banner 728x250

7 Teknik Komunikasi Terapeutik Yang Harus Perawat Ketahui

Foto : Komunikasi Keperawatan/ Dok. Freepik.com

Mediaperawat.id – Komunikasi dapat mencapai tujuan yang diharapkan, seorang
perawat harus menguasai teknik-teknik berkomunikasi agar terapeutik dan menggunakannya secara efektif pada saat berinteraksi dengan klien. Berikut ini teknik komunikasi Stuart & Sundeen
(1998) dalam Anjaswarni (2016) yang dikombinasikan dengan pendapat ahli lainnya:

  1. Mendengarkan dengan penuh perhatian (listening)
    Mendengarkan dengan penuh perhatian merupakan upaya
    untuk mengerti seluruh pesan verbal dan nonverbal yang sedang
    dikomunikasikan. Keterampilan mendengarkan dengan penuh
    perhatian dapat ditunjukkan dengan sikap berikut :
    • Pandang klien ketika sedang bicara.
    • Pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan
      untuk mendengarkan.
    • Hindarkan gerakan yang tidak perlu.
    • Anggukkan kepala jika klien membicarakan hal penting
      atau memerlukan umpan balik.
    • Condongkan tubuh ke arah lawan bicara.
  2. Menunjukkan penerimaan (accepting)
    Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti
    bersedia untuk mendengarkan orang lain, tanpa menunjukkan
    keraguan atau tidak setuju. Sikap perawat yang menunjukkan
    penerimaan dapat diidentifikasi seperti perilaku berikut :
    • Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan
    • Memberikan umpan balik verbal yang menampakkan
      pengertian
    • Memastikan bahwa isyarat nonverbal cocok dengan
      komunikasi verbal.
    • Menghindarkan untuk berdebat, menghindarkan mengekspresikan keraguan, atau menghindari untuk mengubah pikiran klien.
    • Perawat dapat menganggukan kepalanya atau berkata “ya” atau “saya mengerti apa yang bapak-ibu inginkan”.
  3. Mengulang (restating/repeating)
    Maksud mengulang adalah teknik mengulang kembali ucapan klien dengan bahasa perawat. Teknik ini dapat memberikan makna bahwa perawat memberikan umpan balik sehingga klien mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan mengharapkan komunikasi berlanjut.
  4. Klarifikasi (clarification)
    Teknik ini dilakukan jika perawat ingin memperjelas maksud ungkapan klien. Teknik ini digunakan jika perawat tidak mengerti, tidak jelas, atau tidak mendengar apa yang dibicarakan klien. Perawat perlu mengklarifikasi untuk menyamakan persepsi dengan klien. Contoh, “Coba jelaskan kembali apa yang Bapak maksud dengan kegagalan hidup? ”
  5. Memfokuskan (focusing)
    Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih spesifik dan dimengerti. Perawat tidak seharusnya memutus pembicaraan klien ketika menyampaikan masalah yang penting, kecuali jika pembicaraan berlanjut tanpa informasi yang baru. Perawat membantu klien membicarakan topik yang telah dipilih dan penting.
  6. Merefleksikan (reflecting/feedback)
    Perawat perlu memberikan umpan balik kepada klien dengan menyatakan hasil pengamatannya sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima dengan benar. Perawat menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh syarat nonverbal klien. Menyampaikan hasil pengamatan perawat sering membuat klien berkomunikasi lebih jelas tanpa harus bertambah memfokuskan atau mengklarifikasi pesan.
  7. Diam (silence)
    Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap dirinya sendiri, mengorganisasi pikirannya, dan memproses informasi. Bagi perawat, diam berarti memberikan kesempatan klien untuk berpikir dan berpendapat/berbicara.

Baca Juga : Seberapa Pentingkah Komunikasi Terapeutik Antara Perawat dan Pasien?

Referensi : Anjaswarni,T. (2016). Komunikasi dalam Keperawatan: Modul Bahan Ajar Keperawatan. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan, Kementrian Kesehatan RI.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *