banner 728x250
Ukom  

10 Soal Uji Kompetensi (Ukom) Medikal Bedah Profesi Ners Beserta Pembahasannya

Foto : Freepik.com

MediaPerawat.id – Pokok-pokok materi sistem pernapasan yang banyak ditemukan adalah Asma, Chronic Pulmonary Obstructive Disease (COPD), Tubercolosis, Efusi Pleura, Pleuritis, dan Pneumonia.

1. Seorang perempuan berusia 38 tahun dirawat di ruang penyakit dalam karena PPOK. Hasil pengkajian pasien tampak sesak, TD 110/70 mmHg, frekuensi napas 28x/ menit, frekuensi nadi 100x/menit, tampak retraksi dada, dan tampak penggunaan otot- otot pernapasan. Hasil pemeriksaan AGD didapatkan nilai pH 7,30, PaCO2 49 mmHg, PaO2 85 mmHg, HCO, 22 mEq/L, saturasi oksigen 97%.

Apakah interpretasi hasil AGD pada pasien ?
A. Asidosis Metabolik terkompensasi
B. Alkalosis Respiratorik
C. Asidosis Respiratorik
D. Alkalosis Metabolik
E. Asidosis Metabolik

Pembahasan:

Pada kasus di atas untuk melakukan interpretasi nilai AGD. langkah yang harus diingat yaitu: Langkah 1, Klasifikasi pH, nilai normal pH: 7,35-7.45, dalam soal Nilai pH 7,30 (menurun) menandakan Asidemia. Langkah 2, Nilai PaCO: dengan nilai normal: 35-45 mmHg, dalam soal nilai PaCO2 49 mmHg (meningkat) menandakan adanya asidosis respiratorik. Langkah 3, Nilai HCO dengan nilai normal: 22-26 mEq/dL, dalam soal di atas nilai-nya normal, apabila menurun menandakan adanya asidosis metabolik, dan apabila meningkat menandakan adanya alkalosis metabolik. Langkah 4 Tentukan adanya kompensasi dengan melihat dua komponen yaitu PaCO2 dan HCOs, apabila keduanya abnormal (atau hampir abnormal) pada arah yang berlawanan maka terdapat kompensasi. Apabila nilai salah satu komponen abnormal, dan komponen lainnya normal maka tidak terdapat kompensasi.

Strategi:

Jawaban B dan D bukan pilihan karena pH di bawah 7,35. Nilal PaCO2 pada soal mengalami peningkatan sehingga termasuk dalam respiratorik.

Jawaban: C

Baca Juga : Yuk Pelajari ! Pembahasan Soal Uji Kompetensi Keperawatan

2. Seorang laki-laki berusia 40 tahun di rawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan sesak napas. Hasil pengkajian : TD 130/80mmHg, frekuensi nadi 88x/menit, frekuensi napas 24x/menit, x-ray toraks menunjukan adanya pleuritis dextra. Saat ini perawat sedang melakukan pemeriksaan fisik paru pada tahapan auskultasi

Apakah hasil pemeriksaan pada kasus tersebut?
A. Ronchi Skrea
B. Vesikuler normal
C. Wheezing
D. Bronchial
E. Friction rub

Pembahasan:

Pleuritis adalah peradangan pada area pleura. Friction rub terjadi karena adanya gesekan antar lapisan pluera bagian dalam dan luar yang meradang. Friction rub akan terdengar saat proses respirasi dan tidak terdengar saat tidak ada respirasi.

Strategi:

Vesikuler dan bronchial merupakan suara napas normal, whezing terjadi karena udara. melewati jalan napas yang menyempit/tersumbat. Ronkhi terjadi karena adanya obstruksi atau sekret di jalan nafas yang banyak, ronkhi biasnya hilang saat di batukkan.

Jawaban: E

3. Seorang laki-laki berusia 64 tahun di rawat di ruang penyakit dalam keluhan nyeri dada sejak 2 jam sebelum MRS. Hasil pengkajian pasien mengatakan dadanya terasa panas, skala nyeri 7, akral dingin, lemah, dan cemas. TD 140/80 mmHg, frekuensi nadi 72x/menit, dan frekuensi napas 20 x/menit. Hasil EKG menunjukan ST elevasi pada lead V3 dan V4.

Dimanakah lokasi infark yang dialami pasien tersebut?
A. Posterior jantung
B. Inferior jantung
C. Anterior jantung
D. Lateral jantung
E. Septal jantung

Pembahasan :

Sandapan menunjukan arah vektor dari gelombang yang muncul, Lead V3 dan V4 menunjukan adanya gelombang terlambat dan putus pada daerah anterior jantung, Lead VI dan V2 pada area septum, Lead I, aVI, VS dan V6 pada area lateral, Lead II, III dan aVF area inferior dan Lead Resiprokal, V1-V3 area posterior.

Strategi:

Anterior adalah bagian depan dari jantung pada lead V3 dan V4. Sandapan lead lain bukan merupkan area anterior.

Jawaban: C

Baca Juga : Kiat Sukses Menghadapi Ujikom D3 Perawat & Ners Profesi

4. Seorang laki-laki berusia 46 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan diagnosis peritonitis dan mengeluh nyeri perut. Hasil pengkajian skala nyeri 6, tampak wajah menyeringai, TD 140/90 mmHg, frekuensi nadi 100x/menit, frekuensi napas 24x/menit, suhu 38°C.

Apakah pengkajian lanjutan pada kasus tersebut?
A. Mual
B. Muntah
C. Bising usus
D. Distensi perut
E. Intake dan output cairan

Pembahasan:

Peritonitis menghasilkan efek sistemik yang berat, perubahan sirkulasi, perpindahan cairan dan masalah pernapasan serta ketidak seimbangan cairan dan elektrolit. Respon inflamasi mengalihkan aliran darah ekstra ke bagian usus yang mengalami inflamasi untuk melawan infeksi, cairan dan udara tertahan dalam lumen, tekanan dan sekresi cairan dalam usus meningkat. Sehingga aktifitas usus mengalami penurunan dan cenderung berhenti. Proses inflamasi sendiri meningkatkan kebutuhan terhadap oksigen sehingga paru berespon dengan meningkatkan pernapasan.

Strategi:

Aktifitas usus pada peritonitis cenderung mengalami penurunan bahkan berhenti sehingga hal utama yang diperhatikan adalah bising usus.

Jawaban: C

5. Seorang perempuan berusia 30 tahun dirawat diruang penyakit dalam dengan diagnosis suspect apendisitis. Hasil pengkajian. pasien mengeluh nyeri perut kanan bawah, nyeri skala 7, mual, muntah, serta tidak nafsu makan, TD 130/80 mmHg, frekuensi napas 26x/menit, dan frekuensi nadi 8 x/menit.

Apakah pengkajian lanjut pada kasus tersebut?
A. Auskultasi bising usus
B. Observasi status nutrisi
C. Pemeriksaan laboratorium
D. Observasi tanda-tanda dehidrasi
E. Palpasi pada titik me burney

Pembahasan :

Nyeri dan sakit perut pada apendisitis terjadi karena hiperperistaltik untuk mengatasi obstruksi pada apendik. Nyeri viseral akan mengaktifasi nervus vagus sehingga mengakibatkan muntah. Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan kuadaran kara bawah atau titik Me Burney dan ini merupakan tanda ku diagnosis.

Strategi:

Nyeri tekan pada titik Mc. Burney dan ini merupakan tanda kun diagnosis apendik.

Jawaban : E

Baca Juga : 2 Tehnik Membaca Cepat Menjawab Soal Ukom Serta Pola Manajemen Stres

6. Seorang laki-laki berusia 65 tahun dirawat di ruang neurolog dengan keluhan penurunan kesadaran. Hasil pengkajian saat diberi rangsang nyeri kedua lengan tampak fleksi abnormal, membuka mata dan suara mengerang, pupil anisokor kanan, refleks cahaya lambat, TD 160/90mmHg. frekuensi nadi 92x/menit, frekuen napas 20x/menit, dan suhu 36,8°C.

Berapakah nilai GCS pada kasus tersebut?
A. 5
B. 6
C. 7
D. 8  
E. 9

Pembahasan:

Gangguan neurologi pada kasus stroke, cedera kepala de meningitis terjadi karena adanya kerusakan jaringan kerusakan jaringan otak atau edema jaringan otak atau muncul tekanan intra kranial. Salah satu tanda yang paling mudah dilihat pada mekanisme ini adalah penurunan kesadaran. Semakin rendah nilai GCS menunjukan semakin berat kerusakan atau edema stau tekanan intra kranial.

Strategi:

Pertanyaan diatas menunjukan penentuan nilai GCS. Nilai GCS didapat dari pemeriksaan fisik dengan memberikan rangsang Rangsang yang diberikan pada kasus ini adalah rangsang nyeri. Kasus ini menunjukan respon motorik fleksi abnormal, membuka mata dan suara mengerang saat diberi rangsang nyeri (3-2-2). Jadi nilai GCS 7. Perlu dipelajari lebih baik setiap nilai dari komponen verbal, motorik dan membuka mata.

Jawaban: C

7. Seorang perempuan berusia 35 tahun dirawat di ruang bedah saraf dengan pasca craniotomi. Hasil pengkajian, pasien tampak hemiparese kanan, lemah dan tidak mampu menggerakan tubuhnya, reflex fisiologi melambat. Saat dilakukan pemeriksaan otot esktremitas kanan didapat hasil sebagai berikiut tidak mampu mengangkat lengan dan kaki namun masih bisa menggerakannya.

Berapakah nilai kekuatan otot pada pasien tersebut?
A. I
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5

Pembahasan:

Penurunan kekuatan otot merupakan gejala neurologis yang umum terjadi pada kasus neurologi seperti stroke, meningitis dan cedera kepala. Ada mekanisme gangguan sentral pada pusat motorik otak sehingga kurang mampu mengkordinasikan gerakan ekstremitas. Kelemahan otot ditentukan dengan skala kekuatan otot yakni: 0 tidak ada tonus, 1; terdapat tonus tapi tidak ada gerakan, 2: terdapat pergerakan sendi tetapi tidak bisa melawan gravitasi, 3: dapat melawan gravitasi tetapi tidak dapat menahan tahanan, 4: pergerakan dapat menahan tahanan ringan sedang.

5: kekuatan otot normal.

Strategi:

Pertenyaan diatas menunjukan penentuan kekuatan otot maka yang perlu dilihat adalah apa respon pasien saat diperiksa. Ingat tahapan pemeriksaan dan hasilnya. Perlu memahami nilai nilai dari setiap respon seperti yang di gambarkan pada pembahasan.

Jawaban: B

8. Seorang perempuan berusia 56 tahun, dirawat di ruang neurologi dengan keluhan sakit kepala. Hasil pengkajian didapat penglihatan kabur, kelemahan kaki, dan tangan pada sisi kanan serta bicara tidak jelas. Untuk memastikan perawat akan melakukan pengkajian pada nervus kranial XII.

Apakah yang harus diperintahkan dalam pengkajian tersebut?
A. Minta pasien mengucapkan suara “A”
B. Meletakkan garam pada lidah bagian depan
C. Meletakkan gula pada lidah bagian belakang
D. Minta pasien untuk memocongkan mulutnya
E. Minta pasien menggerakkan lidah kesatu sisidan kesisi lainnya

Pembahasan:

Defisit neurologi terjadi sebagai akibat dari kerusakan jaringan otak ada tertekannya jaringan otak. Tanda dan gejala yang muncul sangat dipengaruhi juga oleh berat ringannya kerusakan jaringan otak. Kerusakan jaringan ortak pada bagian mid brain dan batang otak atau danya pemnngkatan tekanan intracranial berdampak terhadap fungsi XII saraf kranial. Tanda yang muncul memberikan bukti adanya kerusakan saraf bersangkutan seperti munculnya gangguan saraf kranial XII dibuktikan dengan hilangnya fungsi menggerakan lidah, saraf vagus hilangnya fungsi menelan dan sebagainya.

Strategi:

Pertanyaan ini adalah tentang pemeriksaan saraf kranial XII. Perlu dipahami dengan jelas fungsi fungsi saraf kranial seperti saraf kraial XII itu adalah menginervasi saraf motoric lidah jadi fungsinya menggerakan lidah, jika fungsi saraf ini hilang tentu yang dilihat adalah gangguan menggerakan lidahnya.

Jawaban: E

9. Seorang laki-laki berusia 18 tahun, dirawat di ruang bedah dengan fraktur tibia 1/3 proksimal tertutup 12 jam yang lalu. Perawat melakukan pengkajian neurovaskular untuk mengidentifikasi adanya sindrom kompartemen.

Apakah data fokus pada kasus tersebut?
A. Eritema pada area fraktur
B. Edema pada sekitar area fraktur
C.  Perubahan warna kulit dari pucat ke sianosis
D.Nyeri progresif tidak hilang dengan analgetik
E. Daerah disekitar lokasi fraktur terasa lebih hangat

Pembahasan

Compartemen Syndrome adalah suatu kondisi peningkatan tekanan intracompartmental peningkatan tekanan pada compartemen dapat menambat aliran darah dan sarap dan aliran perfusi darah ke bagian distal terhambat bila dibiarkan akan terjadi proses iskemi dan nekrosis hal tersebut dapat menimbulkan nyeri yang hebat dan cepat.

Strategi:

Edema, pocat dan hangat pada sekitar fraktur bukan tanda Compartemen Syndromo

Jawaban: D

10. Seorang perempuan berusia 45 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan CKD. Hasil pengkajian: edema di ekstremitas bawah Intake cairan 1000cc/24 jam, urin output 100cc/24 jam TD 150/90 mmHg, frekuensi nadi 88x/menit, frekuensi napas 28/menit dan suhu 37°C. Pasien direncanakan hemodialisa.

Apakah pengkajian selanjutnya pada pasien tersebut?
A. Kaji adanya bunyi napas tambahan
B. Kaji adanya kenaikan berat badan
C. Kaji nilai ureum dan kreatinin
D. Kaji kadar hemoglobin
E. Kaji kecemasari

Pembahasan:

Salah satu manifestasi klinis pasien dengan CKD adalah ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa. Adanya gangguan ekskresi natrium, akan terjadi retensi natrium yang dapat mengikat cairan. Retensi natrium dapat menyebabkan terjadinya edema. Pada pasien dengan CKD yang mengalami kondisi kelebihan volume cairan dalam tubuh, pengkajian yang dapat dilakukan adalah pengukuran derajat edema, kenaikan berat badan dan lingkar perut. Berat badan menjadi indikator peningkatan kelebihan cairan dalam tubuh karena kenaikan 1 kg BB 1 liter air. Urin output normal adalah 0,5-1 cc/kg BB/jam.

Strategi:

Fokus masalah keperawatan pada kasus di atas adalah keseimbangan cairan. Data pengkajian yang merupakan kata kunci adalah edema ekstremitas bawah, intake cairan dan urin output.

Jawaban : A

Sumber Referensi

  • Ignatavicius, Workman. (2010). Clinical Decision Making Study: Medical Surgical Nursing Patient center collaborative care. Elsevier USA.
  • Lewis, Heitkemper, Obrien, Bucher. (2007). Medical Surgical Nursing; Assesment and management of clinical problem volume 1 dan 2. Mosby Elsevier.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *