banner 728x250

Teknik Flushing Pada Terapi Intravena

Photo/ freepik.com

Mediaperawat.id – Terapi atau injeksi intravena (IV) merupakan pemberian cairan obat yang dilakukan dengan menyuntikkan obat tersebut ke jaringan tubuh langsung melalui pembuluh darah vena atau melalui selang infus menggunakan spuit. Keuntungan dari metode ini yaitu obat dapat diserap tubuh lebih cepat melalui pembuluh darah. Metode ini juga sering digunakan untuk obat yang tidak dapat diserap oleh gastrointestinal dan untuk pasien yang tidak sadar atau kesulitan menelan.

Perawat tentu sudah terlatih dan percaya diri dalam melakukan injeksi obat melalui selang infus karena banyaknya pengalaman, namun meskipun begitu komplikasi-komplikasi masih sering terjadi.

Potensi komplikasi mekanis termasuk oklusi, lepas, infiltrasi, dan ekstravasasi. Komplikasi vaskular yaitu termasuk oklusi trombotik vena dan plebitis. Komplikasi mekanis dan vaskular menyebabkan kegagalan infusi dan memerlukan penggantian infus baru, hal tersebut mengakibatkan perlunya pemasangan infus baru, penundaan perawatan, bertambahnya biaya, dan peningkatan resiko kematian.

Untuk mengurangi komplikasi-komplikasi tersebut, perawat dapat menerapkan teknik Flushing atau pembilasan. Flushing adalah teknik membersihkan saluran spuit dan infus menggunakan saline normal dari cairan obat-obatan untuk menjaga kateter atau selang infus tetap bersih, steril, dan untuk memastikan tidak ada percampuran obat.

Biasanya, lapisan fibrin terbentuk di dalam ‘dead space’ atau lumen infus dan ujung kateter dalam waktu 24 jam setelah pemasangan. Fibrin dapat menjadi dasar untuk perkembangan trombus (gumpalan), yang dapat menyumbat dead space infus/spuit, kateter, dan bahkan pembuluh darah. Konsentrasi yang tidak tepat dari larutan yang diinjeksi / diinfuskan atau campuran yang tidak sesuai juga dapat menyebabkan cairan atau obat mengendap di dalam dead space dan dapat menghalangi kateter.

Jika pembilasan dengan saline normal tidak dilakukan setelah injeksi obat, sisa obat dapat berkumpul di dead space di set infus, menyebabkan pasien menerima dosis obat yang kurang (underdose). Sisa obat yang berkumpul di dead space, kateter, dan pembuluh darah vena dapat menimbulkan iritasi pada pembuluh sehingga berpotensi terkena plebitis. Walaupun resiko plebitis lebih sering terjadi karena perawat kurang memperhatikan kebersihan saat melakukan prosedur injeksi obat maupun pemasangan set infus, resiko plebitis akibat trombus dan iritasi akibat sisa obat dalam dead space tetap harus di perhatikan. Selain plebitis, kemacetan infus juga dapat terjadi akibat terbentuknya trombus di dalam infus atau dalam pembuluh darah vena, dan mungkin juga disebabkan oleh plebitis itu sendiri. Itu sebabnya flushing atau membilas sangat penting dilakukan.

BACA JUGA: 6 Peluang Bekerja Perawat Selain Di Rumah Sakit Tanpa STR

Masalahnya belum ada pedoman, standarisasi, atau penelitian mengenai teknik Flushing. Untuk mengatasi masalah underdosing karena tidak melakukan flushing, National Infusion and Vascular Access Society (NIVAS) membuat panduan teknik Flushing untuk membantu institusi kesehatan, perawat, atau tenaga kesehatan lainnya agar meninjau kembali prosedur yang digunakan dan mengembangkan kebijakan untuk meminimalkan resiko underdosing.

Teknik Flushing Berdasarkan Metode Administrasi Intravena Menurut NIVAS

1. Injeksi Intravena dari spuit langsung ke cannula

Administrasi injeksi IV dari spuit langsung ke akses vena perifer tidak memerlukan infus set. Canulla harus di Flush/bilas dengan <10 mL sodium chloride 0.9% atau cairan pengencer lainnya (tergantung kebijakan lokal) pada sebelum dan sesudah pemberian obat IV.

2. Infus Intravena dengan syringe pump

Saat menggunakan syringe pump, terdapat selang IV yang menghubungan perangkat akses vena pasien dengan syringe pumpnya. Syringe infus set hanya menampung cairan dalam jumlah kecil,umumnya sekitar 2 mL, tergantung pada jenis dan panjang selang (periksa set yang digunakan).

Pada akhir injeksi, disconnect atau lepaskan syringe pump dari infus set lalu Flush atau bilas selang menggunakan sodium chloride 0.9% atau cairan pengencer lainnya dengan kecepatan yang sama dengan pemberian medikasi sebelumnya. Flushing juga dapat dilakukan melalui syringe pump.

BACA JUGA: Praktik Keperawatan Mandiri, Salah Satu Wujud Profesionalisme Perawat. Berikut Syaratnya! 5 min read

3. Infus Intravena dengan Infusion Bag atau kantong infus

Terapi IV dapat diberikan secara IV dari kantong infus yang telah ditambahkan obat atau sebagai infus yang siap diberikan. Kantong infus dihubungkan ke perangkat akses vena pasien melalui infus set dengan konektor tanpa jarum.

Metode ini biasa dipilih daripada metode injeksi IV, misalnya untuk pemberian antibiotik tertentu, karena memungkinkan untuk memberikan terapi IV dengan kecepatan yang lebih lambat. Ini memungkinkan pengenceran obat dengan cepat ke dalam aliran darah dan mengurangi risiko plebitis. Ketika kantong infus kosong, infus set dan selang masih akan berisi cairan sekitar 20-30 mL, tergantung tipe/panjang selang dan metode administrasi yang digunakan. Jumlah sisa cairan ini biasanya terdapat pada infus dengan spesifikasi kecil <100 mL, terutama kantong infus 50 mL.

Pada akhir infuse, sisa obat dalam infus set harus di Flush atau bilas dengan menggunakan sodium chloride 0.9% atau cairan pengencer lainnya. Terdapat 2 metode untuk Flushing infus yang menggunakan kantong infus.

Metode pertama, mengganti kantung infus yang telah habis dengan kantung 100 mL atau 50 mL sodium chloride 0.9% atau cairan pengencer lainnya untuk membilas infus set. Minimal 20 mL dibutukan untuk memastikan semua obat di dalam infus set teradministrasi.

Untuk metode kedua khusus untuk kantong infus set yang memiliki port tambahan. Flushing dapat dilakukan dengan menyambungkan kantung 100 mL atau 50 mL sodium chloride 0.9% atau cairan pengencer lainnya ke port tambahan. Metode ini dapat membilas sisa obat yang ada di dalam selang. Dan keuntungan dari metode ini yaitu kecepatan Flusing akan sama dengan infusi sebelumnya.

Perhatian!

1. Perlu diperhatikan pada pasien yang dibatasi intake cairannya karena tambahan cairan ketika Flushing beresiko kelebihan cairan, sehingga jumlah cairan yang digunakan untuk Flushing harus diminimalkan pada pasien-pasien tersebut. Jumlah cairan yang diberikan ketika Flushing juga harus didokumentasikan atau ikut dihitung dalam catatan keseimbangan cairan.

2. Pastikan kecepatan flushing saat menggunakan infusion bag harus sama atau tidak lebih cepat dari kecepatan infusi sebelumnya.

3. Ada resiko pemberian flushing yang tidak diinginkan dari sisa obat penenang atau anestesi yang tertinggal di dead space atau lumen perangkat akses vena setelah operasi. Untuk mengatasi hal tersebut, ketika serah terima pasien harus dikonfirmasi bahwa semua selang IV yang mungkin terdapat sisa obat telah diflush/dibilas atau dilepas seluruhnya.

BACA JUGA: Tips and Trick Atasi Pressure Mahasiswa Keperawatan Tingkat Akhir

Referensi :

Dix, A. (2021) Line flushing to prevent medicine loss after intravenous fluid therapy. Nursing Times [online]; 117: 5, 22-23.

Keogh, S., Shelverton, C., Flynn, J., Davies, K., Marsh, N., & Rickard, C. M. (2017). An observational study of nurses’ intravenous flush and medication practice in the clinical setting. Vascular Access3(1), 1-18.

Lakhkar, B. B., & Damake, S. (2019). Reducing complications of IV cannulation: a quality improvement project. Journal of Clinical and Diagnostic Research13(11).

National Infusion and Vascular Access Society. (2021). Intravenous Administration of Medicines to Adults: Guidance on “Line Flushing” – Version 3. NIVAS.

Ray-Barruel, G., Xu, H., Marsh, N., Cooke, M., & Rickard, C. M. (2019). Effectiveness of insertion and maintenance bundles in preventing peripheral

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *