metabolik diabetes mellitus yang paling serius dan mengancam nyawa. Kedua keadaan tersebut dapat terjadi pada Diabetes Mellitus (DM) tipe 1 dan 2, meskipun KAD lebih sering dijumpai pada DM tipe 1. KAD mungkin merupakan manifestasi awal dari DM tipe 1 atau mungkin merupakan akibat dari peningkatan kebutuhan insulin pada DM tipe 1 pada keadaan infeksi, trauma, infark miokard, atau kelainan lainnya. Angka kematian pasien dengan KAD di negara maju kurang dari 5% pada banyak senter, beberapa sumber lain menyebutkan 5 – 10%2, 2 – 10%5, atau 9 – 10%1. Sedangkan di klinik dengan sarana sederhana dan pasien usia lanjut angka kematian dapat mencapai 25 – 50%. Angka kematian menjadi lebih tinggi padabeberapa keadaan yang menyertai KAD, seperti sepsis, syok berat, infark miokard akut yang luas, pasien usia lanjut, kadar glukosa darah awal yang tinggi, uremia dan kadar keasaman darah yang rendah. Kematian pada pasien KAD usia muda umumnya dapat dihindari dengan diagnosis cepat, pengobatan yang tepat dan rasional

sesuai dengan patofisiologinya. Pada pasienkelompok usia lanjut, penyebab kematian lebih sering dipicu oleh faktor penyakit dasarnya.

Mengingat pentingnya pengobatan rasional dan tepat untuk menghindari kematian pada pasien KAD usia muda, maka tulisan ini akan membicarakan tentang penatalaksanaan KAD disertaidengan komplikasi akibat penatalaksanaannya. Sebagai pendahuluan akan dijelaskan secara ringkas tentang faktor pencetus dan kriteria diagnosis KAD.

B. Patofisiologi Ketoasidosis Diabetik

C. Faktor Pencetus Ketoasidosis Diabetik

Terdapat sekitar 20% pasien KAD yang baru diketahui menderita DM untuk pertamakalinya. Pada pasien KAD yang sudah diketahui DM sebelumnya, 80% dapat dikenali adanya faktor pencetus, sementara 20% lainnya tidak diketahui faktor pencetusnya. Faktor pencetus tersering dari KAD adalah infeksi, dan diperkirakan sebagai  pencetus  lebih  dari 50% kasus KAD.6-8 Pada infeksi akan terjadi peningkatan sekresi kortisol dan glukagon sehingga terjadi peningkatan kadar gula darah yang bermakna. Faktor lainnya adalah cerebrovascular accident, alcohol abuse, pankreatitis, infark jantung, trauma pheochromocytoma, obat, DM tipe 1 yang baru diketahui dan diskontinuitas (kepatuhan) atau terapi insulin inadekuat.

BACA JUGA : Laporan Pendahuluan Sistem Kardiovaskuler Congestive Heart Failure

Kepatuhan akan pemakaian insulin dipengaruhi oleh umur, etnis dan faktor komorbid penderita.5 Faktor lain yang juga diketahui sebagai pencetus KAD adalah trauma, kehamilan, pembedahan, dan stres psikologis. Infeksi yang diketahui paling sering mencetuskan KAD adalah infeksi saluran kemih dan pneumonia.5,6 Pneumonia atau penyakit paru lainnya dapat mempengaruhi oksigenasi dan mencetuskan gagal napas, sehingga harus selalu diperhatikan sebagai keadaan yang serius dan akan menurunkan kompensasi respiratorik dari asidosis metabolik.Infeksi lain dapat berupa infeksi ringan seperti skin lesion atau infeksi tenggorokan. Obat-obatan yang mempengaruhi  metabolisme  karbohidrat seperti kortikosteroid, thiazid, pentamidine, dan obat simpatomimetik (seperti dobutamin dan terbutalin), dapat mencetuskan KAD. Obat-obat lain yang diketahui dapat mencetuskan KAD diantaranya beta bloker, obat antipsikotik, dan fenitoin, Pada pasien usia muda dengan DM tipe 1, masalah psikologis yang disertai kelainan makan memberikan kontribusi pada 20% KAD berulang. Faktor yang memunculkan kelalaian penggunaan insulin pada pasien muda diantaranya ketakutan untuk peningkatan berat badan dengan perbaikan kontrol metabolik, ketakutan terjadinya hipoglikemia, dan stres akibat penyakit kronik.4,6,7 Namun demikian, seringkali faktor pencetus KAD tidak ditemukan dan ini dapat mencapai 20 – 30% dari semua kasus KAD, akan tetapi hal ini tidak mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat KAD itu sendiri.

D. Diagnosis Ketoasidosis Diabetik

Langkah pertama yang harus diambil pada pasien KAD terdiri dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cepat dan teliti terutama memperhatikan patensi jalan napas, status mental, status ginjal dan kardiovaskular, dan status hidrasi. Langkah-langkah ini harus dapat menentukan
jenis pemeriksaan laboratorium yang harussegera dilakukan, sehingga penatalaksanaan dapat segera dimulai tanpa adanya penundaan.

Meskipungejala DM yang tidak terkontrol mungkin tampak dalam beberapa hari, perubahanmetabolik yang khas untuk KAD biasanya tampak dalam jangka waktu pendek (<24 jam). Umumnya penampakan seluruh gejala dapat tampak atau berkembang lebih akut dan pasien dapat tampak menjadi KAD tanpa gejala atau tanda KAD sebelumnya. Gambaran klinis klasik termasuk riwayat poliuria, polidipsia, dan polifagia, penurunan berat badan, muntah, sakit perut, dehidrasi, lemah, clouding of sensoria, dan akhirnya koma. Pemeriksaan klinis termasuk turgor kulit yang menurun, respirasi Kussmaul, takikardia,hipotensi, perubahan status mental, syok, dan koma. Lebih dari 25% pasien KAD menjadi muntah-muntah yang tampak seperti kopi. Perhatian lebih harus diberikan untuk pasien dengan hipotermia karena menunjukkan prognosis yang lebih buruk. Demikian pula pasien dengan abdominal pain, karena gejala ini dapat merupakan akibat atau sebuah indikasi dari pencetusnya, khususnya pada pasien muda. Evaluasi lebih lanjut jika gejala ini tidak membaik dengan koreksi dehidrasi dan asidosis metabolik.

BACA JUGA : Pemeriksaan Fisik Pasien Curiga Apendisitis

E. Penatalaksanaan Ketoasidosis Diabetik

Penatalaksanaan KAD bersifat multifaktorial sehingga   memerlukan   pendekatan   terstruktur oleh dokter dan paramedis yang bertugas. Terdapat banyak sekali pedoman penatalaksanaan KAD pada literatur kedokteran, dan hendaknya semua itu tidak diikuti secara ketat sekali dan disesuaikan dengan kondisi penderita. Dalam menatalaksana penderita KAD setiap rumah sakit hendaknya memiliki pedoman atau disebut sebagai integrated care pathway. Pedoman ini harus dilaksanakan sebagaimana mestinya dalam rangka mencapai tujuan terapi. Studi terakhir menunjukkan sebuah integrated care pathway dapat memperbaiki hasil akhir penatalaksanaan KAD secara signifikan

Bagan: Penatalaksanaan Ketoasidosis Diabetik

F. Resusitasi KAD

Bagan : Resusitasi KAD

G. Ringkasan

KAD adalah keadaan dekompensasi kekacauan metabolik yang ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis, dan ketosis yang merupakan salah satu komplikasi akut metabolik diabetes mellitus yang paling serius dan mengancam nyawa. Walaupun angka insidennya di Indonesia tidak begitu tinggi dibandingkan negara barat, kematian akibat KAD masih sering dijumpai, dimana kematian pada pasien KAD usia muda umumnya dapat dihindari dengan diagnosis cepat, pengobatan yang tepat dan rasional sesuai dengan patofisiologinya. Keberhasilan penatalaksanaan KAD membutuhkan koreksidehidrasi, hiperglikemia, asidosis dan kelainan elektrolit, identifikasi faktor presipitasi komorbid, dan yang terpenting adalah pemantauan pasien terus menerus. Penatalaksanaan KAD meliputi terapi cairan yang adekuat, pemberian insulin yang memadai, terapi kalium, bikarbonat, fosfat, magnesium, terapi terhadap keadaan hiperkloremik serta pemberian antibiotika sesuai dengan indikasi. Faktor yang sangat penting pula untuk diperhatikan adalah pengenalan terhadap komplikasi akibat terapi sehingga terapi yang diberikan tidak justru memperburuk kondisi pasien.

Source:
Jurnal Penyakit Dalam Vol. 11 No. 2 Bulan Mei 2010, Wira Gotera, Dewa Gde Agung Budiyasa, Penatalaksanaan Ketoasidosis Diabetik (KAD

Aris N. Ramdhani, DKK. 2020. Buku Saku Praktik Klinik Keperawatan. Edisi III, Jakarta: Salemba Medika

(DOK/ DN)

BACA JUGA : Alat Ukur Tingkat Stres

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *